Kutu buku, book freak, book dragon, monster book dan masih banyak lagi sebutan
untuk orang-orang yang menyukai buku. Istilah tersebut pun sangat populer di
Instagram sehingga banyak digunakan sebagai tagar. Kalau saya lebih suka
menyebutnya anak buku.
Instagram
menjadi salah satu wadah bagi orang-orang tersebut. Mereka biasa menamai bookstagram.
Komunitas ini mulai berkembang di Indonesia sekitar 2 tahun belakangan. Tidak
selalu mereka yang gemar membaca bahkan mereka yang hanya mengunggah foto
dengan buku sebagai objek pun sudah bisa disebut bookstagram.
Nah,
mereka yang menyukai hal-hal seputar buku ini juga memiliki kebiasaan unik.
Jika ada yang melihat pasti akan memberi kesan lebay deh, enggak ada kerjaan, dan lain sebagainya. Salah? Tidak.
Itu kan hanya pendapat orang yang tidak pernah tahu apa yang sebenarnya
dirasakan. Biar tidak menghakimi seenaknya sendiri, yuk, kita selami sedikit
dunia mereka.
IG azura.arts |
Kumpulan
Buku adalah Taman Bunga
Hamparan
rumput hijau yang dipotong rapi. Berbagai jenis tanaman berkumpul dengan
kelompok masing-masing. Tanaman berbunga, tanaman berduri, perdu, tanaman
merambat, pohon-pohon dengan tajuk yang besar-besar menjadi penghuninya.
Siapapun
akan senang mengunjunginya. Datang bersama keluarga, menikmati bekal yang
dibawa dengan pemandangan yang memanjakan mata. Disaat seperti ini kita akan
merasa kadar oksitosin dalam tubuh meningkat. Senang rasanya.
Kurang
lebih seperti itu yang dirasakan oleh anak buku. Barisan rak yang menjulang
tinggi yang berderet rapi. Dipenuhi oleh buku-buku yang sudah dikelompokkan
sesuai kategorinya.
Filsafat,
sejarah, psikologi itu seperti kelompok perdu yang bergerombol dengan daun
hijaunya yang seragam.
Agama,
pendidikan, social-budaya adalah tajuk-tajuk ilmu yang senantiasa menaungi dari
sengatan hal buruk dunia.
Komik,
novel, kumpulan cerpen bahkan puisi terlihat seperti bunga yang sedang mekar
dengan genre-genre yang siap membuka pintu segala emosi.
Ekonomi,
politik, teknologi mengakar dan berkembang tanpa batas. Menjerat orang-orang
untuk terus mengasah kemampuan.
IG azura.arts |
Perpustakaan
dan Toko Buku adalah Tempat Hang Out
Terbaik
Kalau
jalan bareng teman kemana? Nongkrong
di kafe atau nonton di bioskop biasanya jadi tempat yang paling banyak
dikunjungi. Tidak heran kalau saat ini banyak sekali kafe-kafe baru yang
menawarkan banyak konsep demi kenyamanan nongkrong.
Anak
buku pun demikian. Jangan salah, mereka juga suka hang out. Bisa sendiri atau rame-an.
Nah,
ini juga salah satu yang seru yang hanya anak buku lakukan (mungkin). Pergi
sendirian. Tidak semua sih. beberapa ada yang demikian untuk mereka dengan
karakter introvert.
Alasannya
sederhana. Tidak suka mendapat banyak gangguan. Kalau sesama jenis enggak akan
masalah (anak buku) tentu saja. Lah kalau beda? Asli itu hal yang sangat
berbahaya untuk dibayangkan.
Pernah
suatu waktu pergi ke toko buku di temani suami. Sebelum masuk saya sudah
berpesan untuk tidak bertanya kapan selesai. Sekaligus memberi saran untuk menunggu di kafe atau Time Zone saja.
Saking sayangnya, suami maksa ikut masuk.
30
menit pertama saya sudah disamperin. Awalnya hanya melihat apakah saya sudah
menemukan buku yang dicari. 15 menit kemudian menawarkan diri untuk membantu
mencari judul buku. Akhirnya setelah genap 1 jam kesabarannya diambang kepunahan
pun bertanya, “Sudah selesai?”
Inilah
tragedi!!!
Toko
buku dan book fair kadang terlalu berisik untuk dikunjungi. Beberapa anak buku
yang suka ketenangan akan memilih perpustakaan.
Perpustakaan
seperti surga dunia. Bayangkan, buku-buku yang sudah tidak beredar akan bisa di
jumpai di sana. Bahkan buku-buku yang terbit sejak jaman kolonial pun pasti
ada.
Kalau
di perpustakaan Hogwarts ada yang disebut restricted
area, perpustakaan dunia nyata pun ada. Bedanya tidak ada rantai yang
mengikat buku agar tidak berteriak liar. Kita cukup bertanya kepada petugas
atau membawa dokumen tertentu terkait perijinan seperti surat izin penelitian.
Karena buku langka sehingga tidak bebas untuk dibaca dan dipinjam.
IG splendidwords |
Over Protective terhadap buku
Pacar
protektif itu biasa. Orang tua protektif itu kewajiban. Anak buku protektif
harus diwaspadai.
Jangan
bangunkan harimau tidur. Pepatah itu sangat sesuai untuk disematkan pada anak
buku.
Pasalnya
ketika kita meminjam atau sekadar membaca buku miliknya, hal pertama yang akan diucapkan
adalah daftar panjang kata jangan. Jangan dilipat, jangan dicoret, jangan
ditekuk, jangan makan sambil baca, jangan baca sambil minum dan ada ratusan lagi
kata jangan.
Untuk
anak buku daftar jangan adalah aturan mutlak. Sekali saja jangan sampai
melanggar. Hal itu sangat melukai hati.
Hal-hal
tersebut adalah bentuk penjagaan yang bisa dilakukan terhadap koleksi bukunya
baik kesayangan maupun bukan. Jika mereka masih memberi izin itu adalah sebuah
kebaikan dan hargailah. Ketika mereka bilang ‘tidak boleh’ maka mengertilah.
Biasanya mereka pernah mengalami kejadian buruk yang traumatis.
Mempunyai
Dunia Sendiri
Menjadi
seorang anak buku terkadang mendapat label pintar. Tapi tidak sedikit juga yang
mengalami kesulitan saat berbincang atau nggak
nyambung.
Secara
umum seorang anak buku memang memiliki wawasan luas dan lebih terbuka cara
berpikirnya. Tapi ketika berbicara lebih dalam, seringkali mengalami kesulitan
untuk memahami pembicaraannya.
Apalagi
jika berhadapan dengan anak buku yang sering membaca novel. Mereka seperti
berada di dunia yang berbeda dengan kebanyakan orang. Atau justru menjadi sosok
lain. Bukan hal yang aneh ketika seorang anak buku sangat terpengaruh dengan
karakter yang sedang atau pernah dibaca kedalam kepribadiannya.
Bersabarlah!
Selebihnya anak buku itu
menyenangkan. Mereka bisa menjadi teman berbincang yang menyenangkan karena
wawasan mereka yang luas dan bahan pembicaraan yang tidak ada habisnya. Yang
jelas kesenangan mereka dengan buku membuat mereka lebih bijak dalam melihat
sesuatu sehingga tidak membuatnya menjadi karakter korek api yang mudah sekali
tersulut emosi.