Selasa, 17 September 2019

# BNPB # BPPT

ASAP KAPAN KAU PERGI?


Musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sedang terjadi semakin meresahkan banyak pihak. Saya memilih kata ‘musibah’ karena semua hal didunia ini terjadi atas ijin-Nya. Perkara itu disebabkan oleh perbuatan manusia atau bukan.


Sebelum itu adakah perbedaan antara pembakaran hutan dan kebakaran hutan?
Pembakaran hutan terjadi karena perbuatan manusia yang disengaja. Dahulu masyarakat tradisional melakukan aktivitas ini untuk membuka lahan. Umum diketahui bahwa sistem pertanian jaman dulu dilakukan berpindah-pindah. Sehingga aktivitas pembersihan lahan dengan membakar merupakan hal biasa.




 Koleksi pribadi

Berbeda dengan kebakaran hutan yang terjadi secara tidak sengaja. Pemicunya banyak namun yang paling banyak terjadi adalah karena perbuatan manusia. Salah satunya pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke area disekitarnya. Dan kejadian seperti ini sering sekali terjadi di Indonesia. Kelalaian lain yang bisa memicu kebakaran lain seperti membuang puntung rokok sembarangan, membakar sampah dan lain sebagainya                                                       
Karhutla tahun ini bukan yang pertama kali terjadi. Bukan pula yang jarang terjadi. Seperti halnya banjir yang sudah menjadi langganan terjadi di kota-kota metropolitan seperti Jakarta. Kebakaran seperti ini pun setiap tahun terjadi. hanya tingkat keparahan dan aktifitas pemberitaan saja yang membedakan.


Sebenarnya mengapa kebakaran ini kembali berulang?
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa salah satu ciri lahan gambut adalah selalu tergenang air. Batas aman dari genangan air ini adalah minimal 0,4 meter. Dibawah itu maka lahan gambut berada pada status berbahaya. Artinya sangat mudah sekali terbakar. Sementara berdasarkan Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (SIPALAGA) pada periode bulan juli-agustus lahan gambut yang berada di 7 provinsi di Indonesia berada dalam status berbahaya. Ke-7 provinsi tersebut antara lain Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua.




Awal agustus lalu, BMKG mengeluarkan sebuah press-release mengenai sebaran titik panas di seluruh Indonesia. Memasuki musim kemarau jumlah titik panas terus mengalami peningkatan. Per tanggal 25 juli jumlah titik panas sebanyak 1395 titik dan mengamali penurunan pada tanggal 1 agustus 2019 menjadi 703 titik. Kemudian pada tanggal 4 agustus mengalami peningkatan signifikan menjadi 3191 titik yang terkonsentrasi di wilayah Riau, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Bahkan mulai tanggal 2 agustus sampai 6 agustus, tidak hanya Indonesia, tapi juga negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Filipina dan Thailand masuk kedalam kategori diprediksi “sangat mudah” terjadi kebakaran.
Melihat kondisi cuaca seperti ini ditambah dengan kondisi ekosistem gambut saat ini semakin memperbesar peluang terjadinya kebakaran secara alami. Meski secara teori kejadian tersebut tidak mungkin terjadi di hutan Indonesia. Dengan catatan bahwa kondisi ekosistem baik-baik saja. Kenyataannya kerusakan gambut di Indonesia sangat parah dan terjadi sejak bertahun-tahun lalu. banyak sekali lahan gambut yang berubah fungsi menjadi lahan produksi seperti perkebunan sawit dan hutan produksi. Melihat hal tersebut tidak heran akhir-akhir ini banyak sekali terjadi bencana akibat dari kerusakan tersebut salah satunya kebakaran saat ini.


Lantas apakah semua itu dibiarkan menjadi sebuah kebiasaan? Tidak juga. Sudah banyak tindakan preventif yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun LSM yang fokus dibidang lingkungan. Diantaranya :

Badan Restorasi Gambut (BRG)
BRG yang didirikan secara khusus untuk menangani persoalan gambut. Lembaga nonstruktral yang dibentuk pada tahun 2016 melalui sebuah perpres no 1 tahun 2016. Lembaga ini berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada presiden.

Kemarau panjang menjadi salah satu faktor terbesar bertahannya api yang membakar hutan dan lahan gambut. BMKG sendiri sudah mengumumkan bahwa tahun ini kemarau relatif lebih lama dibanding tahun sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut BRG membuat program sebagai tindakan preventif mencegah karhutla. Program tersebut diberi nama 7 Strategi BRG Menghadapi Kemarau.







Kanal atau parit merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengeringkan lahan gambut. Hal ini dilakukan agar gambut bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti perkebunan kelapa sawit atau hutan produksi.

Pembangunan kanal ini memberikan peluang terjadinya karhutla. Sehingga BRG melalui salah satu programnya melakukan antisipasi dengan membangun IPG yang meliputi sumur bor dan sekat kanal.

Sekat kanal merupakan penahan air yang dibangun dibadan kanal. Fungsinya untuk menahan laju air yang keluar sehingga lahan gambut tetap tergenangi. Pembangunan sekat kanal di Provinsi Jambi memiliki pengaruh besar terhadap penurunan titik panas. Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) dan Dinas Kehutanan Jambi melaporkan bahwa area gambut yang dibangun IPG  dalam 2 tahun terakhir aman dan tidak terjadi kebakaran.

Di Kabupaten Kampar, Riau  dibangun sumur bor dalam waktu 3-4 jam  dengan kedalaman 20 meter. Meski tujuan utama dibuat untuk pembasahan namun saat ini digunakan untuk memadamkan api. Hal ini pun dilakukan di seluruh wilayah kerja BRG. Juga dilakukan pemantauan rutin untuk mengecek jumlah dan kondisi sumur bor. 

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
Saya tidak pernah bosan mengatakan bahwa ekosistem gambut itu unik sehingga untuk menyelesaikan persoalan seperti kebakaran pun tidak cukup dengan menyiram air seperti saat memadamkan api.
Kebakaran lahan terjadi didua tempat yaitu diatas permukaan dan dibawah permukaan. Menyiram dengan menyemprotkan air hanya memadamkan api yang berada diatas permukaan. Sementara api yang berada dibawah permukaan tidak. Sehingga perlu dilakukan upaya lain seperti yang dilakukan oleh BPPT.
Salah satu unit kerja BPPT yaitu Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC)  membentuk posko operasi  Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) disetiap provinsi  lokasi karhutla. TMC yang umum dipahami dengan sebutan hujan buatan. Teknologi ini meniru proses terjadinya hujan. Yaitu dengan menambahkan secara langsung partikel higroskopik kedalam awan yang dibawa dengan pesawat. Dengan ini diharapkan hujan yang berasal dari awan turun lebih cepat.
Operasi ini membuahkan hasil dengan menurunnya jumlah titik panas. Untuk mengantisipasi peningkatan titik panas wilayah operasi pun diperluas. Dan terus dilakukan pemantauan.

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
BNPB bersama Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA)  terjun langsung ke lokasi kebakaran. Pemadaman dilakukan baik melalui jalur darat dan udara. Melalui jalur darat pemadaman dilakukan dan pendinginan dilakukan sebagai upaya pencegahan meluasnya titik panas.
Sementara itu melalui jalur udara dilakukan water bombing menggunakan helicopter. Sayangnya upaya ini banyak mengalami kendala karena tidak semua helikopter bisa digunakan untuk mengangkat air kemudian menjatuhkannya dilokasi yang terbakar.

Masyarakat
Masyarakat menjadi pihak yang paling banyak merasakan dampak dari karhutla selain satwa liar dan ekosistem. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) banyak diderita korban. Sehingga banyak sekali dihimbau untuk menggunakan masker, mengurangi aktifitas diluar ruangan dan mengunjungi posko kesehatan bila merasakan gangguang kesehatan akibat menghirup asap.
Peran aktif masyarakat pun menentukan keberhasilan pemadaman dan pencegahan karhutla. Selain meningkatkan kewaspadaan terhadap pemicu kebakaran juga menghindari menggunakan metode pembakaran untuk membuka lahan.
Masayarakat pun bisa berperan aktif dalam memantau kondisi dan jumlah titik panas. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meresmikan website http//sipongi.dephut.go.id yang bisa diakses masyarakat luas untuk memantau pendeteksian titik panas menggunakan satelit.


Bencana kebakaran ini merupakan persoalan yang serius. Penanganannya tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Melainkan kolaborasi banyak pihak yang terus dilakukan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu STOP saling menyalahkan. Bencana lingkungan ini tanggungjawab bersama. Mari saling dukung agar tercipta sebuah ekosistem yang lestari dan seimbang untuk kesejahteraaan bersama.


Referensi

Beberapa Foto milik pribadi (Kualitas kamera, pencahayaan dll memungkinkan terjadi perbedaan hasil foto dan kondisi di lapangan)
Diambil akhir pekan lalu







Kondisi Kota Pekanbaru diambil awal pekan lalu






8 komentar:

  1. Ikut prihatin Mbak dengan kejadian kebakaran hutan. Memang sudah seharusnya kita saling bersinergi mencegah dan mengatasi hal ini. Semoga kondisi semakin membaik dan kita bisa belajar dari kejadian yang terus berulang, dengan senantiasa bersama-sama menjaga kelestarian ekosistem.

    BalasHapus
  2. Ya ampuun... Aku di sini turut mendoakan semoga Allah karuniakan hujan segera turun di sana... Aamiin.

    BalasHapus
  3. Terimakasih banyak Mbak...Informasinya lengkap banget. Semoga kita semua sadar dan bergotongroyong mencari solusi untuk mencegah karhutla.

    BalasHapus
  4. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah ya, Mbak. Kami semua ikut berdoa semoga kondisi cepat pulih dan segera turun hujan.

    BalasHapus
  5. Sedih banget ya mb kebakaran blm bs diatasi. Smg segera berakhir asap2 yang mengganggu aktivitas saudara2 kita disini. Aamiin

    BalasHapus
  6. Mbak, senang baca ini..jelas sekali dan setu dengan pesannya, STOP saling menyalahkan karena bencana ini tanggung jawab bersama yang mesti kita atasi dengan saling bekerja sama.
    Terima kasih sudah membagikan info bermanfaat ini.
    Semoga segera berlalu bencana asap akibat karhutla ini. Aamiin

    BalasHapus
  7. Terima kasih sudah menuliskan artikel ini. Semoga yang suka nyinyir kepada siapapun membacanya, sehingga tidak lagi saling menyalahkan. Intinya, segala musibah, bencana adalah tanggung jawab bersama karena pada umumnya pemicu terjadinya adalah ulah manusia juga.

    BalasHapus
  8. Mudah-mudahan Karhutla cepat teratasi dan hujan segera turun, Aamiin

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates