Senin, 30 September 2019

FIRST DATE

15.10 0 Comments
“Kita beneran masuk kedalam?”
Satya hanya tersenyum dan menginjak pedal gas melewati pintu masuk setelah.
Rabu kesebelas akhirnya membawa Killa dan Satya pergi bersama. Bisa dikatakan ini adalah first date mereka. Dan Satya memilih sebuah taman buah dan bunga sebagai lokasi mereka menghabiskan waktu bersama.
“Kurasa tempat in yang paling sesai dengan kita” kata Satya.
Mereka sudah berada di dalam lokasi.
Angin gunung yang sejuk menyapa. Menyeimbangkan mentar yang bersinar cukup terik. Karena bukan peak season maka tak banyak pengunjung. Selain mobil pribadi yang mendominasi ada sedikit kendaraan besar yang menonjol.  Dua buah bis baru saja lebih dulu datang membawa rombongan sekolah.
“Naik kereta api tut … tut … tut …”
Suara seorang wanita memandu anak-anak yang berjalan berbaris kebelakang menyerupai barisan gerbong kereta. Dengan suaranya yang lembut mengajak anak-anak keci yang memakai seragam olahraga untuk bernyanyi bersama.
Sebagian besar anak-anak memegang bahu teman yang ada didepannya saat berjalan. Hanya ada satu anak yang memegang pinggang temannya. Dan anak yang pinggangnya dipegang itu merasa geli sehingga mempercepat langkahnya dan membuat kereta anak-anak itu terputus.
“Keretanya jangan sampai terputus ya … “ Seru si Ibu Guru tersebut.
Barisan kereta itu pun berlalu. Meninggalkan Satya dan Killa  yang sedang terpana. Keduanya kembali melangkah dalam diam. Keduanya sedang asik dengan isi kepala masng-masing.
Gerbong kereta itu meninggalkan tawa anak-anak yang menggema dikepala Killa dan Satya. Bagaimana pun juga mereka adalah manusia dewasa normal. Yang memiliki naluri untuk hidup berkeluarga. Namun, meski mereka sedang melakukan pendekatan, tidak ada yang berani untuk membawa kejadian barusan kedalam percakapan mereka meski sebagai candaan.
“Kamu tadi bilang, bahwa tempat ini sangat cocok dengan kita.” Killa membuka pertanyaan ketika mereka sedang menyiapkan bekal yang sudah dibawa.
“Entahlah.” Satya membuka lipatan tikar yang didesain khusus untuk dibawa bepergian sehingga muat dimasukkan kedalam tas ransel. “Kita terlalu sering bersinggungan dengan nuansa manusia.”
Killa berhenti mengeluarkan kotak-kotak berisi makanan. “Nuansa manusia?”

“Kamu bekerja di restoran/ setiap saat bertemu manusia, dikelilingi benda-benda buatan manusia. Satu-satunya yang tidak dibuat manusia mungkin hanya daging ayam yang kalian masak.”
“Manusia tidak bisa buat daun selada dan daun bawang.”
“Bisa jadi.”
Keduanya pun tertawa.
“Terus kalau kamu?”
Satu peningkatan yang Nampak jelas dari Killa adalah dia sudah berinsiatif. Seperti sekarang. Memulai percakapan untuk menghilangkan kekosongan. Hal yang mulai biasa satya rasakan. Hal yang membuat Satya tambah yakin akan keberhasilan hubungan mereka. Bahwa Killa berperan aktif didalamnya. Tidak pasif seperti sebelum-sebelumnya.
“Aku?  apa ya?” Satya merapatkan bibir dan menggerakkannya sedikit miring. “Rasanya sopir sepertiku hanya dikelilingi buatan manusia. Kecuali penumpang yang hanya kutahu namanya.”
“Dan pramugari cantik.” Killa menambahkan.
Sayangnya Satya seperti mendapat kesempatan emas untuk menggoda Killa. Dan sedikit tes.
“Waktu kamu bilang pramugari cantik, aku mendengar sedikit rasa cemburu. Sepertinya.”
“Hah? Cemburu? Mana mungkin.”
Killa merasa terpojok dan salah tingkah sendiri. Dia memang tidak merasa cemburu saat mengucapkannya. Dia hanya menambahkan karena Satya tidak menyebutkannya.
Satya tidak bisa untuk tidak terbahak melihat tingkah Killa. Pipinya yang bulat itu memerah. Gadis introvert yang cemburu itu benar-benar menggemaskan.
“Kru kabin kami memang sebagian besar perempuan. Tapi ada juga yang laki-laki.”
Alas sudah dibentangkan. Kotak-kotak makanan sudah dikeluarkan. Minuman ringan berpindah kedalam gelas. Killa membuat mojito tanpa alkohol. Rasanya benar-benar menyegarkan. Campuran daun mint, lemon, dan soda benar-benar pas diminum di tengah padang rumput hijau seperti ini.
“Kamu benar. Tempat ini sangat cocok dengan kita.” Killa sudah menghabiskan minumannya dan sekarang sedang mengisinya kembali.
“Padang rumput, pohon-pohon, kupu-kupu, suara burung. Kita terlalu sibuk bekerja. Sampai lupa bahwa ada hal lain yang bisa kita nikmati.”
Killa memandang lepas kedapan. Melewati barisan perdu yang berdiri di sela-sela rumput hijau. Di salah satu sudut tanah lapang tersebut dipenuhi sekumpulan anak-anak sedang bermain dipandu gurunya. Tawa riang mereka benar-benar lepas. Meski hanya memandang dari kejauhan spectrum bahagia itu meluas hingga menghampiri Killa.
“Buka hanya kita. Tapi anak-anak kecil itu juga merasa ini tempat yang cocok untuk mereka.”
Killa mengangguk setuju dengan ucapan Killa.
“Tempat seperti ini memang sangat cocok untuk keluarga mengahabiskan waktu. Mungkin lain kali aku bisa mengajak Mama dan Keenan kemari. biar anak itu bisa melihat hal lain selain gedung-gedung pencakar langit.”
Berlibur bersama keluarga
Batin Satya bergemuruh mendengar Killa menyebut kata keluarga. Selain orang tuanya, Satya selalu iri melihat keluarga kecil, Rian, sepupunya. Bukan iri dalam hal negative. Lebih pada motivasi, bahwa suatu saat dia juga bisa memilikinya sendiri.
Killa duduk dengan kedua kaki diluruskan saling menyilang. Rambutnya di biarkan digerai bebas tanpa ikatan seperti yang sering kali Satya lihat. Tajuk pohon yang besar itu melindungi dari sengatan matahari yang semakin panas. Tapi Satya merasakan kenyamanan saat melihatnya. Seperti kenyamanan saat ia sedang ditengah ayah ibu atau saat bersama keluarga kecil Rian.
“Ki … “
Killa menoleh.

“Mau ketemu ibuku, nggak?”

DANANG ARYASATYA

15.08 0 Comments
Nang, begitu Satya dipanggil ketika kecil. Kependekan dari Danang atau anak lanang. Hanya Ibu yang sesekali masih memanggilnya demikian. Lahir di Semarang sekitar 34 tahun lalu. Tepatnya 6 November 1985. Tidak pernah tinggal jauh dari orang tua kecuali saat mengambil pilot lisence.
Ayah Satya  merupakan panutannya juga yang mengantarnya menjadi pilot. Ayah Satya juga pilot. Bedanya Satya pilot yang menerbangkan pesawat komersil sementara ayahnya  pesawat tempur. Ibunya menjadi ibu rumah tangga sekaligus satu-satunya orang yang menentang anaknya menjadi pilot.
Perjalanan karir pilot Satya memang sangat bagus. Tidak sesulit mendapat ijin dari ibu. Satya bahkan harus kuliah dan mendapat predikat terbaik hanya untuk bisa mengantongi izin terbang yang dikeluarkan oleh ibunda. Sehingga kesempatannya menempuh pendidikan pilot harus tertunda selama 4 tahun.
Sebenarnya itu hanya alasan ibu untuk membuat Satya berubah pikiran. Ketika Satya menemukan hal baru yang menarik maka keinginan menjadi pilot akan tersisihkan. Hanya saja harapan ibu tidak terwujud. Satya justru semakin termotivasi.
Kedua orang tua Satya memiliki paras rupawan. Tidak mengherankan jika Satya dan Diar, adiknya pun mewaris genetic unggul tersebut.
Satya memiliki tinggi badan mencapai 180 cm. wajahnya merupakan campuran dari ras kaukasia dan melayu. Menurut cerita, kakek buyut dari ibu merupakan orang Inggris. Dan genetik itu masih di turunkan pada Satya dengan bola matanya yang sedikit kebiruan dan rambut coklat milik Diar.
Kebiasaan Satya melakukan olahraga membuat badannya terlihat seperti seorang atlit. Dadanya bidang dan berbentuk. Berikut dengan otot lengannya yang liat. Meski tidak memiliki perut kotak-kotak seperti atlit binaraga tapi otot perutnya terlatih dengan baik sehingga tetap rata. Hanya bagian rambutnya saja yang menurut Satya paling mengganggu. Rambutnya termasuk jenis yang kering dan kaku sehingga Satya sering menggunakan gel khusus rambut untuk membuatnya terlihat rapi.
Pendidikan
Secara akademik Satya bukan siswa yang menonjol. Selama sekolah nilainya masuk kedalam kategori cukup. Kecerdasannya mulai tertantang ketika dia menempuh pendidikan tinggi. Dia berusaha keras untuk selalu menjadi yang terbaik. Motivasi apalagi selain untuk mendapatkan restu ibu agar mengizinkannya menjadi seorang pilot.
Satya bahkan tidak memiliki waktu untuk bersenang-senang. Mahasiswi-mahasiswi yang menunjukkan ketertarikan padanya justru ia manfaatkan untuk mengerjakann tugas-tugas yang diberikan dosen. Dengan imbalan jalan saat malam minggu atau nonton. Mungkin dari sana kutukan ganteng-ganteng jomblo Satya sandang. Masa mudanya dihabiskan untuk bermain dengan perasaan wanita.
Lulus kuliah tepat diusianya yang ke 22 tahun. Ditahun itu pula Satya langsung mengambil pendidikan pilot. Sejumlah lisensi penerbangan pun dikantonginya. Sekitar 3 tahun kemudian Satya sudah bisa mengenakan emblem dengan 2 garis dibahunya. Dan bekerja sebagai junior first officer di sebuah maskapai penerbangan milik pemerintah.
Kebanggaan dan kerja kerasnya pun menular hingga menciptakan senyum indah di bibir ibu di hari pertama Satya resmi menjadi seorang pilot. Meski setiap membuka ponsel selalu muncul pesan dari ibu. Pesan untuk selalu berhati-hati dan berdoa selama bertugas.
Hobi
Selain pekerjaan Satya memiliki kesibukan lain, yaitu menjadi fotografer. Meski semua karyanya hanya di pajang di akun media sosial. Malah dari hobinya ini yang membuat pengikut akun instagramnya mencapai ribuan.
Jadi anggapan sebagian orang bahwa profesi pilotnya lah yang membuat pengikutnya sangat banyak itu salah. Foto-foto yang diambil Satya kebanyakan adalah bentang alam atau sesuatu yang hidup, tumbuhan, hewan dan Killa. Yang satu itu mewakili spesies manusia. Meski jelas sekali bagi Satya hanya ada satu spesies manusia di bumi yang berhak memenuhi feed instagramnya.
Nah, ini dia mahakarya Satya. Tapi satu spesies manusianya disembunyikan. Kata Satya, belum boleh di-publish sebelum sah.

ig zonafotografi

Ig zonafotografi

Ig tonywangphotography

Ig warmanwardhani

Ig warmanwardhani

Ig warmanwardhani

Ig warmanwardhani
Selebihnya seperti nonton, main games hanya dilakukan sesekali. Dan bukan yang dilakukan setiap hari. Mungkin mengunjungi Tantri, sahabatnya bisa dimasukkan. Karena bisa dipastikan setiap sebulan sekali pasti Satya datang berkunjung.
Olahraga tidak bisa dimasukkan kedalam kategori hobi. Karena olahraga menduduk strata setingkat dengan makan, minum dan tidur. Meski jenisnya bisa dibuatkan daftar. Renang, meski jarang dilakukan tapi tetap menjadi yang paling disukai. Yang kedua adalah lari. Karena menjadi perantaranya mengenal Killa.
Makan, Satya sangat menyukainya. Tapi bukan jenis food hunter yang setiap berkunjung ke tempat baru harus mencicipi makanan khasnya. Satya menyukai masakan rumahan, masakan yang dimasak dirumah. Masakan ibunya, masakan Tantri dan masakan Bu Ayu. Masakan dari tiga orang wanita tersebut yang pernah Satya makan dan sangat disukainya. Alasan Satya sederhana bahwa masakan rumahan yang akan membuatnya selalu ingin pulang meski merasakan banyak kenikmatan diluar rumah.

PS :

Semua narasi diatas adalah fiktif. Apabila ditemukan kesamaan fisik dan sifat bahkan tempat hanya kebetulan semata.Dari pada penasaran, langsung sapa Satya dan Killa 

THE GATE OF MISSING

15.00 0 Comments
“Adek mau ikut ayah, Bunda.”
Diawal perjalanan adek selalu merapalkan kalimat yang dianggapnya sakti. Beruntung keberangkatan kali ini bertepatan dengan siklus tidur sehingga tak lebih dari 10 km pertama adek sudah mencapai pulau kapuk yang nyaman.
Sedikit momen tersulit itu pun bisa di tunda sejenak. Meski sadar waktu tak akan membuat keadaan lebih baik. Paling tidak ada jeda yang bisa digunakan sebuah hati untuk bersiap.
“Kita mau lewat mana?”
“Mana aja. Kita punya waktu panjang jadi bisa santai.”
Percakapan ini akan terdengar sangat klise. Untuk memilih jalan tercepat tanpa macet cukup membuka google map, masukan tujuan dan keluar lah rute terbaik itu. Hanya saja rangkaian basa basi itu mampu mengurangi gemuruh hati yang merongrong.
Jalur tengah yang di pilih ini hampir seluruhnya melewati area pemukiman. Sesekali melalui tanah terbuka atau kebun tebu luas yang menjadi pembatas antar desa. Selain itu kendaraan yang lalu lalang pun relatif sepi karena masih berada di pinggiran kota. Jalan yang terbuat dari beton membuat suasana di dalam mobil sedikit berguncang. Untuk adek yang sedang terlelap seperti sedang dalam ayunan, dengan bahu kakak yang juga tidur sebagai sandaran.
“Ngantuk, ya?”
Padma terbangun saat kepalanya terguncang membentur kaca pintu mobil karena mobil berguncang mengikuti arus jalanan.
“Maaf maaf, aku ketiduran.” Padma menegakkan duduknya lalu meneguk air mineral di botol biru yang selalu dibawanya.
“Kalau ngantuk tidur aja.” Rafli menyentuh lembut pipi istrinya.
Seandainya seseorang yang duduk di balik kemudi itu bukan suaminya mungkin Padma akan sama cepatnya dengan adek untuk tertidur. Sayangnya saat ini adalah momen yang tak boleh ia sia-sia kan meski hanya tidur selama perjalanan.
Menemani suaminya terjaga saat berkendara sebenarnya sudah biasa terjadi. Hanya saja semalam dia tidak mendapatkan tidur yang cukup. Gelapnya malam sebagian besar ia habiskan untuk berbaring dengan lengan besar Rafli sebagai bantal.
Terlalu banyak hal yang Padma pikirkan sehingga memejamkan mata saja tak cukup menariknya kedalam mimpi. Jadilah sampai lewat tengah malam ia masih terjaga. Meski hanya diam berbaring dan sesekali menyentuhkan jarinya pada pipi Rafli.
Biasanya Padma melakukan hal itu untuk membuat Rafli melepaskan diri dari jeratan bunga tidur yang menenangkan. Karena hampir delapan tahun menikah tak sekalipun suaminya itu bisa bangun cepat tanpa membuat istrinya meracaukan ribuan kata saat matahari saja belum sampai di peraduan.
Pernah suatu pagi Rafli bangun dalam keadaan tenang. Kicauan burung murai milik tetangganya terdengar nyaring bahkan suara derap langkah ibu-ibu yang berangkat berbelanja pun terdengar. Ketenangan itu justru membuat kelima indera Rafli dalam posisi siaga. Dan dengan sigap ia menyusuri tiap sudut rumah untuk mencari anggota keluarganya yang lain.
Kamar anak-anak sudah tertata rapi. Bahkan tas sekolah kedua anaknya pun sudah tidak artinya. Artinya mereka sudah berangkat. Kamar mandi pun kosong karena orang terakhir yang menggunakan adalah dirinya sendiri untuk mengambil wudhu dan menunaikan sholat subuh yang sangat terlambat.
Satu-satu nya ruang yang belum Rafli datangi hanya dapur.
Benar saja, Padma sedang berdiri memberlakanginya. Dengan sebuah apron masak dengan bunga sebagai motifnya terikat di belakang pinggangnya. Perempuan yang telah melahirkan anak-anaknya itu sedang menyiangi kangkung.
Ahh … Rafli baru saja ingat bahwa sehari sebelumnya dia meminta di buatkan  tumis kangkung.
“Selamat pagi, istriku.”
Rafli memeluk istrinya dari belakang. Ia tahu hal ini sangat di sukai istrinya. Tak jarang Padma selalu menceritakan adegan-adegan dari puluhan drama yang sering ditontonnya untuk diwujudkan dalam kehidupan pernikahan mereka. Meski tak jarang Rafli harus menggelengkan kepala atas khayalan ajaib dari istrinya tersebut.
Aneh
Kali ini Padma tak merespon pelukannya. Bahkan tangannya masih aktif memetik tangkai kangkung yang akan dimasak dari batang utamanya. Sama sekali tidak terganggu
Rafli pun mengeratkan pelukannya. Bahkan dagunya sekarang ia tumpukan pada pundak Padma. Membuat pipinya menempel pada pipi Padma yang basah.
“Bun, kok nangis? Kenapa?”
Pertanyaan Rafli tak juga mendapat jawaban.
“Bunda…”
Jawaban itu akhirnya tak terdengar tapi bukan kata-kata melaikan isakan yang diikuti airmata yang mengalir deras.
“Padma kenapa?hhmm”
Rafli pun menarik tubuh Padma agar menghadapnya.
Ditengah isakan itu Padma pun berucap, “Abang kasar pas aku bangunin tadi. Aku kan udah nggak ngomel kalo bangunin Abang.”
Kalimat pertama yang Rafli tangkap pagi ini menceloskan hatinya. Bidadarinya itu harus meneteskan air mata akibat bentakan yang tidak disadarinya. Bahkan mungkin mulutnya itu telah menggoreskan luka pada ibu anak-anaknya itu.
“Maaf sayang. Abang nggak sadar.” Rafli pun menarik Padma kedalam pelukannya. Satu-satunya tempat ternyaman yang tuhan ciptakan untuk istrinya. “Lain kali abang akan berusaha menang biar bisa pulang lebih awal pas main kartu sama Pak RT.”
Isakan tangais itu mulai memudar berganti terikan jengkel Padma atas gurauan suaminya. Meski demikian tak sekalipun ia melepaskan pelukan hangat tersebut. yang dalam sekejam mampu menghilangkan sedih yang menyelimutinya.
Meski tak menyenangkan tapi Padma akan merindukan momen pagi seperti itu. yang tak akan ia rasakan untuk beberapa waktu kedepan.
Mengingat kejadian itu, Padma merasakan gelombang panas. Matanya berkaca-kaca. Sebentar lagi Ia akan merindukan pelukan hangat itu. Kekasih hatinya itu akan pergi. menunaikan kewajibannya. Bekerja sebagai kepala keluarga juga mengabdi pada Negara untuk menjaga jantung kehidupan di bumi, hutan.
Bandara juanda tak pernah berubah. Dari waktu ke waktu tetap sama. Yang berbeda hanya suasana hatinya saat berkunjung. Sepekan yang lalu dia merasakan bahagia akhirnya bisa berdiri disini lagi. Saat ini Ia sangat sedih. Sedih yang berlipat-lipat karena ada dua hati lain yang harus ia tenangkan sekaligus. Kedua anak-anaknya.


TERLALU INDAH

14.59 0 Comments
Satya melangkah ringan memasuki rumah. Mungkin kalau dilihat menggunakan kacamata remaja geraknya seperti sedang mengikuti sebuah jingle atau mungkin American pop yang ceria. Ada sedikit lompatan dalam langkahnya. Dengan lambaian tangan untuk menyeimbangkan tubuhnya.
Andaikan hari ini terjadi saat Satya masih remaja maka itulah yang sedang kita saksikan. Sayangnya hari ini Satya sudah dipenghujung usia 34 tahun sehingga tidak ada yang berbeda dengan langkahnya. Hanya ada sedikit tambahan dari wajahnya yang sumringah dan goresan senyum yang enggan pergi dari bibirnya.
“Sudah selesai acara santunan anak yatimnya?”
Ibu menghentikan langkah Satya tiba-tiba. Membuat keceriaan di wajah anaknya berubah menjadi raut mendung terbelalak karena terkejut.
“Ibu! Bikin kaget aja.” Satya mengelus dadanya untuk lebih tenang. “Iya, sudah selesai. Anaknya suka sekali dengan gado-gado ibu. Enak katanya.”
Ibu menerima rantang pink yang sudah kosong. hanya matanya tak lepas menyelidik kedalam diri anaknya.
“Dari tadi ibu disini. Memangnya kamu nggak lihat?”
“Ohh ya? kok aku bisa nggak lihat ya?” Satya menggaruk kepala untuk membuatnya terlihat sedang berpikir. Meski semua actingnya itu tidak cukup berhasil. Membuatnya terlihat seperti remaja salah tingkah.
Mungkin benar. Karena sebuah suara yang merdu itu masih terngiang-ngiang ditelinganya.
Aku tidak punya hak untuk melarang
Kalimat itu memiliki banyak arti. Apakah Satya boleh mendekatinya lagi? atau justru itu sebuah awal hubungan baru mereka yang bisa disederhanakan dengan pacaran?
Pacaran?
Tidakkah Satya terlalu tua untuk menggunakan kosakata tersebut?
“Satya masuk ya, Bu. Mau mandi, gerah.”
Ibu membiarkan anak lelakinya itu pergi. meski dikepalanya menyimpan curiga atas ekspresi seseorang yang terlampau janggal setelah melakukan kegiatan amal.

Pinterest

“Pulangnya siang amat, Ki? Kami nunggu kamu dari tadi. Mama siapan sarapan buat kamu ya?” Ayu sedang merapikan kabinet yang di dapur. Mumpung hari ini sedang tidak ada pesanan jadi semua perlengkapan memasak yang tidak terpakai bisa disimpan kembali.
“Kila udah sarapan. Laper banget soalnya. Maaf ya, Ma?”
“Oh iya. Nggak apa-apa. Yaudah kamu langsung bersih-bersih aja.”
Kejutan apa lagi ini? atau pendengaran Ayu sudah mengalami penurunan fungsi sehingga sudah tidak terlalu jelas mendengar.
“Barusan suara kakak?” Keenan berdiri menyandar pada kitchen set setelah Killa masuk kedalam kamar.
“Kamu juga dengar kan? Jadi bukan telinga Mama yang bermasalah kan?”
Keenan menggeleng untuk meyakinkan meski semakin tidak terlihat yakin tanggapannya itu untuk pertanyaan ayu yang mana.
D. Aryasatya   : Udah sampai rumah?
Sebuah pesan masuk ketika Killa sudah berada di dalam kamar
Shakilla A.       : Sudah. Sekitar 10 menit yang lalu.
D. Aryasatya   : Rencana kamu apa setelah ini
Killa tersenyum membaca pesan kedua Satya dan langsung menuliskan jawabannya.
Shakilla A        : Belum tahu. mungkin mau baca modul untuk persiapan workshop
D. Aryasatya   : Workshop? Ohh … untuk promosi kamu ya?
Surya tersenyum menerangi bumi. Membiarkan kupu-kupu terbang berkejaran. Menghinggapi setiap kuncup yang bermekaran. Mengambil sari bunga yang terlalu manis dibiarkan hingga layu. Lalu membiarkan anak-anak kecil berlari mengejarnya. Membuat senyum bahagia orang yang melihatnya.
Keindahan dan kecerian taman bunga itu masih kalah dengan kecerian di wajah killa. Seperti langit selepas hujan, sangat bersih dan cerah. Seperti itu lah Killa yang hari-harinya lebih banyak dilewati dengan bermuram sendu.
Semesta sedang berbahagia. Benih cinta yang ditebarkannya bersemi indah di tengah padang. Tidak selamanya kegersangan yang miskin tidak mampu memberikan energi tumbuh. Keindahan cinta akhirnya kembali bersmayam dalam jiwa Killa.
Kalau cinta begitu indah, mengapa tak kau hadirkan sejak dulu?
Percakapan yang terjadi antara Killa dan Satya berlanjut. Dan lebih banyak mengisi waktu luang keduanya. Meski sama-sama sebuk dan memiliki ritme kerja yang berbeda, tak memberi peluang bagi keributan untuk menyelinap.
Topik pembicaraan seperti tidak pernah habis. Saling menceritakan keseharian, Killa dengan persiapan promosi jabatan dan Satya dengan perjalanannya diatas langit. Bahkan pernah membicarakan hal remeh seperti warna kesukaan lalu mengaitkannya dengan kepribadian masing-masing.
Satya senang, kali ini tidak perlu usaha cukup keras untuk membuat Killa menjadi dirinya sendiri. Killa yang banyak bercerita, Killa yang semangat dengan beban kerja yang semakin berat, Killa yang tidak lagi kebingungan harus bersikap.
Memang hanya komunikasi melalui udara yang bisa mereka lakukan. Saat Satya sedang libur, Killa bekerja. Begitu sebaliknya. Foto dan rekaman video menjadi salah satu yang menjembatani mereka untuk bertatap muka. Video call? Ini pun jarang sekali, lagi-lagi kesibukan yang menjadi penyebabnya.

Tidak perlu ada ikrar untuk menyatakan kedektaan mereka. Seperti sungai, mengalir melewati apa saja. Tidak perlu memikirkan akan menemui apa atau berakhir dimana, tidak sekarang. Karena cinta mereka terlalu indah untuk dibesarkan dalam rencana dan lupa cara menikmati.

Minggu, 29 September 2019

Shakilla Andriana

21.25 24 Comments
Shakilla memiliki nama kecil Killa. Lahir dan besar di Surabaya 17 Mei 1988. Selama 18 tahun tinggal bersama orang tuanya. Dengan Papanya yang bekerja menjadi salah satu direktur di sebuah perusahaan milik negara sementara ibunya membuka usaha catering rumahan. Memiliki seorang adik laki-laki yang terpaut usia 5 tahun, Keenan Andaraksa.
Killa tumbuh menjadi gadis yang sangat menarik. Perpaduan wajah jawa ayahnya dan minang ibunya, menguatkan aura gadis pribumi yang dimilikinya. Kulit kuning langsat dengan bentuk wajah bulat lonjong seperti telur ayam kampong. Dengan bola mata hitam legam meski sedikit mengantuk.
Untuk ukuran orang Indonesia, Killa termasuk jangkung. Tingginya hampir mencapai angka 165 cm. Postur badannya padat berisi. Sedikit berlebih untuk masuk kedalam stereotype wanita langsing Indonesia. Tapi jika dilihat menggunakan Body Mass Index Killa termasuk normal.

Pinterest

Pendidikan
Sejak sekolah dasar termasuk siswa yang cerdas. Selalu masuk kedalam 10 besar siswa terbaik dikelas. Sering mewakili sekolah dalam mengikuti perlombaan. Pernah menjadi peserta termuda dalam lomba karya ilmiah remaja tingkat sekolah menengah pertama.
Menjadi lulusan terbaik dari salah satu sekolah bergengsi, SMA Negeri 2 Surabaya. Bahkan mendapat kesempatan menjadi mahasiswa ITS pada jurusan Informatika tanpa melalui tes.  Meski jurusan tersebut adalah impiannya sejak kecil tapi Killa menolaknya. Dan memilih mendaftar di salah satu kampus negeri di bogor tanpa memilih jurusan. Alasannya hanya Killa dan Tuhan yang tahu.
Tentu saja mendapat tentangan dari kedua orang tuanya, terutama Papa. Bukan Killa kalau tidak bisa membuat orang tuanya menyetujui kehendaknya. Salah satu kelebihannya adalah merayu dan merajuk, Meski ketika dewasa semuanya sirna tak berbekas. Maka dengan penjelasan panjang dengan analogi-analogi yang hanya dirinya sendiri yang mengerti, papa dan mama pun akhirnya merestui putri pertama mereka pergi merantau.

Hobi
Killa tidak memiliki kesukaan khusus. Meski jenis golongan pemilik IQ diatas rata-rata Killa bukan seseorang yang kesehariannya bercengkerama dengan buku. Dia membaca jika ingin. Bacaannya pun seputar bacaan-bacaan ringan seperti teenlit, chiclit, novel-novel young adult. Seri Harry Potter yang fenomenal tidak pernah diliriknya, meski seluruh filmnya habis ditonton. Novel berat bagi Killa dan hanya sekali ia baca, The Twilight Saga. Itu pun membutuhkan waktu satu bulan untuk menyelesaikan satu buku. Berikan buku-buku Dan Brown atau Agatha Chrysti maka Killa akan dengan cepat tertidur.
Seperti kebayakan orang, Killa juga suka menyukai Film. Apa aja dia tonton. Film lokal sampai Hollywood. Drama Korea bahkan film India. Baginya orang India itu cerdas. Karena hanya dengan menyanyi dan menari maka persoalan serumit apapun akan menemukan jalan keluarnya. Meski yang pertama kali selesai adalah persoalan hati. Masalah hidup lain tentu masih menunggu dan tidak akan selesai dengan gerak tari dan olah vocal.
Hanya saja sebagian film tersebut ditontonnya disinggasana terbaik alias kamar pribadi. Jangan heran koleksi VCD dan DVD miliknya memenuhi salah sutu sudut kamarnya. Semua film yang dibintangi Zac Effron ditontonnya. Meski Killa mengaku kecewa dengan acting Zac saat di film Baywatch. Cowok mesum, julukan yang Killa berikan usai menonton  Filmnya.
The Quenn of Mager, julukan yang Keenan berikan untuk Killa. Meski Keenan lebih sering menyebutnya pemalas. Karena Killa bisa 24 jam hanya berdiam diri dikamar. Tanpa perlu keluar walau untuk memenuhi hasrat perutnya, makan.
Mama akan melakukan demo menggunakan TOA untuk mengeraskan suara, mengajukan protes atas tindakan absurd Killa remaja. Berbeda ketika Killa melakukannya saat dewasa. Ketukan pelan yang dilakukan Mama hanya untuk memastikan anak gadisnya masih hidup. Dan amukan yang biasa Mama lakukan berubah menjadi tatapan sedih dan prihatin. Saat seperti itu mama akan duduk dimeja makan sambil menyiangi sayur toge. Ditemani papa yang duduk sambil membaca buku. didalam hati merapalkan banyak doa untuk kebaikan putrinya.

Pekerjaan
Menjadi seorang sarjana adalah perjuangan berat dan berliku. Dengan kecerdasan yang tidak diragukan lagi Killa lulus dengan nilai pas-pasan. Mencengangkan banyak orang. meski kedua orang tuanya tidak merasa demikian. Mereka sangat bersyukur putrinya bisa lulus kuliah. Tidak perlu berprestasi atau mendapat jaminan pekerjaan dari perusahaan terbaik, bisa menyelesaikan pendidikan dengan tuntas bagi Papa dan Mama itu sudah cukup.
Tidak masalah menjadi orang tua yang menenggelamkan harapan atas anak. Tidak mengapa putrinya hanya menjadi orang biasa. Asal Killa bisa kembali menjadi Killa yang dulu, yang akan menghabiskan sebagian waktu senggangnya dikamar, yang bisa papa dengar rajukannya setiap saat.
Namun Killa yang dulu tidak akan kembali. Killa adalah Killa yang saat ini. Seorang manager restoran yang memutuskanuntuk merantau,  tinggal terpisah dari orang tua.
Meski mama menolak keras dan memaksa Killa untuk pulang, Papa hanya meminta Mama untuk ikhlas dan membiarkan. Selama Killa masih menjawab telepon, Papa yakin anak gadisnya baik-baik saja. Meski hati kecilnya mengatakan tidak. Tapi apalagi yang bisa orang tua lakukan selain mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Dimata kru dan rekan kerja, Killa adalah seorang introvert garis keras. Dia tidak akan bicara bila tidak ditanya. Ekspresi yang pernah orang lihat hanya wajah datar atau memberenggut dengan kerutan dikening dan helaan nafas dalam yang lebih sering terdengar. Namun hasil kerjanya selalu mendekati sempurna. Hanya satu kekurangan Killa dimata mereka, menjadi orang pertama yang mengetahui kesalahan. Killa pernah tersenyum tentu saja meski hanya senyum simpul yang hampir tidak perlu menggerakkan otot bibir. Dan hanya orang istimewa yang mendapatkan senyumya seperti customer, Store Manager dan Satya.

PS :
Semua narasi diatas adalah fiktif. Apabila ditemukan kesamaan fisik dan sifat bahkan tempat hanya kebetulan semata. Dibuat untuk karakter dalam kisah berjudul Rebound. Gambar hanya pemanis, tidak untuk membatasi imaginasi. 


MEMANFAATKAN KAMERA SMARTPHONE UNTUK MENGHASILKAN GAMBAR YANG BAGUS

21.03 0 Comments
Dulu saat saya masih duduk dibangku sekolah menengah, sering mengunjungi studio foto. Untuk apa? Ya untuk berfoto. Bersama teman untuk membuat sebuah kenangan. Biasanya dengan teman sepermainan atau teman satu kelas.
Hasilnya? Tentu saja bagus. Pencahayaannya, komposisi, semuanya nyaris sempurna karena dilakukan oleh fotografer profesional.
Berkembangnya teknologi digital membuat banyak studio foto yang mulai gulung tikar. Ditambah kecanggihan yang dimiliki kamera bahkan saat ini tersedia berbagai macam jenis aplikasi untuk membuat sebuah foto terlihat artistic. Hanya sedikit saja pelaku usaha tersebut yang masih bertahan dan masih menggunakan jasanya. Dan yang masih bertahan itu adalah mereka yang ikut berkembang dan berinovasi. seperti membuat paket foto pernikahan, bekerjasama dengan wedding organizer dan lain sebagainya.
Selain teknologi juga disebabkan menurunnya peminat konsumen. Mereka beralih menggunakan kamera digital atau seperti saat ini banyak terjadi yaitu menggunakan kamera dari ponsel pintar. tak heran, jenis ponsel dengan kelebihan pada kamera banyak diburu.
Selfie, wefie sudah menjadi lifestyle. Setiap berkumpul dengan teman harus foto dulu. berkunjung ke tempat unik foto dulu. meski kalau untuk saya pribadi itu style jadul karena saya sudah melakukannya sebelum blackberry lahir apalagi ponsel pintar. masih di era kamera analog dan puncak kejayaan nokia (nyombong dikit hahahah).
Semuanya berlomba-lomba mendapatkan hasil foto yang istimewa. Namun, secanggih apapun ponsel yang kita miliki, sebanyak apapun aplikasi editing yang kita gunakan. Kemampuan mengambil gambar tetap yang utama.
Kamera profesional ditambah keahlian pemakainya tentu akan menghasilkan gambar yang menakjubkan. Tentu saja semua itu membutuhkan modal besar. yang murah dan mudah tentu memanfaatkan kamera handphone.
Dibawah ini ada beberapa hal yang harus kita pahami agar bisa menghasilkan foto setara dengan kamera profesional tapi hanya menggunakan aplikasi kamera di smartphone.
Kenali kameramu
Setiap smartphone memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan pasti terdapat perbedaan meski memiliki fungsi sama.
Mengapa hal ini penting?
Karena untuk membuat foto yang bagus, kita harus merubah pengaturan kamera menjadi mode profesional yaitu yang memiliki pengaturan seperti kamera profesional.
Merawat lensa kamera
Lensa kamera itu seperti mata. yang tidak bisa diabaikan kondisinya. Hal yang paling mudah adalah dengan merawatnya. Seperti membersihkan dari debu atau kotoran lain yang akan berpengaruh pada saat proses pengambilan gambar.



Pahami teori fotografi
Bagian ini gampang-gampang susah untuk dilakukan. Bahkan untuk memahaminya saja diperlukan sebuah pendidikan atau kursus tertentu yang harganya lumayan mahal. Meski hanya kelas amatiran memahami materi fotografi tetap diperlukan.
Sebenarnya ada banyak sekali teori fotografi. Namun yang paling dasar untuk diketahui dan mudah dipelajari secara otodidak adalah point of interest (POI) dan pencahayaan.

Dalam mengambil foto kita harus tahu objek utama yang ingin ditonjolkan. Sehingga ketika ada banyak sekali objek, penikmat foto langsung bisa mengetahui fokus utama foto tersebut. inilah yang sering disebut dengan POI.

POI ini pun memiliki banyak jenis. Seperti Rule of Third, Depth Of Field (DOF), Negative space dan lain sebagainya.
Pencahayaan tentu saja sangat penting. Agar foto kita terlihat dengan jelas. Tentu saja menggunakan cahaya alami akan menghasilkan gambar yang lebih bagus. Meski menggunakan sumber cahaya lain pun bisa. Yang paling saya ingat dari konsep pencahayaan ini adalah golden moment. Waktu paling tepat untuk mengambil gambar dengan memanfaatkan cahaya matahari yaitu, antara pukul 6-9 pagi dan 4-5 sore.
Kemudian kita juga harus bisa menentukan sudut pandang saat akan pengambilan gambar. Seperti saat mengambil gambar buku, yang paling sering digunakan adalah metode flat lay. Yaitu mengambil gambar persis diatas objek dengan posisi kamera tegak lurus



Gunakan property secukupnya
Properti atau elemen lain lain yang digunakan untuk menguatkan objek utama. Hal ini tergantung dengan konsep foto yang akan kita gunakan. Tapi minimal kita bisa menyiapkan beberapa komponen dasar seperti alas foto dan background.
Alas foto digunakan untuk meletakkan objek foto baik yang utama maupun pendukung. Gunakan alas foto yang tidak memiliki tekstur rumit seperti kain polos, beludru dan sebainya.
Latar belakang foto juga harus diperhatikan. Karena memiliki peran penting dalam menampilkan keindahan objek. Background bisa memanfaatkan bentang alam dan lingkungan sekitar atau menggunakan alas foto yang dipasang vertical.

Penambahan tanaman dapat digunakan untuk membuat objek foto lebih hidup dan alami.



Melakukan proses editing
Foto yang bagus adalah yang utama. Dan tanamkan hal tersebut sekuat mungkin dalam pikiran kita. Karena proses penyuntingan dilakukan hanya untuk mempertegas foto.
Ada banyak aplikasi editing yang bisa kita gunakan seperti Snapseed, Canva,Picarts. Semuanya tergantung dengan selera dan kenyamanan masing-masing.

Nah, itu tadi beberapa hal bisa kita lakukan dengan memanfaatkan smartphone untuk menghasilkan gambar yang bagus. Terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan.


Referensi
Materi dan foto diperoleh dari :
Kelas fotografi yang diselenggarakan oleh Writing Challenges (WRC)

Materi fotografi yang diselenggarakan oleh Klub Suka Buku

Selasa, 24 September 2019

SETIAP MOMOENT ITU BERHARGA

14.26 0 Comments
Abang,
Tahu enggak? Di grup lagi ramai ngobrolin kakak tingkat kita yang meninggal. Ndis nggak kenal sih. Cuma rasanya Ndul yang kenal. Ndis bahkan sampe browsing untuk memastikan wajahnya. Dan beneran dia. Sayang ndul nggak ingat. Coba ingat. Kadar kekerenan Ndis bisa mencapai maksimal. Ndis tahu seseorang yang kenal ndul sebelum kita kenal, bahkan menyadari kita ada didunia ini (lebay deh…).
Tapi dari pencarian tadi, Ndis justru menemukan foto lama Ndul. Sebagian besar hasil postingan Ndis dan sangat sedikit postingan Ndul. Wah… transformasi Ndul benar-benar beda banget dari tahun ke tahun. Ndis nggak nyebut soal perut ya … (hehehe)
Kalau lihat foto-foto dulu tuh, Ndis jadi pengen masuk ke lorong waktu. Kembali sejenak ke masa kita yang hanya tahu what should we do right now. Nggak ada mikir sebab akibat. Rasanya benar-benar bebas meski setelahnya kebingungan lain tiba-tiba muncul bersamaan. Tugas yang belum selesai, belum belajar buat ujian, bahkan kehabisan uang.
Ndis nggak pernah menyangka pernah bertahan dikondisi seperti itu dan menikmatinya.
Ingat nggak? Kita pernah malam-malam pergi ke puncak bareng 2 temen kita (Resi dan Yasser) cuma buat makan mi rebus. Rasanya mereka sering banget muncul di hidup kita ya? Seperti Sersan Seo dan Letnan Yoon. Sementara kapten Yoo dan Dr. Kang itu kita (hahaha Halu tingkat tinggi tapi serius)
Ndis lupa awalnya gimana. Yang jelas waktu itu Ndul lagi ada mobil sewaan yang baru balik (ingat banget Ndis, kita pernah hidup dari hasil kerja Ndul nyewain mobil). Padahal masih ada sisa waktu sebelum waktu sewa habis. 10 jam. Bayangkan bisa ngapain aja coba waktu segitu. Mana malam lagi. jalanan pasti lengang.
Sebenarnya nggak ke puncak juga sih tujuannya. Cuma muter-muter Bogor aja. Cuma semua rencana selalu berubah saat dijalani.
Ingat banget Ndis, waktu itu kita masuk ke Bogor Nirwana Residence (BNR) komplek perumahan elit milik Bakri Grup yang masih dalam tahap pembangunan. Rumahnya gede-gede banget. Dibandingin sama Taman Yasmin yang sering Ndul datangan kalau ngajar les mah jauh.  Kita sampe ngebayangin punya satu unit disana. Halu banget kan?
Ya namanya anak kuliahan, halu itu wajar. Harus malah. Bagaimana pun juga semua hal berawal dari sebuh mimpi. Entah mimpi yang mana yang membawa kita hingga di titik ini. Dan ada banyak sekali titik yang harus kita hinggapi nanti. Jadi marilah kita bermimpi seperti saat masih menjadi seorang manusia diawal 20-an. Yang bebas tanpa perlu memikirkan kejadian setelahnya.
Malam itu Ndis muntah dimobil. Ingat banget Ndis rasanya dan baunya. Iihhh its yucky. Lupa dijalan mana tapi bisa jadi masih dikomplek perumahan itu. Ya … waktu itu Ndis masih mabok kendaraan sih sesekali. Pas udah lulus kuliah dan tiap hari harus naik turun kendaraan ya hilang juga itu sindrom.
Karena insiden muntah itu pergilah kita ke puncak. Ke masjid Atta’Awun. Ndis ditemenin Resi buat bersih-bersih sekalian sholat isya.
Satu hal yang Ndis nggak pernah nyesel berkawan dengan kawan-kawan kita yang katanya Geng Atas. Semuanya ingat ibadah.Yang non muslim ingetin sholat, yang muslim ingetin yang non muslim buat ibadah. Bahkan klo ada yang nggak ibadah bisa jadi bahan bully. Sesimple itu toleransi diantara kita dan baik-baik aja sampe sekarang.
Selesai bersih-bersih kita cari warung buat pesen yang hangat-hangat. Apalagi selain mi rebus (hahaha). Mungkin sering aktif dimalam hari bikin Ndis akhirnya bener-bener suka makan mi instan. Dulu mah biasa aja. Kehitung yang jarang makan mi instan malah.



Ahh … aktif dimalam hari. Benar-benar kebiasaan yang terbentuk bukan saja dari tongkrongan tapi memang tuntukan pendidikan yang kita tempuh. Bagaimana melakukan pengamatan untuk jenis satwa nocturnal kalo kita nggak mengikuti pola hidup mereka? (lain kali akan diceritakan)
Potongan kecil itu masih membuat Ndis tersenyum saat mengingatnya.
Ndis bersyukur diberikan ingatan kuat untuk menyimpan semua kenangan itu.

Juga karena hidup di jaman modern yang mengenal kamera sehingga momen-momen itu masih terekam jelas. Dan media sosial. Terima kasih sudah menyimpan dan mengingatkan bahwa kami pernah memiliki masa muda yang indah. Masa muda yang penuh dengan idealis. Sebuah kekayaan yang sulit kita pertahankan dengan bertambahnya usia.

SATU JAM BERSAMA MBAK OLLY, PENULIS NOVEL JUST THE PERSON I LOVED BEFORE

14.24 4 Comments
Sekilas Tentang Mbak Olly
Seorang professional engineer yang lahir di Malang, Jawa Timur. Selama lebih dari 10 tahun bekerja menangani proyek-proyek infrastruktur di berbagai pulai di Indonesia. Pada tahun 2012, Mbak Olly memutuskan untuk berhenti dari dunia engineer dan fokus mengurus keluarga.
Selain menjadi ibu rumah tangga, Mbak Olly juga mengelola beberapa lembaga pendidikan dan sosial. Seperti kebanyakan penulis lainnya, Mbak Olly menyukai dunia kepenulisan. Melalui blog dan platform menulis, Mbak Olly mengasah kemampuannya.

Dua karyanya sudah diterbitkan oleh penerbit mayor. Tough Love dan Just The Person I loved Before diterbitkan oleh Elexmedia Komputindo. Beberapa buku lain seperti Thousand Sheets,Marriage by Arrangement, Run To You, dan Love Story diterbitkan secara self publish.

Pengalaman menulis di platform menulis
Novel Just The Person I Loved Before merupakan salah satu karyanya yang di-publish pertama kali melalui Wattpad (WP). Yang kemudian dicetak menjadi buku dan diterbitkan di penerbit Mayor. Mbak Olly mengatakan bahwa menulis di WP menyenangkan dan mudah.
WP menjadi salah satu wadah Mbak Olly menulis draft cerita. Dari draft kasar yang belum melalui proses penyuntingan itu Mbak Olly justru mendapatkan banyak manfaat. Sebagian besar pembacanya memberikan koreksi baik salah ketik maupun isi cerita melalui kolom komentar. Hal ini sangat membantunya dalam melakukan self-editing. Selain itu komentar-komentar tersebut juga memberikan energi untuk terus semangat menulis.

Menulis buku adalah proses kreatif
Berbeda dengan pabrik yang bekerja untuk menghasilkan suatu produk. Menulis tidaklah demikian. Sehingga Mbak Olly menyebutnya sebagai proses kreatif.
Mengawali dengan membuat premis, terciptalah Sissy Amelia berusia 14 tahun yang merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya pada Bram, kakak dari Nita sahabatnya. Sayang sekali perasaannya tersebut tidak berbalas. Bram hanya menganggap Sissy tak lebih dari seorang remaja  manja yang menyebalkan dan memberi pengaruh buruk pada Nita.
Kebencian itu tumbuh bersemi hingga mereka dewasa. Setiap pertemuan tidak pernah terlewati dengan sebuah pertengkaran. Yang akhirnya membuat Sissy memutuskan untuk move on dari Bram.
Menulis novel pun membutuhkan riset. Meski sebagian besar merupakan khayalan dari penulis. Tapi Mbak Olly mengumpulkan banyak informasi untuk tulisannya, Salah satunya untuk membuat karakternya hidup.
Diceritakan bahwa tokoh Bram merupakan seorang dokter. Sebuah profesi yang jauh diluar kemampuan Mbak Olly yang pernah menjadi engineer. Kesulitan tersebut bukanlah halangan yang tidak bisa ditaklukan. Melalui sebuah wawancara dengan kawan yang berprofesi dokter mbak Olly mendapatkan informasi. Meski hanya sedikit dan dirasa kurang untuk digunakan sebagai bahan tulisan. Namun mbak Olly memiliki trik khusus yaitu mendeskripsikan karakter Bram sebagai seorang dokter melalui sudut pandang Olly yang tidak memiliki latar belakang medis. Lebih seperti kesan dari seorang dokter dimata orang awam
Menurut saya ini merupakan trik yang cukup cerdas. Kita tahu bahwa profesi dokter bukan profesi sembarang. Ilmunya pun khusus dan sulit yang tidak mudah dipahami. Bagi saya menulis itu harus memiliki 2 kemampuan pemahaman. Yang pertama adalah pemahaman untuk diri sendiri. Yang berisi tentang pengetahuan asli dengan bahasa-bahasa khusus seperti dokter berarti harus mengetahui istilah-istilah medis. Yang kedua adalah menyampaikan pemahaman pertama agar lebih mudah dipahami. Misalnya ketika menulis tentang seorang pasien mengalami gejala appendicitistidak banyak yang mengetahui istilah medis tersebut sehingga perlu menyederhanakan bahasa agar lebih mudah dipahami seperti usus buntu.  

Mainstream? Why not?
Menulislah apa yang kamu suka. Mbak Olly pun menggunakan hal serupa hampir disemua karyanya. Dan tema percintaan adalah yang paling mudah ditulis. Sehingga proses menulis pun mengalir dan sangat dinikmatinya. Sebuah profesi tidak akan menyenangkan jika tidak dinikmati, bukan?
Tema ini memang sangat banyak sekali. Saking banyaknya hampir semua genre pasti menyelipkan sisi percintaan, meski sedikit. Bahkan novel dengan tema yang cukup berat seperti karya Dan Brown saja memberikan sentuhan asmara pada pemainnya. Atau novel sejarah karya Langit Kresna Hariadi yang berjudul Gajah Mada juga membuat seorang tokoh fiksi yang sedang jatuh cinta.
Tidak perlu takut membuat cerita pasaran kata Mbak Olly. Ide boleh sama tapi cara menulis, sudut pandang dan banyak elemen lain yang membuat hasilnya berbeda. Kalau Mbak Olly menyebutnya, pede aja.
Ada banyak sekali buku-buku bagus di luar sana. yang mendatangkan popularitas bagi penulisnya. Bahkan dari kejeniusan penulis tersebut karakter fiktif yang diciptakan mampu hidup dalam kenangan pembaca. Namun keahlian tersebut hanya memberikan sebagian dampak saja. kepribadian penulislah yang mampu membuat semua itu terjadi. Mereka percaya bahwa karya mereka mampu memberikan manfaat pada pembaca.

Kalau bukan kita yang bangga, siapa lagi?

Follow Us @soratemplates