Siapa
yang sih yang enggak suka jajan? Cuaca panas ditambah mager tapi pengen laper.
Layanan pesan antar solusinya. Apalagi saat ini teknologi sudah sangat
mendukung salah satu kebiasaan konsumtif tersebut. Marketplace sudah menjamur dimana-mana bahkan aplikasi layanan
pesan antar pun bersaing kuat memberikan penawaran terbaik.
Semakin
dimudahkannya para pembeli dengan layanan pesan antar yang dulu hanya ada di sebagian
kecil restoran. Sekarang bisa dijumpai dimana-mana. Konsumen hanya perlu
menyiapkan smartphone, koneksi
internet dan tentu saja uang. Maka makanan yang kita inginkan pun akan segera
datang.
Kemudahan
ini juga tidak mengenal waktu. Pagi, siang, malam sampai ketemu pagi pun bisa
dilakukan. 24 jam layanan pesan antar menjadi salah satu keunggulan yang
ditonjolkan dalam perang pasar. Bahkan
saat ini tidak perlu memiliki warung atau toko untuk berjualan. Cukup sediakan
foto yang bagus dan produk knowledge
sederhana sudah bisa berjualan.
kue lumpur (koleksi ibu2 komplek) |
nasi kuning (koleksi ibu2 komplek) |
Fenomena
ini terlihat jelas di kompleks perumahan saya. Memanfaatkan grup Whatsapp yang
dibuat oleh pengurus jadilah pasar online.
Bisa dikatakan semua anggota grup menjadi penjual. Sehingga setiap jam
notifikasi grup bisa mencapai ratusan. Paling banyak adalah penjual makanan. Traffic paling tinggi itu saat pagi dan
petang. Lengah sekejap saja hanya akan melihat gambar dengan keterangan sold out.
kue rangin (koleksi ibu2 komplek) |
aneka lauk (koleksi ibu2 komplek) |
Hal
ini memberikan manfaat yang besar terutama untuk kaum perempuan. Ada wanita
karir yang merangkap menjadi ibu pun sangat terbantu untuk memenuhi konsumsi
makanan keluarga. Ibu rumah tangga bisa mendapat tambahan rupiah dari
berjualan. Untuk saya sendiri memanfaatkannya sesekali. Seringnya dipakai untuk
mencari inspirasi menu masakan.
Hal
lain yang juga mengalami peningkatan adalah volume sampah. Bagaimana pun juga
salah satu metode jual beli seperti ini memberi peluang meningkatnya penggunaan
wadah sintetis untuk mengemas makanan. Yang paling banyak adalah plastik dan steroform.
nasi campur (koleksi ibu2 komplek) |
Sebenarnya
ada banyak wadah yang terbuat dari plastik yang bisa dipakai berulang. Baik
bentuk dan ukuran semuanya ada. Sayangnya harganya lebih mahal dibandingkan
plastik dan stereoform. Sehingga akan berpengaruh pada harga jual.
Disekitar
tempat tinggal saya, harga menjadi pertimbangan utama dalam membeli makanan.
Semakin murah akan semakin banyak yang membeli. Kemudian jumlah, rasa baru
aspek lain seperti penampilan, kemasan, higienitas
dan sebagainya. Jangan heran kalau berkunjung kemari akan banyak sekali
dijumpai penjual makanan menggunakan stereoform
dan tidak mendapat protes.
Sebenarnya
saya sempat heran di awal-awal pindah.
Saat
saya baru memasuki bangku kuliah, ada banyak sekali larangan penggunaan
steroform untuk makanan. Saat itu berlakunya aturan tersebut masih di
lingkungan kampus. Hanya pun mencari tahu apa itu steroform. Karena saya tidak
familiar dengan kemasan tersebut. Saat masih sekolah menangah, makanan yang
saya beli paling dibungkus kertas minyak. Sesekali masih ada yang menggunakan
daun pisang. Bahkkan karena sejak kecil tinggal di desa kemasan makanan
berbahan sintetis sangat sedikit sekali digunakan kecuali oleh orang-orang
kelas menengah keatas.
Sementara
itu setelah 10 tahun terbiasa larangan pola konsumsi semacam itu, terkejutlah
saya. Bahwa lingkungan tempat tinggal saya tidak menerapkan aturan serupa.
Bukan mereka tidak tahu tapi sikap abai yang lebih menang dibandingkan isu
kesehatan apalagi lingkungan.
Sebenarnya apa
sih steroform itu?
Steroform
yang kita kenal sebagai wadah dari makanan sebenarnya adalah merk dagang yang
dimiliki oleh Dow Cheicals. Steroform
ini sebenarnya adalah turunan dari polistirena/polystyrene
(PS) yaitu expanded polystyrene (EPS)/
polisterina foam.
Poliesterina merupakan
satu polimer yang dibuat melalui proses polimerisasi adisi dengan cara suspense. Stirena atau vinil benzene (C6H5CH=CH2/C6H8) merupakan
cairan tak berwarna menyerupai minyak yang memiliki bau menyerupai benzene ini
digunakan dalam proses polimerisasi.
EPS
merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang
tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah dengan bobot rendah serta
memiliki ruang antar butiran yang berisi udara sehinggan tidak dapat
menghantarkan panas.
Saat
ini sebagian besar orang terutama pedagang lebih suka menggunaka EPS sebagai
wadah makanan. Yang sering sekali dijumpai adalah pada penjual bubur ayam atau
seblak. Selain membuat bentuk makanan tidak berubah alias berantakan juga lebih
menarik dari segi estetika. Selain itu harga EPS ini juga lebih murah dibanding
kemasan makanan yang terbuat dari kardus atau plastik mika.
Amankah
Steroform Untuk Makanan?
Badan
Pengawasan Obat dan Makanan menyatakan penggunaan steroform aman untuk makanan. Dengan catatan digunakan secara wajar
dan tidak berlebihan. Melalui wawancara dengan media, Ani Rohmaniyati, Kasubdit
Standarisasi Produk dan Bahan Berbahaya BPOM RI menyebutkan bahwa kajian yang
dilakukan pada tahun 2009 menghasilkan bahwa 17 kemesan poliesterina yang
beredar di Indonesia rata-rata mengandung residu 10-43 ppm. Ini merupakan
perhitungan jumlah residu yang berpindah kedalam makanan. Menurut WHO batas
aman residu untuk standar kesehatan adalah
5.000 ppm.
Hanya
saja apakah kita bisa melakukan perhitungan rumit tersebut? Apakah kita tahu jumlah
kandungan residu dalam tubuh kita?
Katakan Tidak
Untuk Steroform
Susah-susah
gampang ya? Gampang jika keputusan ditangan kita. Susah kalau keputusan itu
terletak ditangan orang lain.
Pernah
suatu pagi ada postingan nasi kuning di grup WA ibu-ibu komplek. Enak kali ya
sarapan nasi kuning, pikir saya. Menggunakan kecepatan jari terpesanlah nasi
kuning tersebut. 5 menit kemudian penjualnya sudah didepan rumah mengantar
pesanan.
Pas
proses akad jual beli terbongkar sudah bahwa nasi kuning saya dikemas dengan steroform. Lantas akankah saya protes
atau dikembalikan? Tidak juga. Hanya dongkol aja dihati ini. Kenapa steroform
lagi?
Sama
halnya dengan produk plastik lainnya. Steroform yang tidak terpakai lagi bisa
didar ulang. Pertanyaannya adalah siapa yang akan melakukannya?
Proses
daur ulang tidak semerta-merta bisa langsung dilakukan. Ada beberapa syarat
yang harus terpenuhi agar barang tidak terpakai tersebut bisa didaur ulang.
Ambil
saja kertas sebagai contohnya. Kertas yang akan didaur lang harus bersih dan
tidak basah. Kondisi ini akan berpengaruh pada proses daur ulang. Seperti penambahan
jumlah zat bleaching jika kertas
dalam keadaan kotor.
Untuk
mendaur ulang maka diperlukan orang atau lembaga yang mengumpulkan barang bekas
ini untuk dipilah dan dikelompokkan sesuai jenisnya. Biasanya adalah mereka
yang mengumpulkan barang bekas (pemulung) dan bank sampah. Sayangnya tidak
semua bank sampah menerima semua jenis barang bekas. Steroform contohnya. Bisa dikatakan sangat sedikit yang mau
menampung karena sedikit pula orang atau lembaga yang mendaur ulang menggunakan
bahan baku steroform. Tidak heran
kalau steroform akan berakhir di TPA bahkan mungkin juga di laut.
Sama
halnya dengan plastik, saya pun bukan anti steroform.
Tapi sebagai konsumen, saya menjadi pemegang utama pembuatan keputusan akan
menggunakan wadah makanan seperti apa.
Jangan
heran kalau saya sedikit ribet jika mau jajan. Tak jarang juga bikin kesal
penjual tapi lebih banyak bikin senang. Membawa wadah sendiri sangat memudahkan
penjual dalam menyiapkan makanan kita ditambah mereka juga bisa menekan pos
pengeluaran untuk membeli steroform
dan plastik.
Referensi :
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180118153705-255-269926/bpom-styrofoam-aman-digunakan-asal-tak-berlebihan
Memang masih banyak Mbak yang memakai steroform. Mungkin solusinya ya seperti itu, membawa wadah sendiri. Tapi kadang sering lupa hehehe, apalagi kalau mau membeli dalam jumlah banyak. Sip, makasih ilmunya Mbak.
BalasHapusSetuju, aku pun dalam hati semacam gak terima duuh beli makanan tapi dibungkusnya begituan. Makanya kadang saya prefer bawa wadah sendiri misal buat beli bubur gt.
BalasHapusSetuju gerakan membawa wadah sendiri kalau jajan harus terus digaungkan dalam rangka pengurangan sampah
BalasHapusSetuju banget, berubah berawal dari diri ya dengan membawa wadah sendiri untuk mengurangi sampah. Semoga banyak yang menyadari hal itu.
BalasHapusBanyak sekali memang yang masih menggunakan sterofoam kak. Kadang-kadang kalau pesan makanan di go food juga, kemasannya dapat yang sterofoam. Hehehe
BalasHapusSolutif banget ya dibikin grup komplek dan bisa bertransaksi untuk jualan jadi saling memajukan sebenarnya. Nah, sekalian aja, Mbak usulin ada kulwap mengenai pengurangan penggunaan strefoam ini dan terkait dengan pengelolaan sampah, hehe
BalasHapusAhh, iya. Saya sebagai penjual makanan juga tersentil, nih. Selama ini saya pake kemasan mika untuk pempek dan dimsum. Streofoam biasanya untuk nasi. Tapi, sekarang nasi udah pake lunch box karena untuk katering harian. Terima kasih udah mengingatkan.
BalasHapusAkupun sering kali bawa wadah sendiri mba kalo jajan. Soalnya ya itu ngeri aja pake sterofoam atau plastik.
BalasHapusAku sangat seriju gerakan bawah wadah makan sendiri. Soalnya steroform itu gak bisa diuraikan. Masih ingat pekan lalu ikutan WCD dan dikampanyekan mengurangi sampah
BalasHapusSedang mencoba untuk ikut gerakan yang ramah lingkungan, memininimalisir plastik dan belajar untuk mengurangi steroform.
BalasHapus