Minggu, 22 September 2019

# Habit # konsumtif

Steroform Dalam Makanan



Siapa yang sih yang enggak suka jajan? Cuaca panas ditambah mager tapi pengen laper. Layanan pesan antar solusinya. Apalagi saat ini teknologi sudah sangat mendukung salah satu kebiasaan konsumtif tersebut. Marketplace sudah menjamur dimana-mana bahkan aplikasi layanan pesan antar pun bersaing kuat memberikan penawaran terbaik.
Semakin dimudahkannya para pembeli dengan layanan pesan antar yang dulu hanya ada di sebagian kecil restoran. Sekarang bisa dijumpai dimana-mana. Konsumen hanya perlu menyiapkan smartphone, koneksi internet dan tentu saja uang. Maka makanan yang kita inginkan pun akan segera datang.
Kemudahan ini juga tidak mengenal waktu. Pagi, siang, malam sampai ketemu pagi pun bisa dilakukan. 24 jam layanan pesan antar menjadi salah satu keunggulan yang ditonjolkan dalam perang pasar. Bahkan saat ini tidak perlu memiliki warung atau toko untuk berjualan. Cukup sediakan foto yang bagus dan produk knowledge sederhana sudah bisa berjualan. 

kue lumpur (koleksi ibu2 komplek)

nasi kuning (koleksi ibu2 komplek)
Fenomena ini terlihat jelas di kompleks perumahan saya. Memanfaatkan grup Whatsapp yang dibuat oleh pengurus jadilah pasar online. Bisa dikatakan semua anggota grup menjadi penjual. Sehingga setiap jam notifikasi grup bisa mencapai ratusan. Paling banyak adalah penjual makanan. Traffic paling tinggi itu saat pagi dan petang. Lengah sekejap saja hanya akan melihat gambar dengan keterangan sold out.
kue rangin (koleksi ibu2 komplek)

aneka lauk (koleksi ibu2 komplek)

Hal ini memberikan manfaat yang besar terutama untuk kaum perempuan. Ada wanita karir yang merangkap menjadi ibu pun sangat terbantu untuk memenuhi konsumsi makanan keluarga. Ibu rumah tangga bisa mendapat tambahan rupiah dari berjualan. Untuk saya sendiri memanfaatkannya sesekali. Seringnya dipakai untuk mencari inspirasi menu masakan.

Hal lain yang juga mengalami peningkatan adalah volume sampah. Bagaimana pun juga salah satu metode jual beli seperti ini memberi peluang meningkatnya penggunaan wadah sintetis untuk mengemas makanan. Yang paling banyak adalah plastik dan steroform.

nasi campur (koleksi ibu2 komplek)
Sebenarnya ada banyak wadah yang terbuat dari plastik yang bisa dipakai berulang. Baik bentuk dan ukuran semuanya ada. Sayangnya harganya lebih mahal dibandingkan plastik dan stereoform. Sehingga akan berpengaruh pada harga jual.

Disekitar tempat tinggal saya, harga menjadi pertimbangan utama dalam membeli makanan. Semakin murah akan semakin banyak yang membeli. Kemudian jumlah, rasa baru aspek lain seperti penampilan, kemasan, higienitas dan sebagainya. Jangan heran kalau berkunjung kemari akan banyak sekali dijumpai penjual makanan menggunakan stereoform dan tidak mendapat protes.
Sebenarnya saya sempat heran di awal-awal pindah.
Saat saya baru memasuki bangku kuliah, ada banyak sekali larangan penggunaan steroform untuk makanan. Saat itu berlakunya aturan tersebut masih di lingkungan kampus. Hanya pun mencari tahu apa itu steroform. Karena saya tidak familiar dengan kemasan tersebut. Saat masih sekolah menangah, makanan yang saya beli paling dibungkus kertas minyak. Sesekali masih ada yang menggunakan daun pisang. Bahkkan karena sejak kecil tinggal di desa kemasan makanan berbahan sintetis sangat sedikit sekali digunakan kecuali oleh orang-orang kelas menengah keatas.
Sementara itu setelah 10 tahun terbiasa larangan pola konsumsi semacam itu, terkejutlah saya. Bahwa lingkungan tempat tinggal saya tidak menerapkan aturan serupa. Bukan mereka tidak tahu tapi sikap abai yang lebih menang dibandingkan isu kesehatan apalagi lingkungan.

Sebenarnya apa sih steroform itu?
Steroform yang kita kenal sebagai wadah dari makanan sebenarnya adalah merk dagang yang dimiliki oleh Dow Cheicals. Steroform ini sebenarnya adalah turunan dari polistirena/polystyrene (PS) yaitu expanded polystyrene (EPS)/ polisterina foam.
Poliesterina merupakan satu polimer yang dibuat melalui proses polimerisasi adisi dengan cara suspense. Stirena atau vinil benzene (C6H5CH=CH2/C6H8) merupakan cairan tak berwarna menyerupai minyak yang memiliki bau menyerupai benzene ini digunakan dalam proses polimerisasi.
EPS merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah dengan bobot rendah serta memiliki ruang antar butiran yang berisi udara sehinggan tidak dapat menghantarkan panas.
Saat ini sebagian besar orang terutama pedagang lebih suka menggunaka EPS sebagai wadah makanan. Yang sering sekali dijumpai adalah pada penjual bubur ayam atau seblak. Selain membuat bentuk makanan tidak berubah alias berantakan juga lebih menarik dari segi estetika. Selain itu harga EPS ini juga lebih murah dibanding kemasan makanan yang terbuat dari kardus atau plastik mika.

Amankah Steroform Untuk Makanan?
Badan Pengawasan Obat dan Makanan menyatakan penggunaan steroform aman untuk makanan. Dengan catatan digunakan secara wajar dan tidak berlebihan. Melalui wawancara dengan media, Ani Rohmaniyati, Kasubdit Standarisasi Produk dan Bahan Berbahaya BPOM RI menyebutkan bahwa kajian yang dilakukan pada tahun 2009 menghasilkan bahwa 17 kemesan poliesterina yang beredar di Indonesia rata-rata mengandung residu 10-43 ppm. Ini merupakan perhitungan jumlah residu yang berpindah kedalam makanan. Menurut WHO batas aman residu untuk standar kesehatan adalah  5.000 ppm.
Hanya saja apakah kita bisa melakukan perhitungan rumit tersebut? Apakah kita tahu jumlah kandungan residu dalam tubuh kita?

Katakan Tidak Untuk Steroform
Susah-susah gampang ya? Gampang jika keputusan ditangan kita. Susah kalau keputusan itu terletak ditangan orang lain.
Pernah suatu pagi ada postingan nasi kuning di grup WA ibu-ibu komplek. Enak kali ya sarapan nasi kuning, pikir saya. Menggunakan kecepatan jari terpesanlah nasi kuning tersebut. 5 menit kemudian penjualnya sudah didepan rumah mengantar pesanan.
Pas proses akad jual beli terbongkar sudah bahwa nasi kuning saya dikemas dengan steroform. Lantas akankah saya protes atau dikembalikan? Tidak juga. Hanya dongkol aja dihati ini. Kenapa steroform lagi?
Sama halnya dengan produk plastik lainnya. Steroform yang tidak terpakai lagi bisa didar ulang. Pertanyaannya adalah siapa yang akan melakukannya?
Proses daur ulang tidak semerta-merta bisa langsung dilakukan. Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi agar barang tidak terpakai tersebut bisa didaur ulang.
Ambil saja kertas sebagai contohnya. Kertas yang akan didaur lang harus bersih dan tidak basah. Kondisi ini akan berpengaruh pada proses daur ulang. Seperti penambahan jumlah zat bleaching jika kertas dalam keadaan kotor.
Untuk mendaur ulang maka diperlukan orang atau lembaga yang mengumpulkan barang bekas ini untuk dipilah dan dikelompokkan sesuai jenisnya. Biasanya adalah mereka yang mengumpulkan barang bekas (pemulung) dan bank sampah. Sayangnya tidak semua bank sampah menerima semua jenis barang bekas. Steroform contohnya. Bisa dikatakan sangat sedikit yang mau menampung karena sedikit pula orang atau lembaga yang mendaur ulang menggunakan bahan baku steroform. Tidak heran kalau steroform akan berakhir di TPA bahkan mungkin juga di laut.
Sama halnya dengan plastik, saya pun bukan anti steroform. Tapi sebagai konsumen, saya menjadi pemegang utama pembuatan keputusan akan menggunakan wadah makanan seperti apa.
Jangan heran kalau saya sedikit ribet jika mau jajan. Tak jarang juga bikin kesal penjual tapi lebih banyak bikin senang. Membawa wadah sendiri sangat memudahkan penjual dalam menyiapkan makanan kita ditambah mereka juga bisa menekan pos pengeluaran untuk membeli steroform dan plastik.

Referensi :
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180118153705-255-269926/bpom-styrofoam-aman-digunakan-asal-tak-berlebihan

10 komentar:

  1. Memang masih banyak Mbak yang memakai steroform. Mungkin solusinya ya seperti itu, membawa wadah sendiri. Tapi kadang sering lupa hehehe, apalagi kalau mau membeli dalam jumlah banyak. Sip, makasih ilmunya Mbak.

    BalasHapus
  2. Setuju, aku pun dalam hati semacam gak terima duuh beli makanan tapi dibungkusnya begituan. Makanya kadang saya prefer bawa wadah sendiri misal buat beli bubur gt.

    BalasHapus
  3. Setuju gerakan membawa wadah sendiri kalau jajan harus terus digaungkan dalam rangka pengurangan sampah

    BalasHapus
  4. Setuju banget, berubah berawal dari diri ya dengan membawa wadah sendiri untuk mengurangi sampah. Semoga banyak yang menyadari hal itu.

    BalasHapus
  5. Banyak sekali memang yang masih menggunakan sterofoam kak. Kadang-kadang kalau pesan makanan di go food juga, kemasannya dapat yang sterofoam. Hehehe

    BalasHapus
  6. Solutif banget ya dibikin grup komplek dan bisa bertransaksi untuk jualan jadi saling memajukan sebenarnya. Nah, sekalian aja, Mbak usulin ada kulwap mengenai pengurangan penggunaan strefoam ini dan terkait dengan pengelolaan sampah, hehe

    BalasHapus
  7. Ahh, iya. Saya sebagai penjual makanan juga tersentil, nih. Selama ini saya pake kemasan mika untuk pempek dan dimsum. Streofoam biasanya untuk nasi. Tapi, sekarang nasi udah pake lunch box karena untuk katering harian. Terima kasih udah mengingatkan.

    BalasHapus
  8. Akupun sering kali bawa wadah sendiri mba kalo jajan. Soalnya ya itu ngeri aja pake sterofoam atau plastik.

    BalasHapus
  9. Aku sangat seriju gerakan bawah wadah makan sendiri. Soalnya steroform itu gak bisa diuraikan. Masih ingat pekan lalu ikutan WCD dan dikampanyekan mengurangi sampah

    BalasHapus
  10. Sedang mencoba untuk ikut gerakan yang ramah lingkungan, memininimalisir plastik dan belajar untuk mengurangi steroform.

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates