Musibah kebakaran hutan dan lahan
(karhutla) yang sedang terjadi semakin meresahkan banyak pihak. Saya memilih
kata ‘musibah’ karena semua hal didunia ini terjadi atas ijin-Nya. Perkara itu
disebabkan oleh perbuatan manusia atau bukan.
Sebelum
itu adakah perbedaan antara pembakaran hutan dan kebakaran hutan?
Pembakaran hutan terjadi karena
perbuatan manusia yang disengaja. Dahulu masyarakat tradisional melakukan
aktivitas ini untuk membuka lahan. Umum diketahui bahwa sistem pertanian jaman
dulu dilakukan berpindah-pindah. Sehingga aktivitas pembersihan lahan dengan
membakar merupakan hal biasa.
Koleksi pribadi
Berbeda dengan kebakaran hutan yang
terjadi secara tidak sengaja. Pemicunya banyak namun yang paling banyak terjadi
adalah karena perbuatan manusia. Salah satunya pembakaran lahan yang tidak
terkendali sehingga merembet ke area disekitarnya. Dan kejadian seperti ini
sering sekali terjadi di Indonesia. Kelalaian lain yang bisa memicu kebakaran
lain seperti membuang puntung rokok sembarangan, membakar sampah dan lain
sebagainya
Karhutla tahun ini bukan yang pertama
kali terjadi. Bukan pula yang jarang terjadi. Seperti halnya banjir yang sudah
menjadi langganan terjadi di kota-kota metropolitan seperti Jakarta. Kebakaran
seperti ini pun setiap tahun terjadi. hanya tingkat keparahan dan aktifitas
pemberitaan saja yang membedakan.
Sebenarnya
mengapa kebakaran ini kembali berulang?
Seperti yang sudah kita
ketahui bahwa salah satu ciri lahan gambut adalah selalu tergenang air. Batas
aman dari genangan air ini adalah minimal 0,4 meter. Dibawah itu maka lahan
gambut berada pada status berbahaya. Artinya sangat mudah sekali terbakar.
Sementara berdasarkan Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (SIPALAGA) pada
periode bulan juli-agustus lahan gambut yang berada di 7 provinsi di Indonesia
berada dalam status berbahaya. Ke-7 provinsi tersebut antara lain Riau, Jambi,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Papua.
Awal agustus lalu, BMKG mengeluarkan
sebuah press-release mengenai sebaran
titik panas di seluruh Indonesia. Memasuki musim kemarau jumlah titik panas
terus mengalami peningkatan. Per tanggal 25 juli jumlah titik panas sebanyak
1395 titik dan mengamali penurunan pada tanggal 1 agustus 2019 menjadi 703
titik. Kemudian pada tanggal 4 agustus mengalami peningkatan signifikan menjadi
3191 titik yang terkonsentrasi di wilayah Riau, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Barat. Bahkan mulai tanggal 2 agustus sampai 6 agustus, tidak hanya
Indonesia, tapi juga negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam,
Kamboja, Filipina dan Thailand masuk kedalam kategori diprediksi “sangat mudah”
terjadi kebakaran.
Melihat kondisi cuaca seperti ini
ditambah dengan kondisi ekosistem gambut saat ini semakin memperbesar peluang
terjadinya kebakaran secara alami. Meski secara teori kejadian tersebut tidak
mungkin terjadi di hutan Indonesia. Dengan catatan bahwa kondisi ekosistem
baik-baik saja. Kenyataannya kerusakan gambut di Indonesia sangat parah dan
terjadi sejak bertahun-tahun lalu. banyak sekali lahan gambut yang berubah
fungsi menjadi lahan produksi seperti perkebunan sawit dan hutan produksi. Melihat
hal tersebut tidak heran akhir-akhir ini banyak sekali terjadi bencana akibat
dari kerusakan tersebut salah satunya kebakaran saat ini.
Lantas apakah semua itu dibiarkan
menjadi sebuah kebiasaan? Tidak juga. Sudah banyak tindakan preventif yang
dilakukan baik oleh pemerintah maupun LSM yang fokus dibidang lingkungan.
Diantaranya :
Badan
Restorasi Gambut (BRG)
BRG yang didirikan secara khusus untuk
menangani persoalan gambut. Lembaga nonstruktral yang dibentuk pada tahun 2016
melalui sebuah perpres no 1 tahun 2016. Lembaga ini berada dibawah dan
bertanggungjawab langsung kepada presiden.
Kemarau panjang menjadi salah satu faktor
terbesar bertahannya api yang membakar hutan dan lahan gambut. BMKG sendiri
sudah mengumumkan bahwa tahun ini kemarau relatif lebih lama dibanding tahun
sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut BRG membuat
program sebagai tindakan preventif mencegah karhutla. Program tersebut diberi
nama 7 Strategi BRG Menghadapi Kemarau.
Kanal atau parit merupakan salah satu
cara yang dilakukan untuk mengeringkan lahan gambut. Hal ini dilakukan agar
gambut bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti perkebunan kelapa sawit
atau hutan produksi.
Pembangunan kanal ini memberikan
peluang terjadinya karhutla. Sehingga BRG melalui salah satu programnya
melakukan antisipasi dengan membangun IPG yang meliputi sumur bor dan sekat
kanal.
Sekat kanal merupakan penahan air yang
dibangun dibadan kanal. Fungsinya untuk menahan laju air yang keluar sehingga
lahan gambut tetap tergenangi. Pembangunan sekat kanal di Provinsi Jambi
memiliki pengaruh besar terhadap penurunan titik panas. Tim Restorasi Gambut
Daerah (TRGD) dan Dinas Kehutanan Jambi melaporkan bahwa area gambut yang
dibangun IPG dalam 2 tahun terakhir aman
dan tidak terjadi kebakaran.
Di Kabupaten Kampar, Riau dibangun sumur bor dalam waktu 3-4 jam dengan kedalaman 20 meter. Meski tujuan utama
dibuat untuk pembasahan namun saat ini digunakan untuk memadamkan api. Hal ini
pun dilakukan di seluruh wilayah kerja BRG. Juga dilakukan pemantauan rutin
untuk mengecek jumlah dan kondisi sumur bor.
BADAN PENGKAJIAN DAN
PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Saya tidak pernah bosan mengatakan
bahwa ekosistem gambut itu unik sehingga untuk menyelesaikan persoalan seperti
kebakaran pun tidak cukup dengan menyiram air seperti saat memadamkan api.
Kebakaran lahan terjadi didua tempat
yaitu diatas permukaan dan dibawah permukaan. Menyiram dengan menyemprotkan air
hanya memadamkan api yang berada diatas permukaan. Sementara api yang berada
dibawah permukaan tidak. Sehingga perlu dilakukan upaya lain seperti yang
dilakukan oleh BPPT.
Salah satu unit kerja BPPT yaitu Balai
Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC)
membentuk posko operasi Teknologi
Modifikasi Cuaca (TMC) disetiap provinsi
lokasi karhutla. TMC yang umum dipahami dengan sebutan hujan buatan.
Teknologi ini meniru proses terjadinya hujan. Yaitu dengan menambahkan secara
langsung partikel higroskopik kedalam awan yang dibawa dengan pesawat. Dengan
ini diharapkan hujan yang berasal dari awan turun lebih cepat.
Operasi ini membuahkan hasil dengan
menurunnya jumlah titik panas. Untuk mengantisipasi peningkatan titik panas
wilayah operasi pun diperluas. Dan terus dilakukan pemantauan.
BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN BENCANA
BNPB bersama Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA) terjun langsung ke lokasi kebakaran. Pemadaman dilakukan baik melalui jalur
darat dan udara. Melalui jalur darat pemadaman dilakukan dan pendinginan dilakukan
sebagai upaya pencegahan meluasnya titik panas.
Sementara itu melalui jalur udara
dilakukan water bombing menggunakan
helicopter. Sayangnya upaya ini banyak mengalami kendala karena tidak semua helikopter
bisa digunakan untuk mengangkat air kemudian menjatuhkannya dilokasi yang
terbakar.
Masyarakat
Masyarakat menjadi pihak yang paling
banyak merasakan dampak dari karhutla selain satwa liar dan ekosistem. Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) banyak diderita korban. Sehingga banyak sekali
dihimbau untuk menggunakan masker, mengurangi aktifitas diluar ruangan dan
mengunjungi posko kesehatan bila merasakan gangguang kesehatan akibat menghirup
asap.
Peran aktif masyarakat pun menentukan
keberhasilan pemadaman dan pencegahan karhutla. Selain meningkatkan kewaspadaan
terhadap pemicu kebakaran juga menghindari menggunakan metode pembakaran untuk membuka lahan.
Masayarakat pun bisa berperan aktif
dalam memantau kondisi dan jumlah titik panas. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan meresmikan website http//sipongi.dephut.go.id yang bisa diakses
masyarakat luas untuk memantau pendeteksian titik panas menggunakan satelit.
Bencana kebakaran ini merupakan
persoalan yang serius. Penanganannya tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak
saja. Melainkan kolaborasi banyak pihak yang terus dilakukan secara
berkelanjutan.
Oleh karena itu STOP saling menyalahkan. Bencana lingkungan ini tanggungjawab
bersama. Mari saling dukung agar tercipta sebuah ekosistem yang lestari dan
seimbang untuk kesejahteraaan bersama.
Beberapa Foto milik pribadi (Kualitas kamera, pencahayaan dll memungkinkan terjadi perbedaan hasil foto dan kondisi di lapangan)
Diambil akhir pekan lalu
Kondisi Kota Pekanbaru diambil awal pekan lalu
Ikut prihatin Mbak dengan kejadian kebakaran hutan. Memang sudah seharusnya kita saling bersinergi mencegah dan mengatasi hal ini. Semoga kondisi semakin membaik dan kita bisa belajar dari kejadian yang terus berulang, dengan senantiasa bersama-sama menjaga kelestarian ekosistem.
BalasHapusYa ampuun... Aku di sini turut mendoakan semoga Allah karuniakan hujan segera turun di sana... Aamiin.
BalasHapusTerimakasih banyak Mbak...Informasinya lengkap banget. Semoga kita semua sadar dan bergotongroyong mencari solusi untuk mencegah karhutla.
BalasHapusSemoga senantiasa dalam lindungan Allah ya, Mbak. Kami semua ikut berdoa semoga kondisi cepat pulih dan segera turun hujan.
BalasHapusSedih banget ya mb kebakaran blm bs diatasi. Smg segera berakhir asap2 yang mengganggu aktivitas saudara2 kita disini. Aamiin
BalasHapusMbak, senang baca ini..jelas sekali dan setu dengan pesannya, STOP saling menyalahkan karena bencana ini tanggung jawab bersama yang mesti kita atasi dengan saling bekerja sama.
BalasHapusTerima kasih sudah membagikan info bermanfaat ini.
Semoga segera berlalu bencana asap akibat karhutla ini. Aamiin
Terima kasih sudah menuliskan artikel ini. Semoga yang suka nyinyir kepada siapapun membacanya, sehingga tidak lagi saling menyalahkan. Intinya, segala musibah, bencana adalah tanggung jawab bersama karena pada umumnya pemicu terjadinya adalah ulah manusia juga.
BalasHapusMudah-mudahan Karhutla cepat teratasi dan hujan segera turun, Aamiin
BalasHapus