Minggu, 08 September 2019

# anak lelaki # Fiksi

Benih Yang Bermutasi

Seluruh karyawan bahkan mungkin seluruh wanita dimuka bumi akan tersenyum iri melihat Killa. Diantar oleh laki-laki tampan yang sekali lihat saja sudah nampak bahwa jaminan masa depan itu pasti. Belum lagi mobil yang dikendarai. Termasuk kedalam jajaran minoritas kelas atas. Artinya hanya sedikit orang yang memilikinya di kota ini.
Masih ada satu hal lagi. yang sangat diidamkan setiap orang tapi tidak pernah Killa sadari. Bahwa Satya sangat mencintai Killa. Dilihat dari sudut manapun, bahkan anak kecil pun bisa membacanya.
“Apa semua customer kamu selalu mendapat julukan ?” Satya bertanya saat mobilnya sudah bergabung dengan mobil lain melintas jalanan kota.
“Hah? Oh..itu…Ya, kami memang memiliki daftar loyal customer yang mendapat perhatian khusus.” Tidak mungkin Killa menjawab dengan jujur bahwa itu bukanlah sebuah julukan. Dalam hal ini  Ngeles menjadi jalan terbaik.
“Aku merasa tersanjung mendapat perhatian khusus seperti itu.” Satya hanya bisa menahan senyum melihat Killa salah tingkah. Terlihat sangat menggemaskan untuk orang yang tidak pandai berekspresi seperti gadis yang duduk disampingnya.
Sebenarnya Ia sudah lama tahu panggilan itu diberikan khusus untuk dirinya. Ia bahkan sering mendengar saat masih sering mengunjungi Killa. Sejak kecil Satya sudah menyadari bahwa dirinya memiliki penampilan yang sangat menarik. Menurut kamus wanita itu ganteng. Saking seringnya mendapat pujian hingga hal itu menjadi sesuatu yang biasa saja.
“Mau langsung pulang?”
Killa menguap. Lebar dan lama. “Duh, maaf, maaf. Iya langsung pulang aja.”
“Kamu pasti ngantuk banget ya?”
“Iya. Akhir-akhir ini kurang tidur. Kok tiba-tiba macet gini sih.” Killa menggerutu karena laju mobil yang didepannya memelan semua.
Satya benar-benar kesulitan mengendalikan bibirnya untuk tidak tersenyum. Setiap tingkah Killa pasti membuatnya senang. Bahkan gerutuan itu atau jalanan yang tiba-tiba tersendat tidak memengaruhi suasana hatinya.
“Oh iya. Maaf ya aku nggak bales chat kamu waktu itu.”
“Oohh … iya nggak pa-pa.”
“Sebenarnya aku agak kaget aja kamu tiba-tiba nge-chat. Butuh beberapa waktu sampai aku yakin bahwa itu pesan dari kamu. Aku bahkan sempat mematikan HP, restart ulang untuk meyakinkan bahwa itu kamu. Sekarang karena kita udah ketemu, aku mau rasa penasaranku segera hilang. Memangnya kamu mau bicara apa?”
Baiklah. kalimat panjang itu memang tak mendapat jawaban. Hanya berbalas helaan napas teratur dengan dengkuran pelan. 


Sekali lagi Satya tidak marah diabaikan. Justru senyumnya bertambah lebar. Tidak pernah sekalipun terbayangkan akan berada dalam satu mobil bersama Killa.
Bisa duduk disamping Killa, berbincang meski hanya basa-basi bahkan mengantarnya pulang tidak pernah Satya kira akan terjadi. Dulu dia hanya bisa berangan-angan saja. Senadainya saja dan banyak perumpamaan lain yang membawanya yakin terhadap perasaannya sendiri. Hingga waktu memberikan kepastian bahwa cinta itu tak berbalas. Dan keputusan untuk melepaskan tak lama harus ia kuatkan.
Namun semua itu sempat goyah saat bertemu dengan Bu Ayu, Mamanya Killa. Ketika menawarkan diri untuk mengantarkan barang titipan ibunya. Saat itulah Satya menyadari bahwa Bu Ayu memiliki alamat rumah yang sama dengan Killa.
Seorang ibu bagi Satya adalah segalanya. Tak pernah ada kata ‘tidak’ untuk ibunya. Tidak ada sedikit pun rasa keberatan untuk memenuhi permintaanya seorang ibu. Namun kala itu, untuk pertama kalinya, Satya ragu.
“Tante tahu kamu sangat menyukai anak tante. Dan tante yakin sampai saat ini perasaan itu masih sama. Killa memang bukan sosok sempurna untuk seorang wanita. Seandainya harus memilih menantu, mungkin tante tidak akan memilihnya. Tapi Killa anak tante. Dan tante akan melakukan segalanya untuk kebaikan Killa. Bahkan saat Killa tidak menginginkannya.
Satya, tolong jangan menyerah. Killa hanya satu dari sedikit wanita yang tidak yakin bahwa cinta bisa memberinya kebahagiaan. Bahwa ada cinta yang indah dan tulus di dunia ini. Jangan dilepas.”
Anak tante yang minta dilepas. Ingin sekali Satya meneriakkan itu. Tapi, Bu Ayu juga seorang ibu yang tidak mungkin permintaannya ditolak. Ini persoalan hati. Tidak ada satu hal pun didunia ini yang bisa memaksa.
Dengan Killa, Satya sudah memberikan banyak sekali kelonggaran. Tenaga juga waktu. Tapi Satya hanya manusia biasa yang memiliki keterbatasan. Dia pun ingin bahagia.
Sorot mata Bu Ayu menunjukkan keputusasaan yang begitu dalam. Dan sekali lagi, tidak ada kata ‘tidak’ untuk permintaan ibu. Maka Satya pamit dengan hati yang gundah. Hingga pesan singkat Killa meluluh lantakkan semuanya. Memberinya benih baru yang telah bermutasi.
Kalau harus mencintai maka harus dengan Killa. Kalau harus terluka maka itu demi Killa. Satya mengeraskan hati bahwa hanya ada satu wanita yang akan memenangkan hatinya. Dia harus Killa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates