Minggu, 22 September 2019

# cagar budaya # environment

UMPAK BATU DI MUSEUM MAJAPAHIT

Tentu masih melekat di kepala sebuah kerajaan besar di Indonesia dengan ceritanya yang sangat melegenda sampai saat ini. Majapahit, kerajaan yang menjadi cikal bakal bersatunya bumi nusantara. Ratusan tahun lalu Indonesia pernah berjaya. Bahkan hanya bermodal kesederhanaan teknologi semua wilayah berada dibawah satu panji.
Masa itu telah berlalu. Kejayaan itu telah menjadi cerita. Sebuah dongeng yang akan kita temui bahkan sampai anak cucu kita dalam pelajaran sejarah. Namun, sejarah tak lengkap rasanya jika hanya dinikmati dalam barisan kata, berputar dalam imaji.
Pernah mendengar kota Mojokerto? Selain terkenal dengan buah maja yang rasanya pahit, katanya, juga menjadi latar belakang bahkan saksi kunci berdirinya kerajaan besar di tanah jawa. Tepatnya di Situs Majapahit Trowulan. Salah satu wilayah Mojokerto ini menjadi pusat dari peninggalan kerajaan Majapahit yang tersebar di empat kecamatan dari dua Kabupaten yaitu Mojokerto dan Jombang.
Sekilas Tentang Kerajaan Majapahit
Setelah runtuhnya kerjaan Singosari, Raden Wijaya mendirikan sebuah kerjaan baru yang diberi nama Majapahit. Tarik, sebuah wilayah perbatasan antara mojokerto dan sidoarjo, menjadi lokasi awal pusat pemerintah. Hingga kini letak pasti dari ibukota kerjaan Hindu-Budha tersebut masih misteri. Selama memerintah, Raden Wijaya mendapat gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Setelah Raden Wijaya mundur, tampuk pemerintahan berada ditangan putranya, Kalagemet. Kita mungkin lebih mengenal dengan sebutan Jayanegara. Meskipun nama tersebut adalah gelar yang disandangnya selama menjadi raja.
Majapahit pernah dikuasai pemimpin wanita. Setelah Jayanegara meninggal, Raja Patni, istri Raden Wijaya dan anak perempuannya, Tribhuana Wijaya Tunggadewi.
Majapahit berada pada puncak keemasan dibawah pemerintahan Hayam Wuruk. Dengan seorang Mahapatih Gajah Mada. Sayangnya sampai kini sulit mendapat kebenaran akan sosok dari seorang Gajah Mada. Yang sejarah catat hanya kiprahnya saat membawa panji Majapahit dalam menyatukan bumi nusantara.
Museum Trowulan
Pengelolaan Informasi Majapahit (PIM) atau yang umum dikenal sebagai Museum Trowulan harus menjadi tujuan pertama sebelum menjelajah ke bagian lain cagar budaya. Tempat ini berada di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur yang beberapa kali mengalami perubahan nama. Terletak di tepi jalan Pendopo Agung Trowulan dengan luas kawasan 57,625 m2.






Jam berkunjung di buka dari pukul 07.00 sampai 15.30 WIB. Setiap hari selasa sampai minggu. Dan akan tutup setiap hari senin dan hari libur nasional. Khusus hari jumat setiap pukul 11.30-12.30 WIB tutup sementara untuk keperluan ibadah sholat jumat.
Museum ini didirikan pada tahun 1924 oleh Bupati Mojokerto, R.A.A. Kromodjojo Adinegoro yang bekerjasama dengan arsitek Belanda Henry Maclaine Pont. Awalnya bukan berupa museum melainkan sebuah perkumpulan untuk meneliti peninggalan kerajaan Majapahit yang diberi nama Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit (OVM). Dan pada than 1926 berubah menjadi museum.
Memasuki kawasan museum kita akan di sambut dengan taman yang tertata rapi dengan halaman parkir yang luas dan ada sebuah danau. Untuk dapat menikmati wisata sejarah kerajaan kita hanya perlu mengeluarkan tiket sebesar 5000 rupiah/orang atau 2.500/anak sementara untuk turis asing sebesar 50.000/orang.
Secara garis besar koleksi museum di pamerkan dalam 4 kelompok, yaitu Koleksi tanah liat (Terakota), Koleksi keramik, Koleksi Logam. Ketiga koleksi ini berada dalam satu gedung hanya berbeda ruang. Sementara koleksi batu berada di gedung terpisah.


Koleksi Logam
Seperti museum pada umumnya, koleksi logam di simpan di dalam lemari kaca dengan pendingin ruangan untuk menjaga suhu dan kelembaban tetap stabil. Seperti kita ketahui logam akan mengalami perubahan bila di simpan pada suhu dan kelembaban yang berubah.
Koleksi logam ini terdiri dari uang kuno dan peralatan peribadatan seperti bokor, pedupaan, lampu, cermin, guci dan genta. Juga ada koleksi alat musik.





















Koleksi Keramik

Sebagian besar koleksi keramik yang dimiliki berasal dari negera asing seperti guci, teko, piring, mangkuk, sendok dan vas bunga.



Koleksi Tanah Liat (Terakota)
Terdiri dari 4 jenis yaitu koleksi terakota manusia, alat-alat produksi, alat-alat rumah tangga dan arsitektur.




























Koleksi Batu

Koleksi berbahan batu ini berada di bangunan yang terpisah dari koleksi lainnya. Luasannya pun lebih besar menyesuaikan ukuran koleksi. Juga berada di ruang dengan aksen terbuka. koleksi batu ini pun dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu ; koleksi miniature, komponen candi, koleksi arca, koleksi relief dan koleksi prasasti



Museum Trowulan ini juga menerbitkan buku yang berjudul Mengenal Kepurbakalaan Di Daerah Trowulan yang bisa di gunakan sebagai panduan berkunjung. Sayangnya informasi yang tersedia sangat sedikit dan tidak pernah diperbarui. Bahkan menurut pemahaman saya dari sekian banyak situs yang tertulis dalam buku tersebut penjelasan terkait dengan keberadaan kerajaan majapahit sendiri kurang. Termasuk situs-situs peninggalan seperti candi dan gapura hanya dijelaskan dimensi serta bentuk fisik saja. Sementara fungsi serta keterkaitannya dengan kerajaan majapahit tidak disebutkan.
Selain Museum ada beberapa cagar budaya peninggalan kerjaan Majapahit yang tersebar tak jauh dari lokasi PIM, Gapura Bajangratu, Candi Brahu, Candi Gentong, Kolam Segaran, Candi Minak Jinggo, Petirtaan (Candi) Tikus, Umpak Sentonorejo, Gapura Wringin Lawang, Candi Kedaton (Sumur upas), Situs Lantai Segi Enam, Makam Putri Campa, Makam Tujuh Troloyo, Situs Nglinguk, Yoni Klinterejo, Pendopo Agung.
Tak cukup sehari jika ingin mengunjungi tempat-tempat tersebut meski lokasinya berdekatan dan bebas macet. Meski di hari minggu cukup ramai, tak hanya dengan pengunjung tapi juga banyak lapak penjual mainan yang diminati anak-anak. Jarak lokasi yang dekat dan sejuk karena banyak pohon-pohon besar menjadikan banyak orang datang menghabiskan waktu di akhir pekan bersama keluarga.


Referensi
Semua kolepsi foto adalah milik pribadi

Buku Mengenal Kepurbakalaan Majapahit Di Daerah Trowulan.











17 komentar:

  1. Dulu suka dan hapal sekali sejarah kerajaan, Islam dsb sampai aku berpikir untuk mencari kampus sesuai jurusan sejarah arkeologi gitu

    BalasHapus
  2. Temenku pernah share foto dia ke sana. Udah rapi banget ya. Dulu kan rasanya tumpukan batu engga jelas. Memang perlu ya kita tahu sejarah dan riwayat asal usul sebuah kerajaan. Aku sih suka dengan sejarah petilasan, kalau ada candi-candinya. Suka beda-beda bentuknya...

    BalasHapus
  3. Bangsa besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah.
    Keren aja tiap baca soal sejarah Indonesia, berasa bangga banget sama peninggalan zaman dulu.

    BalasHapus
  4. Nama Majapahit adalah yang paling melekat sekali dalam ingatan ketika belajar sejarah. Koleksi fotonya lengkap, Mbak. Jadi terasa ikut jalan-jalan langsung ke Museum Trowulan.

    BalasHapus
  5. Wah ini salah satu cagar budaya ya, harus dijaga nih karena mjd kekayaan kita juga. Tempatnya rapi ya dab bersih. Btw, agak spooky gak mba kalau di tempat seperti ini?

    BalasHapus
  6. Jaman aku kecil, belum serapi ini. Karena lama enggak tinggal di Kediri aku belum sempat ke sini lagi. Padahal kalau ke Suarabaya pasti lewat sini (sebelum ada tol)
    Harus diagendakan nih pas mudik nanti, bagus untuk menambah pengetahuan anak-anak tentang sejarah Indonesia dan tempat berekreasi keluarga . TFS Mbak:)

    BalasHapus
  7. Wah museumnya rapi ya mba, tapi kira-kira ada nggak sih program khusus untuk anak-anak gitu. Jadi pas mereka studi wisata enggak bosan karena "cuma" liat-liat doang gitu.. kalo ada pasti lebih menarik ya. Apalagi pas musim liburan.

    BalasHapus
  8. Aku paling suka membaca Sejarah Kerajaan Jawa. Selain silsilah raja-raja dan kisah patriotismenya, aku juga suka kisah-kisah mistisnya. Legenda atau peninggalannya. Sayang aku belum pernah mengunjungi langsung situsnya. Ternyata tempatnya nggak se-angker yang kubayangkan loh.

    BalasHapus
  9. kadang kala yuni juga suka dengan sejarah apalagi mengenai sejarah jawa dan madura. Tapi yuni orang yang susah dalam menghapal, jadi ya begitulah, meski sering baca lagi dan lagi. hehehe

    BalasHapus
  10. Sejarah Kerajaan Majapahit selalu menarik jika ditelusuri. Termasuk mengunjungi jejaknya/ peninggalannya berupa benda-benda di museum seperti ini. Banyak kisah bagus di balik benda-benda itu pastinya. Ahh, jadi pengen ke Museum Trowulan :)

    BalasHapus
  11. Wah aku udah lama nih gak berkunjung ke museum. ohya baru beberapa waktu lalu berkunjung lagi ke museum di masjid agung demak. dan itu baru pertama kalinya ngajak anak-anak ke museum. Semoga lain waktu bisa ngajak anak-anak lagi berkunjung ke museum yang lain.

    BalasHapus
  12. Museumnya lengkap ya, bagus banget untuk menanamkan nilai sejarah bagi anak-anak kita

    BalasHapus
  13. Koleksi arca, relief dan prasasrinya rapi ya mbak... Ikut bngga deh, melihat cerita di balik museum dapat membawa hawa saat jaman dulu ke sini:)

    BalasHapus
  14. Dulu waktu masih sekolah, gak semangat kalau harus belajar sejarah. Harus ngapalin nama tokoh dan kerajaannya. hihihi
    Tapi sekarang paling senang kalau berkunjung ke museum bersejarah seperti Museum Majapahit itu, suka takjub dengan peninggalan dari zaman dulu. Takjub dengan peradabannya.
    Kayaknya memang mesti lihat langsung peninggalannya ya, supaya bisa paham dengan sejarah kerajaan yang ada di bumi nusantara dulu, lebih menyenangkan.

    BalasHapus
  15. Aku pribadi suka banget sama sejarah.. Rasanya asyik banget ya bisa membayangkan masa lalu dengan melihat peninggalannya

    BalasHapus
  16. Wah kpn2 klu ke Mojokerto bisa nih jd destinasi wisata. Keren mb bnyk koleksinya. Luas lgi ya...mksh infinya mb

    BalasHapus
  17. Saya dulu suka sama pelajaran sejarah kalau yang cerita-ceritanya, cuma paling males kalo ngapalin tahun-tahunnya itu, suka ketuker-tuker.

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates