Sebuah pemandangan yang sangat
lumrah saat jam 10 malam pengunjung restoran masih ramai. Ini malam minggu,
pasti banyak orang yang ingin menghabiskan waktu libur. Lihat saja tak hanya
orang dewasa tapi juga remaja-remaja yang berkumpul dengan teman-temannya.
Makan sambil mengobrol masih menjadi aktifitas yang diminati saat hangout.
“Mbak
Killa, ada telepon?”
Beginilah,
masa pergantian shift. Selain disibukkan dengan peralihan tugas juga panggilan
dari restoran lain yang ingin melakukan pertukaran stock atau meminjam. Inilah
tugas tambahan tidak tertulis manager yang bertugas tengah malam, memastikan
persediaan makanan cukup untuk dijual minimal dua shift kedepan. Idealnya tiap
shift melakukan hal tersebut, tapi teori tetaplah teori tidak akan pernah sama
dengan keadaan lapangan.
“Manager
ordering kerjaannya ngapain aja sih? masih hari sabtu pada kehabisan stock
semua.”
Gerutuan
Killa merupakan hal baru di restoran. Rekan sesame manager bahkan beberapa kru
pun kaget melihatnya. Killa merupakan jelmaan sungai yang tenang dalam bentuk
manusia. Kuatnya arus dan kedalamannya tidak ada yang tahu.
“Orderan
yang gue masukin udah bener kok, Ki. Bahkan stock kita aman sampai delivery
senin besok.” Dinda yang bertanggung jawab terhadap persediaan restoran pun
membela diri. Meski dengan takut-takut karena emosi Killa yang dia kenali
selama ini hanya sedih dan biasa-biasa aja.
“Maksud
gue, restoran sebelah. Emang managernya nggak bisa ngitung apa?”
Sesama
restoran yang berada dalam satu wilayah memang diperbolehkan meminjam atau
bertukar persediaan. Bagaimana pun perubahan dalam situasi lapangan suah
diprediksi dengan tepat. Meski rumus perhitungan itu dibuat berdasarkan
penilaian lapangan. Tapi siapa yang menduga akan kedatangan rombongan 2 bis wisata
dalam waktu bersamaan.
“Sabar.
Namanya juga saudara harus saling membantu. Kadang kita juga sering gitu dan
mereka pun nggak menolak.”
Killa
menegak botol air mineralnya. Meski pendingin ruangan dipasang pada suhu cukup
rendah, emosi masih membuat tubuh Killa dehidrasi.
“Kok
elu belum pulang sih?”
“Air
nggak ngelarutin emosi elo ya? Judes amat.” Dinda menyangklong totebag-nya
“Hari
ini customer ganteng datang.” Lanjut Dinda. “Namanya Danang Aryasatya ya? gue
baca nametag-nya.” Dinda memasang muka cemberut. “Lo gila atau nggak punya otak
sih Ki? Pilot ganteng kaya gitu masih Lo tolak?” Seketika kewanitaan Dinda
memuncak. Tidak rela melihat laki-laki idaman beredar di pasaran dengan status
jomblo.
“Jadi
Lo masih disini cuma buat ngomong itu?”
“Hari
ini Lo kenapa sih, Ki? Temperamen banget? Banyak anak baru, kasian mereka klo
menegernya emosian gini.”
Dinda
pergi, keluar meninggalkan Killa di ruangan manager. Namun saat sampai dipintu
langkahnya berhenti. Kemudia menoleh kebelakang.
“Kalau
Lo ngerasa dia laki-laki yang pantas Lo perjuangin, lakuin. Buang jauh-jauh itu
gengsi.” Hendak melangkah namun Dinda urungkan. “Satu lagi. dia nyariin Lo.”
Malam yang panjang itu berjalan sangat
lama. Laporan-laporan sudah Killa selesaikan. Namun waktu seolah enggan
berjalan. Jam digital yang ada diatas meja masih menunjukkan angka 1 artinya
tengah malam baru saja lewat dan pagi masih jauh untuk dinanti.
Pengunjung
restoran pun seperti tidak mendapat serangan kantuk. Muda-mudi itu masih sibuk
tertawa dan bersenda gurau. Sementara seorang kutu buku lebih asik menikmati
barisan kata disudut ruangan.
Sebagian
meja dan kursi memang sudah dirapikan untuk dilakukan dibersihkan secara
menyeluruh. Dinding-dinding kaca pun mulai disemprot cairan pembersih untuk
menjaganya tetap berkilau.
Disini
kesibukan itu masih berlangsung. Seperti tidak mengenal lelah dan waktu. Belum
lagi bagian dapur yang tidak pernah berhenti. Semua mesin penggorengan menyala
meski hanya separuh karena sisanya harus dibersihkan dan kecuali menjelang
pergantian shift dan terdapat pesanan besar, Big Order mereka menyebutnya.
Ngomong-ngomong
soal big order, Killa lupa mengecek pesanan untuk besok pagi. Benar saja di
papan ditempel 2 pesanan big order masing-masing 100 paket dan diambil jam 7
pagi.
Memangnya
orang-orang mau kemana minggu pagi sudah memesan makanan siap saji. Gerutu
Killa dalam hati. Memangnya para istri dan ibu tidak ada yang mau memasak meski
hari libur. Gerutuan itu masih berlanjut.
Kila
hanya perlu memastikan bahwa kru dapur sudah tahu. juga meminta crew leader mengingatkannya untuk
melakukan double check sebelum pesanan diambil.
Semua
tugas dapur dan lobby sudah beres. Semuanya bekerja dengan sendirinya. Otomatisasi
tidak hanya terjadi dalam dunia industri. Sesungguhnya manusia lebih dulu
mengerjakan otomatisasi berdasarkan hukum-hukum yang ada.
Sebenarnya
Killa kembali berada dalam kebimbangan besar. sementara dia tidak pernah tahu
bagaimana mengatasinya. Sehingga ia hanya mondar-mandir antara dapur dan lobby.
Berkeliling restoran ditengah malam begini? Sungguh menakjubkan tindakan Killa.
Yang mengenal Killa langsung menebak keanehan itu.
Bangku
panjang yang biasa ditempati oleh karyawan yang bertugas mengantarkan pesanan
itu kosong. disanalah Killa mencari cara untuk menyelesaikan kebimbangannya.
Mungkin
malam akan memberinya bisikan. Namun bulan lebih menarik untuk diajak bersenda
gurau sehingga bisikan itu tak pernah terdengar.
Mungkin
angin ingin menyampaikan pesan. Namun semilirnya hanya menggerakkan ranting
pohon.
Tak
ada yang bisa membantu selain diri sendiri. Killa menyadari itu.
“Dengarkan
kata hatimu saat kamu tidak tahu harus berbuat apa”
Papa
pernah mengatakan itu sebelum pergi untuk selamanya. Dan Killa tidak pernah
melakukannya. Ia tidak berani mendengar bisiskan hatinya. Ia menulikan semua
pendengarannya dan berjalan berdasarkan logika. Logika yang selama ini
membuatnya bertahan meski akhirnya membentuknya menjadi pribadi yang apatis dan
egois bahkan untuk kebaikannya sendiri.
“Nurani
manusia itu suci.”
Benarkah ?
Tentu
saja tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Killa. Laki-laki yang memberinya
petuah sudah lebih dahulu dipanggil Tuhan. Kepada siapa ia harus bertanya?
Hatinya?
Bahkan
logika pun tidak mampu memberinya jawaban. Maka Killa mencoba untuk
mendengarkan kata hatinya.
Haruskah?
Jawaban
tidak akan muncul kalau tanpa mencoba. Maka kali ini Killa akan menyerah dan
mendengarkan kata hatinya.
Buru-buru posting, lupa editing🙈🙈🙏🙏NGgak mengganggu sih tapi nggak dilihat aja
BalasHapus