Buku
yang akan kita bicarakan kali ini menjelaskan satu hal bahwa, saya tidak tahu
apa-apa tentang dunia literasi.
Sebenarnya
ini kali kedua saya merasa hal serupa. Yang sebelumnya terjadi ketika mengikuti
bedah buku dari salah satu penulis yaitu Kirana Kejora dan yang kedua setelah
membaca novel Clair.
Jika
ada yang bertanya siapa penulis terkenal Indonesia? Asma Nadia, Tere Liye,
Habiburrahman El Shirazy, Seno Gumira Ajidarma, Dee Lestari, Tasaro GK. Jawaban
ini saya dapat dari komunitas membaca yang saya ikuti. Kecuali saya, karena
saya memilih abstain jika mendapat
pertanyaan demikian.
Saya
menyukai sebuah karya. Alasan saya menyukai karya tersebut, ya, karena karya
itu sendiri. Tidak pernah terpaku pada pembuat karya. Termasuk buku. Maka dari
itu bacaan saya bisa lompat dari satu genre ke genre lain. musik dan film pun
demikian.
Clair
mengantarkan saya pada salah seorang penulis hebat di Indonesia, Ary Nilandari.
Waktu
itu sedang mengikuti banyak give away.
Percayalah tak satu pun give away itu
saya menangi. Akun Instagram Penerbit Republika salah satunya. Salah satu
ungguhannya, selain give away,
menampilkan sebuah promo pre-order (saya
penggila promo sejujurnya hehehe). Potongan harga, tanda tangan penulis dan
kesempatan mengikuti kelas menulis secara cuma-cuma, menarik bukan? Sekali
lagi, saya tidak mendapat bagian yang cuma-cuma
Selain
itu, potongan cerita yang penuh muatan iklan benar-benar menjatuhkan pertahanan
saya. Ditambah desain sampulnya yang super keren. Warna hitam yang mendominasi
memberi kesan bahwa cerita ini begitu gelap dan kelam. Dan ilustrasi karakter
berwarna emas memberi kesan elegan.
Benar-benar
sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan hehehe
Menggunakan
sudut pandang orang pertama, Clair, menceritakan kisah seorang remaja yang
memiliki clairtangent.
Blurb
Clair
The Death that Brings Us Closer
Seorang
gadis clairtangent
Sesosok
kenangan yang dihidupkan
Seornag
pemuda yang luput dari kematian
Dan
sebuah janji untuk saling menjaga
Rhea
Rafanda, siswi kelas 12, memiliki kemampuan clairtangency. Ia dapat membaca
melalui sebuah sentuhan. Dengan bakatnya, Ia membantu polisi memecahkan
kasus-kasus buntu dan diberi nama kode, Clair. Tapi, kenangan tentang kekerasan
dan kematian dapat menyakiti fisik bahkan memblokir memori Rhea. Itu sebabnya,
Rhea dijauhkan dari kasus-kasus traumatis.
Saat
kasus kematian Aidan Nararaya mengemuka, Rhea melanggar larangan dan melibatkan
diri. Tidak mungkin kakak kelas yang ia kagumi dan menjadi sosok cinta
pertamanya itu bunuh diri. Rhea pun menghidupkan sosok kenangan Aidan untuk
menemukan petunjuk. Bagaimana kalau ternyata Aidan meninggalkan pesan-pesan tak
terduga untuknya? Bagaimana kalau memorinya sendiri yang terpendam malah
tergali?
Seolah
belum cukup rumit, muncul laki-laki misterius membayangi Rhea dan sahabat-sahabat
Aidan. Demi mengungkap kebenaran dan melindungi orang-orang terkasih. Rhea harus
mengerakan clairtangency melebihi batas.
Membaca Rhea Rafanda
Remaja
yang tersisih dari pergaulan karena berbeda. Siapa bilang sekolah bergengsi
aman dari tindak kekerasan? Justru sekolah seperti ini mengedepankan kasta baik
dari segi ekonomi, intelegensi dan bakat.
Terlalu
banyak kata tahu. Tapi aku mengerti. “Ya. Mereka menyebutku freak, weirdo,, gypsy, witch, black aura, pembawa
sial, menular …dan entah apa lagi.
Biar begitu, Kei butuh aku.”
Suaraku
lebih lunak . Bahkan kutambahkan tawa kecil sambil mengacungkan dua tangan. Apa
anehnya sarung tangan? (Halaman 18)
Rhea
terlahir dengan kemampuan clairtangency dala dirinya. Yang mendatangkan hal
baik sekaligus hal buruk secara bersamaan.
Tidak
ada seorang pun yang ingin dilahirkan berbeda, termasuk Rhea. Tumbuh dengan
kehilangan memori asal usulnya sehingga dia harus berada dibawah asuhan orang
tua angkat.
Namanya
Elgar. Rhea memanggilnya Bang El. Usia 29
tahun, PhD bidang kehutanan, peneliti dan petualang, single parent, satu anak
perempuan, tetapi belum menemukan perempuan yang mau menjadi Jane untuk
menemani Tarzan.
Saat
ini Rhea kelas X11 di Dharmawangsa Internasional High School (DIHS). Sekolah yang
membukakan pintu untuk cinta pertamanya, Aidan Narayana. Sayangnya, kematian
justru menjemput Aidan lebih dulu sebelum perasaan Rhea terungkap.
Dugaan
bunuh diri menghiasi pemberitaan kematian Aidan. Hal itu sangat mengusik
orang-orang terdekat termasuk Rhea dan sahabat Aidan, Kei dan River. Mereka
tidak memercayai bahwa Aidan adalah korban dari penyalahgunaan narkoba.
Menggunakan
bakatnya tersebut, Rhea melakukan banyak pencarian demi mengungkap kasus
kematian Aidan. Hingga dalam proses pencarian itu Rhea menghidupkan sosok Aidan
dalam sebuah kenangan. Yang membuatnya berinteraksi hingga kedekatan yang tak
terdefinisi menjadi jelas.
Membaca Romansa Clair
Bisa
ditebak bahwa bumbu percintaan yang diberikan adalah antara Rhea dan Aidan. Secret Admirer cukup menjelaskan
hubungan Aidan dan Rhea.
Rhea
diam-diam menyukai Aidan, siswa populer terutama dikalangan cewek dan kapten
tim basket sekolah. Menyukai Aidan secara terang-terangan adalah aksi bunuh di
tempat umum. Karena hanya akan memicu gerakan penolakan dari para penggemar
Aidan. Ditambah dengan bakat yang dimiliki Rhea sehingga membuatnya dianggap
aneh oleh seluruh penghuni sekolah.
Sebuah
projek membuat esai yang didapatkan Rhea dari guru creative writing menyumbangkan kenangan bersama Aidan. Museum menjadi
salah satu area terlarang bagi Rhea untuk tidak terpapar emosi dalam kenangan. Sehingga
tempat lain yang bisa dia tuju untuk menyelesaikan tugasnya adalah
perpustakaan.
Takdir
berkehendak, Rhea bertemu dengan Aidan di salah satu lorong perpustakaan. Ketika
Rhea sedang mengamati sebuah buku Bandung Zaman Dulu (Halaman 42).
Mengamati
dari jauh, begitu yang biasa Rhea lakukan untuk bisa bertemu Aidan. Melalui
jendela di ruang control AC yang berada dilantai 2, Rhea mengamati Aidan yang
ada di lapangan basket. Saat itu Aidan sedang kalah taruhan sehingga harus
menerima tradisi potong tali sepatu (TPTS). Sebuah kebiasaan yang hanya
dilakukan anak basket DIHS. Kemudia Rhea memungut potongan tali sepatu Aidan
yang sudah dibuang dan menyimpannya.
Sebuah
kisah cinta yang sangat polos yang banyak sekali terjadi didunia nyata remaja. Dan
hal ini memberikan sedikit rona terang dari keseluruhan cerita yang gelap.
Namun
akhir kisah cinta Rhea dan Aidan juga menambahkan derajat kepiluan atas kasih
tak sampai yang berujung kematian. Mengacak-acak emosi pembaca ketika Rhea
menyadari bahwa seseorang yang berbicara dengannya selama ini hanyalah sosok
kenangan Aidan.
Kutelan
ludah susah payah. Memandang lekat Aidan yang meringkuk. Tanganku terulur lagi,
menyentuh pipinya. “Maafkan aku, Aidan. Sebaiknya kamu istirahat saja dulu. Aku
perlu berpikir lagi.”
Aidan
mengangguk dan memejamkan mata (halaman 219).
Otak Dibalik Clairtangency
Bunda
Ary, demikian beliau disapa pembacanya. Berkarir lebih dari 10 tahun didunia
literasi. Penerjemah dan editor mengawali karirnya sebelum memutuskan
menjadi penulis full-time.
Lebih
dari 50 judul buku untuk anak, remaja dan dewasa yang sudah ditulis. Puluhan karyanya
itu membuahkan hasil dengan mendapatkan penghargaan nasional, seperti Islamic book
fair award untuk penerjemahan terbaik dan Rohto-Mentholatum Golden Award untuk
penulisan cerpen remaja. Penghagaan internasionalpun beliau dapatkan dari
Scolastic Picture Book Award dan Samsung kids Time Author Award.
Clair menjadi salah satu buku lokal yang
membuat saya bertepuk tangan. Narasi yang dibuat menyerupai buku-buku luar yang
fokus pada detail baik yang terbaca dengan mata maupun tidak. Sehingga tidak
mengherankan jika setiap bab sangat sulit untuk tidak langsung membaca bab
selanjutnya.
Visualisasi
karakter yang dibuat nyata dalam bentuk animasi menambah kuat karakter. Meski hanya
ditampilkan sebagai pemanis namun hal itu benar-benar sangat menyenangkan
pembaca. Karena remaja-remaja keren tersebut seperti nyata.
White
menjadi akhir dari buku 366 halaman ini. Karena ada ketulusan dan kesucian yang
telah disampaikan.
1 January,
You’ve come along to change my life
(Aidan Narayana)
Merinding baca reviewnya..keren!
BalasHapusTos kita,aku jenis pembaca kutu loncat, baca karya, bukan siapa di baliknya.
Dan novel seperti Clair ini salah satunya.
Sepertinya menarik. Aku biasanya baca cerita yg ringan2 aja sih. Krn udah cape jd males mikir. Tp jd pgn nyoba baca2 yg genre begini.
BalasHapusBlurb-nya bikin penasaran, soalnya aku termasuk jarang baca novel nih. Makasih lho reviewnya...
BalasHapusDuh, yuni kok merasa teracuni lagi membaca review buku ini. Padahal ada dua buku yang sedang dalam perjalanan. Dua buku itu juga yuni belinya karena penasaran dengan review yang diberikan teman-teman blogger.
BalasHapusJadi galau. Pingin punya Rhea dalam genggaman juga.
Jadi tertarik beli setelah baca review ini. Saya juga tipe pembaca yg tidak fanatik pada penulis tertentu yg populer.
BalasHapusKarya itu dikatakan indah jika memang menarik hati dan perasaan. Siapapun penulisnya.
Visualisasi gambarnya juga menarik ya
A must have book, nih
Saya pun tipa yang bisa baca buku genre apa aja, tergantung mood dan blurb #eh hahaha
BalasHapusBtw, saya jadi penasaran pengen baca bukunya jugaaa... seru ya
Wah, jadi penasaran akhir kisah dari Clair, apakah bisa jadi clear atau tidak?
BalasHapusKalau saya sih punya penulis idola, yang dari masa ke masa bertambah seiring bertambahnya pengalaman hidup. Dulu kurang suka Tasaro GK, sekarang suka banget dg gaya menulis beliau.
BalasHapusNamun saya juga tidak anti membaca karya lain di luar penulis idola saya. Wah, novel berbau dunia psikologi spt Clair ini cukup bikin saya penasaran. Ya, cerita ttg orang-orang "tak biasa" adalah salah satu yg saya suka. Ada kisah menarik di balik si dia yg dianggap berbeda itu.
Nice review, Mbak :)
Judulnya unik, ceritanya menarik, dan penasaran apa itu clairtangency? Ulasan yang memukau, serius saya pingin membaca walau sudah bukan remaja, hehe.
BalasHapusIni ceritanya seru deh, kayaknya. Jadi penasaran abis baca review ini.
BalasHapus