Rabu, 04 September 2019

# cinta # Fiksi

Yang Pantas Diperjuangkan

Sebuah pemandangan yang sangat lumrah saat jam 10 malam pengunjung restoran masih ramai. Ini malam minggu, pasti banyak orang yang ingin menghabiskan waktu libur. Lihat saja tak hanya orang dewasa tapi juga remaja-remaja yang berkumpul dengan teman-temannya. Makan sambil mengobrol masih menjadi aktifitas yang diminati saat hangout.
“Mbak Killa, ada telepon?”
Beginilah, masa pergantian shift. Selain disibukkan dengan peralihan tugas juga panggilan dari restoran lain yang ingin melakukan pertukaran stock atau meminjam. Inilah tugas tambahan tidak tertulis manager yang bertugas tengah malam, memastikan persediaan makanan cukup untuk dijual minimal dua shift kedepan. Idealnya tiap shift melakukan hal tersebut, tapi teori tetaplah teori tidak akan pernah sama dengan keadaan lapangan.
“Manager ordering kerjaannya ngapain aja sih? masih hari sabtu pada kehabisan stock semua.”
Gerutuan Killa merupakan hal baru di restoran. Rekan sesame manager bahkan beberapa kru pun kaget melihatnya. Killa merupakan jelmaan sungai yang tenang dalam bentuk manusia. Kuatnya arus dan kedalamannya tidak ada yang tahu.
“Orderan yang gue masukin udah bener kok, Ki. Bahkan stock kita aman sampai delivery senin besok.” Dinda yang bertanggung jawab terhadap persediaan restoran pun membela diri. Meski dengan takut-takut karena emosi Killa yang dia kenali selama ini hanya sedih dan biasa-biasa aja.
“Maksud gue, restoran sebelah. Emang managernya nggak bisa ngitung apa?”
Sesama restoran yang berada dalam satu wilayah memang diperbolehkan meminjam atau bertukar persediaan. Bagaimana pun perubahan dalam situasi lapangan suah diprediksi dengan tepat. Meski rumus perhitungan itu dibuat berdasarkan penilaian lapangan. Tapi siapa yang menduga akan kedatangan rombongan 2 bis wisata dalam waktu bersamaan.
“Sabar. Namanya juga saudara harus saling membantu. Kadang kita juga sering gitu dan mereka pun nggak menolak.”
Killa menegak botol air mineralnya. Meski pendingin ruangan dipasang pada suhu cukup rendah, emosi masih membuat tubuh Killa dehidrasi.
“Kok elu belum pulang sih?”
“Air nggak ngelarutin emosi elo ya? Judes amat.” Dinda menyangklong totebag-nya
“Hari ini customer ganteng datang.” Lanjut Dinda. “Namanya Danang Aryasatya ya? gue baca nametag-nya.” Dinda memasang muka cemberut. “Lo gila atau nggak punya otak sih Ki? Pilot ganteng kaya gitu masih Lo tolak?” Seketika kewanitaan Dinda memuncak. Tidak rela melihat laki-laki idaman beredar di pasaran dengan status jomblo.
“Jadi Lo masih disini cuma buat ngomong itu?”
“Hari ini Lo kenapa sih, Ki? Temperamen banget? Banyak anak baru, kasian mereka klo menegernya emosian gini.”
Dinda pergi, keluar meninggalkan Killa di ruangan manager. Namun saat sampai dipintu langkahnya berhenti. Kemudia menoleh kebelakang.
“Kalau Lo ngerasa dia laki-laki yang pantas Lo perjuangin, lakuin. Buang jauh-jauh itu gengsi.” Hendak melangkah namun Dinda urungkan. “Satu lagi. dia nyariin Lo.”



Malam yang panjang itu berjalan sangat lama. Laporan-laporan sudah Killa selesaikan. Namun waktu seolah enggan berjalan. Jam digital yang ada diatas meja masih menunjukkan angka 1 artinya tengah malam baru saja lewat dan pagi masih jauh untuk dinanti.
Pengunjung restoran pun seperti tidak mendapat serangan kantuk. Muda-mudi itu masih sibuk tertawa dan bersenda gurau. Sementara seorang kutu buku lebih asik menikmati barisan kata disudut ruangan.
Sebagian meja dan kursi memang sudah dirapikan untuk dilakukan dibersihkan secara menyeluruh. Dinding-dinding kaca pun mulai disemprot cairan pembersih untuk menjaganya tetap berkilau.
Disini kesibukan itu masih berlangsung. Seperti tidak mengenal lelah dan waktu. Belum lagi bagian dapur yang tidak pernah berhenti. Semua mesin penggorengan menyala meski hanya separuh karena sisanya harus dibersihkan dan kecuali menjelang pergantian shift dan terdapat pesanan besar, Big Order mereka menyebutnya.
Ngomong-ngomong soal big order, Killa lupa mengecek pesanan untuk besok pagi. Benar saja di papan ditempel 2 pesanan big order masing-masing 100 paket dan diambil jam 7 pagi.
Memangnya orang-orang mau kemana minggu pagi sudah memesan makanan siap saji. Gerutu Killa dalam hati. Memangnya para istri dan ibu tidak ada yang mau memasak meski hari libur. Gerutuan itu masih berlanjut.
Kila hanya perlu memastikan bahwa kru dapur sudah tahu. juga meminta crew leader mengingatkannya untuk melakukan double check sebelum pesanan diambil.
Semua tugas dapur dan lobby sudah beres. Semuanya bekerja dengan sendirinya. Otomatisasi tidak hanya terjadi dalam dunia industri. Sesungguhnya manusia lebih dulu mengerjakan otomatisasi berdasarkan hukum-hukum yang ada.
Sebenarnya Killa kembali berada dalam kebimbangan besar. sementara dia tidak pernah tahu bagaimana mengatasinya. Sehingga ia hanya mondar-mandir antara dapur dan lobby. Berkeliling restoran ditengah malam begini? Sungguh menakjubkan tindakan Killa. Yang mengenal Killa langsung menebak keanehan itu.
Bangku panjang yang biasa ditempati oleh karyawan yang bertugas mengantarkan pesanan itu kosong. disanalah Killa mencari cara untuk menyelesaikan kebimbangannya.
Mungkin malam akan memberinya bisikan. Namun bulan lebih menarik untuk diajak bersenda gurau sehingga bisikan itu tak pernah terdengar.
Mungkin angin ingin menyampaikan pesan. Namun semilirnya hanya menggerakkan ranting pohon.
Tak ada yang bisa membantu selain diri sendiri. Killa menyadari itu.
“Dengarkan kata hatimu saat kamu tidak tahu harus berbuat apa”
Papa pernah mengatakan itu sebelum pergi untuk selamanya. Dan Killa tidak pernah melakukannya. Ia tidak berani mendengar bisiskan hatinya. Ia menulikan semua pendengarannya dan berjalan berdasarkan logika. Logika yang selama ini membuatnya bertahan meski akhirnya membentuknya menjadi pribadi yang apatis dan egois bahkan untuk kebaikannya sendiri.
“Nurani manusia itu suci.”
Benarkah ?
Tentu saja tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Killa. Laki-laki yang memberinya petuah sudah lebih dahulu dipanggil Tuhan. Kepada siapa ia harus bertanya? Hatinya?
Bahkan logika pun tidak mampu memberinya jawaban. Maka Killa mencoba untuk mendengarkan kata hatinya.
Haruskah?

Jawaban tidak akan muncul kalau tanpa mencoba. Maka kali ini Killa akan menyerah dan mendengarkan kata hatinya. 

1 komentar:

  1. Buru-buru posting, lupa editing🙈🙈🙏🙏NGgak mengganggu sih tapi nggak dilihat aja

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates