Jumat, 06 September 2019

# 1st asistant manager # alam

Rebound : Teman Berbagi

Tidak pernah Killa duga bahwa dihadapannya ini atasannya. Bu Ivon, Store manager, pimpinan di restoran ini. Biasanya pertemuan seperti ini hanya terjadi satu bulan sekali saat membahas evaluasi kinerja restoran.
Hal yang tidak lazim lagi adalah beberapa berkas dan buku-buku yang ketebalannya menyamai high heels milik Dinda. Keduanya tertumpuk rapi dihadapan Killa.
“Sipakan diri untuk jadi asisten saya.”
First Assisten Manager, Bu Ivon sedang menjelaskan proses yang harus Killa jalani selama 6 bulan kedepan. Dimulai dengan modul-modul yang harus dipelajari. Kemudian dengan workshop yang sudah terjadwal dengan rapi. Hingga saat yang paling menentukan driver lisence sebagai penentu kelayakan mengemban tanggungjawab baru..
Rencana pembangunan restoran terutama kota di luar pulau jawa memerlukan jumlah manager yang tidak sedikit. Selain melakukan proses hiring di luar juga mendorong manager-maneger untuk segera naik tingkat. Killa termasuk salah satu dari dua talent (berpotensi untuk menjadi calon first assisten manager) dalam regionalnya.
“Selamat ya.” Killa menjabat tangan Bu Ivon. “Saya akan lebih keras lagi sama kamu.”
Killa menyambutnya dengan senyum lebar.
Tidak pernah rasanya Killa ingin segera membagi berita gembira ini. selama 7 tahun menjadi manager, baru kali ini promosi kerja membuatnya sangat bahagia.
Killa pernah melihat Dinda langsung menelpon suaminya-saat itu masih pacaran-ketika dipromosikan menjadi second assisten manager. Kemudian Silvia, salah satu temannya saat menjalani masa menjadi trainee, pun langsung menghubungi ibunya.
Mama mungkin akan sangat bahagia mendengarnya. Tapi Killa masih merasa bersalah atas kejadian waktu itu. meski hubungan mereka tidak dalam fase beku tapi tidak cukup hangat. Akan sangat canggung kalau Killa tiba-tiba menelpon.
Keenan? Dia tidak jauh beda dengan Killa. Seseorang dengan ekspresi yang sangat minim sekali. Meski Keenan jauh lebih baik.
Ada satu orang lagi tapi Killa tidak yakin apakah dia orang yang tepat untuk menemaninya bereuforia atas prestasinya. Terakhir kali Killa mencoba menghubungi tapi tidak mendapatkan respon.
Jadi begini rasanya tidak memiliki seseorang untuk diajak berbagi? Ada titik kosong dalam hatinya yang sudah lama sekali tidak Killa rasakan. Rasa saat kehadiran seseorang itu begitu berarti
Sebaiknya Killa pulang. Semalaman tidak tidur ditambah pertemuan barusan yang rupanya memakan cukup banyak waktu membuatnya rindu tidur. Bahkan matahari sudah bergerak 45 derajat dari terakhir kali Killa lihat.
Matanya terlalu mengantuk untuk menyetir mobil sendiri. Meminta Keenan menjemput bukan ide baik. Pasalnya keberadaan mobil itu semata-mata untuk menghapus kewajiban Keenan menjemput Killa. Karena kunci sudah berpindah kepemilikan maka Killa harus melakukannya sendiri Sebaiknya Killa memesan taksi online saja.




“Hampir saja aku memesan kopi untuk ketiga kalinya.”
Killa menghentikan langkahnya. Telinganya seperti menangkap sesuatu. Sehingga dia pun menoleh ke kanan kiri. Rupanya tidak seorang pun menunjukkan sedang berbicara dengannya.
Aku benar-benar harus tidur
Killa pun melanjutkan langkahnya. Namun baru baru beberap langkah berhenti kembali.
“Mbak-mbak tadi bilang meeting kamu cuma sebentar. Tahu gitu aku bisa pulang dulu, mungkin sekalian mandi biar wangi.”
Ada nadi yang berdenyut cepat. Juga jantung yang memompa darah semakin deras. Hanya otak yang bergerak lambat sehingga ujung-ujung saraf terlambat memberi respon.
Satya?
“Hai Killa, apa kabar?”
Aku? aku nggak pernah baik-baik saja, Satya
Satya pun memberikan senyum terbaiknya. Meski gadis dihadapannya sedikitpun tidak merespon apalagi memjawab. Hampir saja mati gaya kalau tidak ada mobil lewat yang membunyikan klakson karena Killa berdiri tepat di tengah jalan.
Killa bisa saja menjadi bahan tertawaan orang karena berdiri terpaku sampai tidak menyadari mobil lewat, kalau saja Satya tidak segera menariknya untuk menepi.
“Disini memang tempat parkir. Tapi berdiri di tengah-tengah seperti itu juga bisa mengganggu orang yang mau lewat.”
Berkedip dua kali dan mundur satu langkah sebelum menyadari seseorang yang berdiri dihadapannya tengah memegang pergelangan tangannya.
“Satya?”
Pandangan mata Killa bergerak kesamping, mengamati sesuatu yang menyelimuti pergelangan tangannya. Satya hanya menanggapi dengan tersenyum.
Detik itu pula kesadaran Killa benar-benar pulih. Kejadian beberapa waktu lalu pun mulai Killa pahami bahwa ia tidak sedang bermimpi.
Dia masih mengenakan seragam. Masih berada di lingkungan restoran. Meskipun sangat mengantuk tapi laki-laki dihadapannya benar-benar nyata.
Seandainya bisa Killa ingin sekali memeluk laki-laki dihadapannya. Dan meneriakkan betapa bahagiannya ia hari ini. Seandainya saja.
“Selamat ya atas promosinya..” Ucap Satya jenaka. Alisnya bergerak naik turun dengan kerlingan mata yang menggoda Killa. Tapi ucapan selamat itu benar-benar tulus.
“Dari mana kamu tahu?”
“Mereka yang kasih tahu.”
Satya memegang kedua bahu Killa kemudian memutarnya.
Dibatasi dinding kaca tapi bisa dilihat dengan jelas sorak sorai karyawan dan rekan manager Killa. Selain memberinya ucapan selamat untuk kenaikan jabatan juga atas kembalinya customer ganteng.
Welcome back, calon 1st asistent manager & The Handsome one
Tulisan itu benar-benar dibuat dan ditempel di kaca. Sehingga semua orang tidak terkecuali tukang parkir bisa membacanya.
“Nggak nyangka aku begitu populer disini.”
Killa hanya bisa melirik sinis Satya dan melambai pada rekan kerjanya. Kemudian melajutkan memesan taksi yang sempat tertunda.
Kejadian ini benar-benar membuatnya malu. Untung saja tidak banyak pengunjung hari ini. Jadi Killa tidak perlu mengasah acting lagi. Dia heran, bagaimana Satya bisa sangat tenang dipermalukan seperti ini.
“Aku bisa jadi sopir taksi kalau kamu mau.”
Satya mengintip dari balik bahu Killa.
Mungkin ini jarak paling dekat yang pernah mereka alami. Biasanya selalu ada pembatas, yang paling sering adalah meja restoran. Karena tempat ini adalah satu-satunya tempat Satya dan Killa bertemu.
“Aku bawa mobil.”
Kalau bawa mobil kenapa pesan taksi, dasar perempuan. Ujar Satya dalam hati.
“Bisa kamu tinggal disini. Besok pagi kamu tinggal nebeng Keenan atau aku jemput. Gimana?”
“Okeh.”

Satya benar-benar berada diatas awan. Tidak perlu melakukan negosiasi panjang. Penawarannya langsung diterima. Konspirasi semesta? Satya memercayainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates