Selasa, 20 Agustus 2019

Tips Menulis Kirana Kejora, Penulis Buku Yorick

01.34 9 Comments
“Buku bukan hanya sayap penerbangan atau energi perjalanan tapi juga sirip penyelaman.” Kinara Kejora



Seorang yang pandai dibidang perikanan tidak harus menjadi peternak ikan atau peneliti. Profesi sebagai penulis pun tetap bisa dilakoni tanpa meninggalkan ilmu yang pernah dipelajari. Dia lah Kinara Kejora seorang penulis dengan puluhan judul buku yang terbit dan Yorick menjadi salah satu karyanya yang difilmkan. Air Mata Terakhir Bunda dan Ayah Menyayangi Tanpa Akhir adalah dua buku yang sudah tayang filmnya. Sementara ada dua buku yang proses pembuatan filmnya sedang berjalan yaitu Senja Di Langit Ceko dan Rindu Terpisah di Raja Ampat. Selain menulis beliau juga banyak menjadi narasumber baik seminar, workshop dan talkshow .




Menggunakan kisah nyata sebagai ide menjadi salah satu cara beliau untuk menulis. Yorick, salah satunya. Kisah seorang anak yatim piatu yang dibesarkan seorang nenek, Yorick ini tokoh nyata dan saat ini tinggal di Bandung. Buku dan Film ini merupakan persembahan untuk nenek sebagai guru besar dengan 1000 pembelajaran.



“Pendaki Sejati tak akan turun gunung sebelum mencapai puncaknya.” Yorick


Semalam dalam acara bedah buku yang diselenggarakan oleh #klubsukabuku beliau membagikan beberapa tips menulis. Bagi saya beliau tidak hanya berbagi ilmu tetapi juga membakar semangat kami #pasukanbuku untuk meningkatkan membaca buku menjadi menulis buku. Beliau bahkan menekankan untuk tidak takut menulis jelek. Baca berulang maka kita akan tahu letak kesalahan kita.
Itu hanya sebagian kecil dari ilmu menulis yang beliau bagikan. Berikut beberapa tips menulis Kirana Kejora yang saya rangkum dari diskusi semalam.

1. Tetapkan target
Alasan  menulis harus jelas sehingga kita bisa menetapkan tujuan. Untuk apa? Agar tulisan kita tetap terarah. Juga yang akan menjaga semangat manakala keinginan menulis kita mulai memudar. Manusiawi jika semangat kita naik turun. Tetapi kita harus memiliki pegangan saat kendali mulai goyah.

Menulis untuk hidup. Jadi saat tidak menulis maka tidak bernapas.

Ide, Tema, Premis, Sinopsis, Outline hingga manuskrip harus kuat, detail dan jelas. Teori menulis ini harus kita kuasa untuk memudahkan kita dalam menuangkan ide. Teori ini penting untuk membuat tulisan kita semakin baik dan memudahkan kita saat menulis. Juga menjaga agar tulisan kita tidak melebar kemana-mana.
Jangan lupa bahwa kita harus menentukan segmen pembaca yang akan menikmati karya kita. Dan ini juga berhubungan dengan gaya bahasa saat menulis.
Tentu tulisan kita dibukukan, bukan? namun apakah kita tahu yang harus dilakukan setelah buku terbit. Tentu saja menjual sebanyak-banyaknya agar semakin banyak orang yang membaca dan mengambil manfaatnya.
Buku yang bagus adalah yang banyak pembacanya. Sehingga teknik penjualan pun harus diperhitungkan. Seperti launching buku, bedah buku atau menggandeng orang-orang berpengaruh untuk membantu mempromosikan buku kita. Maksimalkan media sosial  sebagai etalase kita. Branding diri sangat penting dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.


2. Jadi pembelajar
Nikmatnya menjadi penulis adalah menjadi manusia yang bebas dan dianggap pintar. Sehingga menjadi tempat orang untuk bertanya. Oleh karena itu kita harus siap dengan jawaban.

Jangan pernah merasa malas untuk belajar. Karena belajar bisa melalui banyak hal selain pendidikan formal. Selalu meningkatkan jumlah buku yang dibaca. Tajamkan setiap indera kita pada lingkungan. Buka lebar mata kita, lungkan telinga untuk lebih banyak mendengar dan asah hati kita untuk bersimpati dan berempati terhadap lingkungan sekitar kita


3. Percaya Diri
Jangan takut membuat tulisan jelek, begitu Kinara mengatakan. Baca berulang kali sehingga  tahu letak kesalahan kita. Menguasai KBBI dan PUEBI merupakan keharusan yang akan membantu kita saat melakukan penyuntingan.

Buang rasa rendah diri karena siapa pun bisa menjadi penulis. Kalau kita percaya diri bagaimana orang lain mau membaca karya kita.  Maka banggalah dengan setiap tulisan kita dan jangan lupa untuk selalu rendah hati.


Rendah diri jangan, rendah hati itu harus.


 “Si Lesung pipit itu adalah lelaki penuh senyum dan setiap hari adalah pagi. Selalu penuh matahari. Sayonara.” Kinara Kejora

Kamis, 15 Agustus 2019

Resensi Buku Journey of The Hearts

02.40 18 Comments
Agustus yang penuh cinta. Setelah mendeklarasikan diri untuk membaca buku sesuai passion. Dan ini buku pertama yang khatam sekaligus menuntaskan #TBR
.
.

Judul               : Journey Of The Heart
Penulis             : May Moon
Penerbit           : Sygma Publishing
Halaman          : viii+240 halaman
.
.
Perpisahan menjadi jalan untuk mendekatkan kembali. Tita terpaksa harus menjalani setelah 5 tahun terpisah ribuan kilometer. Harry, suaminya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan gegar otak berat. Hal baik dari musibah itu adalah pernikahan formal yang tertunda bertahun-tahun akhirnya terlaksana.
Pernikahan yang diidamkan nyatanya tak mendatangkan sebuah kehidupan rumah tangga yang bahagia. Kelumpuhan fisik yang diderita Harry juga menyertakan pada perubahan kepribadiannya. Berbulan-bulan menjalani terapi menambah dinginnya hubungannya dengan istrinya.
Sanggupkah Tita menjalani kehidupan rumah tangga yang demikian menyiksa? Sementara satu-satunya sumber kekuatannya menjalani kehidupan jauh dari keluarga sekaligus menjadi kelemahannya. Ataukah ia harus memilih kembali pada kenyamanan bersama kedua orangtuanya di Indonesia?
Sebuah romansa kehidupan pernikahan antara Tita dan Harry. Perbedaan latar belakang serta budaya yang sangat jauh berbeda menunjukkan pada kita bahwa perbedaanlah yang membuat pernikahan itu ada. Bagaimana Tita dan Harry menjadikan perbedaan tadi menjadi pengikat kuat hubungan. Yang tidak menjadi sumber dari segala konflik rumah tangga. Meski hanya sebuah cerita fiksi namun patut kita jadikan teladan. Apalagi saat ini contoh dalam kehidupan nyata sudah sangat banyak ditemukan.
Tokoh Tita mengajarkan saya tentang sebuah kesabaran seorang istri. Bukan hanya saat menghadapi sifat suami yang mengganggu melainkan kesabaran untuk menahan ego sebagai seorang wanita. Dengan keterbatasan suaminya bahkan perlakuan yang tidak seharusnya Tita terima sebagai seorang istri, tak membuatnya jengah bahkan mengajukan tuntutan hak. Tita hanya sabar dan menyerahkan semuanya pada Tuhan.
Demikian dengan Harry. Ditengah ketidakmampuannya menjalani kewajibannya sebagai suami, Harry tetap teguh dengan pendiriannya. Keterbatasan memecutnya untuk lebih giat menjalani terapi. Meski perasaannya berada dalam ketidakpastian. Apakah ia akan ditinggalkan kembali atau tidak. Yang umum terjadi saat ego seorang laki-laki merasa tidak dihargai pasangan adalah keinginan untuk melepaskan.
Buku ini sangat informatif terutama mengenai kehidupan seseorang yang pernah mengalami cedera otak. Menerjemahkan istilah medis menggunakan bahasa yang lmudah dipahami. Bahkan proses penyembuhannya pun dijelaskan dengan sangat baik.
Penggunaaan bahasa asing sebagai salah satu cara menunjukkan latar tempat pun tidak berlebihan. Jumlah penggunaannya proporsional sehingga kesan penggunaan bahasa asing itu tetap terasa.
Saya suka pengggunaan diksinya, heterogen dan tidak terlalu berat. Sederhana tapi tetap sarat makna. Karena hampir sepanjang cerita penggambaran perasaan itu banyak sekali ditemukan. Dan pemilihan katanya tidak memberikan kesan monoton.

Aduh. Aku ingin bumi rengkah dan masuk kedalamnya, sukacita.

Sudut pandang orang pertama memang sangat bagus untuk menggali sedalam mungkin emosi dari tokoh tersebut. Dan lebih mudah membuat pembaca melebur dalam emosinya. Hanya saja semuanya menjadi lebih sempit. Karena seluruh jalan cerita hanya berdasar satu sudut pandang. Ini lah alasan saya kurang suka dengan dengan sudut pandang orang pertama.

Buku ini saya rekomendasikan untuk wanita yang mudah menyerah dengan pasangannya, atau sering mengeluhkan kekurangan pasangannya. Bahkan untuk yang belum menikah pun harus membacanya. Sedikit banyak buku ini memberikan gambaran kehidupan pernikahan yang sangat komplek.

Follow Us @soratemplates