Setelah
menikah beberapa tahun lalu, tema pernikahan menjadi sangat menarik. Baik dalam
bentuk visual maupun tulisan. Weeding
Agreement menjadi salah satu judul buku yang akhirnya saya baca setelah filmnya
ditayangkan. Alasan yang lebih sepele lagi adalah karena saya tidak bisa
menyaksikannya di bioskop.
Tentu
saja yang paling utama adalah buku biasanya memiliki cerita lebih lengkap. Juga
untuk beberapa cerita saya merasa bisa lebih emosional dengan membaca dari pada
melihatnya dalam bentuk grafis. Ditambah lagi setelah mengikuti bedah buku dari
penulisnya langung. Sehingga tidak ada kesempatan berpikir ulang untuk
membelinya. Karena lepas acara tersebut selesai saya menjadi salah satu dari
ribuan orang yang memesannya.
Mia
Chuz mengisahkan kehidupan rumah tangga Btari Hapsari dengan Bian. Pernikahan
mereka terjadi karena perjodohan keluarga. Sehingga keduanya tidak saling
mencintai saat menjalani kehidupan rumah tangga.
Witing tresno jalaran soko kulino,
pepatah jawa itu benar adanya. Namun tidak semudah itu yang dialami oleh Tari
dan Bian.
Baru
beberapa jam menikah, Tari menerima sebuah dokumen dari Bian. Secarik kertas
yang mampu menggoyahkan keteguhan hati Tari tapi juga menguatkan diwaktu
bersamaan. Bian memberinya sebuah kesepakan pernikahan. Bian meminta Tari untuk
menjalankan semua poin yang ada di dalam
perjanjian tersebut sebelum pernikahan ini berakhir satu tahun yang akan
datang.
Wanita
mana yang tidak kecewa mengetahi bahwa pernikahan hanya menjadi sebuah
permainan yang bisa berakhir setiap saat. Karena bagi Tari pernikahan itu
sesuatu yang suci. Yang dibangun atas dasar iman. Yang akan menyempurnakan iman
setiap muslim.
Tidak
ada pilihan lain selain memenuhi keinginan Bian. Meski Tari tahu semua itu
bertentangan dengan nuraninya. Tapi bisa apa lagi? semua upayanya selalu mendapat
penolakan. Sarapan yang Tari siapkan tidak pernah tersentuh. Bahkan mencuci
pakaian Bian pun Tari hanya mendapat omelan. Kadang bentakan Bian pun Tari
terima ketika membersihkan kamarnya.
Apakah
cukup sampai disana? Tidak. Tari bahkan harus berperan menjadi seorang istri
yang bahagia yang menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia. Tidak hanya
dihadapan keluarga Bian tapi juga didepan keluarganya sendiri.
Bagian
terburuk yang Tari terima bukanlah tidak dicintai Bian. Melainkan hadirnya
wanita lain dalam biduk rumah tangga. Bahkan sosok wanita itu sudah hadir
sebelum pernikahan itu berlangsung. Perempuan yang akhirnya Tari ketahui
menjadi sumber penyebab suaminya tidak menghargai pernikahan mereka.
Akankah
Tari bertahan meski tidak pernah menjadi wanita dalam hidup Bian?
Kisah
Tari ini ditulis hingga mencapai 350 halaman lebih. Menggunakan bahasa yang
sangat sederhana. Yang setiap hari digunakan pembaca. Sehingga seperti sedang
mendengar cerita dari seorang sahabat.
Kehidupan
Tari digambarkan sangat religious.
Hijab yang sudah dikenakan semenjak bangku sekolah menengah. Kemudian
kewajiban-kewajiban seorang muslim yang tidak pernah ditinggalakan. Semuanya selaras
dengan sudut pandang dan sikap Tari. Meski tidak menjadi seorang istri yang
normal, tidak lantas membuatnya menjadi seorang istri pembangkang. Ia merupakan
representative seorang istri soleha
jaman digital.
Sejujurnya
saya sedikit terganggu dengan keberadaan bahasa asing yang digunakan dalam
percakapan. Entah mengapa hal itu seperti tidak menyatu dan sedikit dipaksakan.
Bahkan dibeberapa adegan cenderung mengganggu kelekatan emosi saat membaca.
Apresiasi
yang luar biasa kepada Naniko Publishing dan CV. RinMedia. Kualitas bukunya
sangat bagus. Cetakannya terbaca dengan jelas dengan ukuran huruf yang pas. Sangat
nyaman sekali saat membaca. Selain itu jilidan bukunya yang sangat kuat. Menurut
saya novel ini memiliki kualitas fisik terbaik dari seluruh buku yang saya
miliki.
After taste
setelah membaca buku ini adalah light
yellow.
Yang
suka dengan kisah cinta mainstream
dengan sedikit konflik layak menjadikan novel ini sebagai salah satu koleksi. Karena
saat membacanya tidak perlu berpikir keras. Cukup menyediakan waktu dan
menyiapkan hati dan tisu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar