Selasa, 30 April 2019

# Family # Keluarga

Alone Again? Seriously?


Wah…timeline medsos udah mulai countdown time puasa. Really awesome, huh?

Artinya hari pertama puasa sedang banyak disiapkan lebih dari separuh populasi manusia nusantara. Status WA mulai berisi rencana menu sahur, kangen masak sahur, jadwal buka puasa bareng yang jumlahnya melebihi waktu puasa sendiri, bahkan pilihan baju lebaran pun sudah mulai diperbincangkan.
Jadi apa yang sedang terjadi dirumah kami? Home sweet home yang selalu dirindukan ini.

Kebetulan awal mei ini sedang libur. Pun di hari-hari berikutnya. Tak banyak yang berubah meski libur. Bangun pagi, mandi dan  sarapan rutinitas yang nggak pernah terlewat. Bedanya Cuma setelahnya. Biasanya akan bosen denger “Kak, buruan dong. Udah telat nih.” Sementara si kakak masih dengan santainya jalan ambil kaos kaki di lemari. Adik udah siap dengan helm dan berdiri di samping pager buka pintu. Semuanya diganti “Pergi main ya, Bun? Assalammualaikum.” Masyaallah soleh solehahnya anak firridjal atau “Bun, minta uang buat beli jajan.”

Membosankan, bukan?

Ya begitulah hari-hari kami lewati dengan suami yang jauh di perantauan sana. Bukan hal mudah tapi ya nggak sulit-sulit juga. Cuma lagi nggak bahas itu sekarang hehehe
Di tahun-tahun sebelumnya, hari-hari kaya gini bahasanya pasti keluhan atau aduan sahur pertama sendiri. Meski menjalaninya nggak sendiri, ya iyalah, suami disana juga sendiri tapi kaya harus aja topic itu dibincangkan. Tapi tahun ini nggak sedrama sebelumnya, meski aslinya nggak drama juga hehehe.
Bukan karena udah mastah atau biasa, keadaan seperti ini nggak bakal biasa dan akan selalu tidak biasa meski setiap tahun berulang. Cuma sekarang mau dialihkan aja. Karena tahun ini akan sedikit dan mungkin banyak berbeda.
Suami sekarang kerja tanpa partner artinya semuanya dikerjakan sendiri sementara beban kerja sama. Kompensasi lebih besar dong? Mungkin. Yang pasti adalah waktu semakin banyak di arahkan untuk kerjaan.

Saya dirumah masih gitu-gitu aja, nggak jauh berbeda. Cuma sekarang kebetulan ahh bukan tapi Alhamdulillah masih dikasih kesempatan untuk melewati proses editing buku yang akan terbit. Masih belum buku solo tapi semoga disegerakan. Amin
Dan karena anak-anak dua-duanya udah pada gede pelajaran rukun islam ke tiga ini pun nggak boleh main-main. Jadi ya kudu dipikirin bener-bener. Apalagi yang sulung lagi masuk pra remaja yang saya sendiri belum siap buat itu.
Tapi apa yang mencengangkan dari puasa pertama dalam kehidupan pernikahan kami?

Kami menikah sudah cukup lama apalagi kalau ditambah dengan pertama kenal, udah sampe angka puluhan. Tapi-tapi yang bikin dramatis adalah kami hampir belum pernah melewati sahur pertama bersama selama menikah.
Keren bukan?

Seolah-olah dari awal menikah sudah LDR hahaha tapi bener lho soalnya kami nikah itu setelah hari raya dan dari awal pekerjaan suami memang harus berjauhan dengan keluarga. Bahkan saya hamil aja nggak bareng suami.
Tapi-tapi semua itu udah lewat. Sedih, kesel marah semuanya udah jadi unforgettable sweet moment.
Hanya saja setiap tahun pasti ada hal unik yang kami lakukan. Entah saya atau suami. tapi dari puasa tahun  lalu yang paling ingat banget itu aktivitas bangunin.
Memang sih ide-ide gila LDR sering munculnya dari saya tapi the eksekutor tetep suami (malu sendiri hehehe)
Jadi waktu itu saya lagi ngalem bin manja pengen dibangunin sahur kaya kebanyakan orang. padahal kami berada di waktu yang berbeda. Saya imsyak suami baru mau sahur. Kebayangkan gimana ribetnya.

Tapi kesampaian kok meski Cuma beberapa malam aja karena saya nyerah. Kasihan…

Gimana banguninnya?

Pertama malam sebelumnya pasti udah saling ingetin buat pasang alarm. Dan senjata mutakhir yaitu handphone. Suami bakal bangun sekitar jam 2-3 pagi. Awalnya telpon sekali, du kali, tiga kali. Nggak diangkat ganti chat WA sebanyak dan sesering mungkin.

Diawal-awal bangunnya cepet dan langsung denger, “bangun ndis, sahur. Jangan lupa bangunin kakak.”

Nambah hari nambah lama juga bangunya. Bisa sampe puluhan miscall dan chat WA. Kadang sampe menjelang imsak dan yang didenger jadi beda. “Ndis baru bangun? Udah mau imsa’ tahu. Ndul baru pulang beli makan. Buruan gih”

Akhirnya saya milih udahan aja, nggak tega. Soalnya kadang klo lagi banyak kerjaan suami sengaja nggak tidur. baru tidur pas udah kelar sahur. Dan saya diminta bangunin karena hari itu ada janji rapat atau yang lain. dan keadaan bisa berubah 90 derajat. Puluhan miscall dan chat WA bakal numpuk di layar hape suami (what a cute moment, huh?).

Ucapan selamat berbuka, cerita menu buka puasa dan banyak topik ramadhan lainnya bakal riwa-riwi di chatting panjang kami. Konsultasi ibadah nggak pernah lupa. Karena gimana pun juga, sebanyak apapun pelajaran yang saya cari di luar sana, suami tetap filter utama segala hal yang akan masuk ke dalam kepala.

Ya…itulah cuplikan sejarah ramadhan kami. Hal unik apalagi yang akan terjadi di ramadhan tahun ini? who knows (smily) karena tahun ini mau focus ke ibadah aja. Nggak lagi ngerengek hal-hal remeh yang kami sendiri tahu nggak akan banyak yang berubah selain dari menikmati dan mesyukuri apa yang kami jalani saat ini. ikhlas membuat langkah jarak jauh kami semakin ringan dan Allah Sang Maha penjaga yang akan melindungi iman dan hati kami.





Marhaban ya Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates