Wah…timeline
medsos udah mulai countdown time puasa. Really awesome, huh?
Artinya
hari pertama puasa sedang banyak disiapkan lebih dari separuh populasi manusia
nusantara. Status WA mulai berisi rencana menu sahur, kangen masak sahur,
jadwal buka puasa bareng yang jumlahnya melebihi waktu puasa sendiri, bahkan
pilihan baju lebaran pun sudah mulai diperbincangkan.
Jadi
apa yang sedang terjadi dirumah kami? Home sweet home yang selalu dirindukan
ini.
Kebetulan
awal mei ini sedang libur. Pun di hari-hari berikutnya. Tak banyak yang berubah
meski libur. Bangun pagi, mandi dan
sarapan rutinitas yang nggak pernah terlewat. Bedanya Cuma setelahnya.
Biasanya akan bosen denger “Kak, buruan dong. Udah telat nih.” Sementara si
kakak masih dengan santainya jalan ambil kaos kaki di lemari. Adik udah siap
dengan helm dan berdiri di samping pager buka pintu. Semuanya diganti “Pergi
main ya, Bun? Assalammualaikum.” Masyaallah soleh solehahnya anak firridjal
atau “Bun, minta uang buat beli jajan.”
Membosankan,
bukan?
Ya
begitulah hari-hari kami lewati dengan suami yang jauh di perantauan sana.
Bukan hal mudah tapi ya nggak sulit-sulit juga. Cuma lagi nggak bahas itu
sekarang hehehe
Di
tahun-tahun sebelumnya, hari-hari kaya gini bahasanya pasti keluhan atau aduan
sahur pertama sendiri. Meski menjalaninya nggak sendiri, ya iyalah, suami
disana juga sendiri tapi kaya harus aja topic itu dibincangkan. Tapi tahun ini
nggak sedrama sebelumnya, meski aslinya nggak drama juga hehehe.
Bukan
karena udah mastah atau biasa, keadaan seperti ini nggak bakal biasa dan akan
selalu tidak biasa meski setiap tahun berulang. Cuma sekarang mau dialihkan
aja. Karena tahun ini akan sedikit dan mungkin banyak berbeda.
Suami
sekarang kerja tanpa partner artinya semuanya dikerjakan sendiri sementara
beban kerja sama. Kompensasi lebih besar dong? Mungkin. Yang pasti adalah waktu
semakin banyak di arahkan untuk kerjaan.
Saya
dirumah masih gitu-gitu aja, nggak jauh berbeda. Cuma sekarang kebetulan ahh
bukan tapi Alhamdulillah masih dikasih kesempatan untuk melewati proses editing
buku yang akan terbit. Masih belum buku solo tapi semoga disegerakan. Amin
Dan
karena anak-anak dua-duanya udah pada gede pelajaran rukun islam ke tiga ini
pun nggak boleh main-main. Jadi ya kudu dipikirin bener-bener. Apalagi yang
sulung lagi masuk pra remaja yang saya sendiri belum siap buat itu.
Tapi
apa yang mencengangkan dari puasa pertama dalam kehidupan pernikahan kami?
Kami
menikah sudah cukup lama apalagi kalau ditambah dengan pertama kenal, udah sampe
angka puluhan. Tapi-tapi yang bikin dramatis adalah kami hampir belum pernah
melewati sahur pertama bersama selama menikah.
Keren
bukan?
Seolah-olah
dari awal menikah sudah LDR hahaha tapi bener lho soalnya kami nikah itu
setelah hari raya dan dari awal pekerjaan suami memang harus berjauhan dengan
keluarga. Bahkan saya hamil aja nggak bareng suami.
Tapi-tapi
semua itu udah lewat. Sedih, kesel marah semuanya udah jadi unforgettable sweet
moment.
Hanya
saja setiap tahun pasti ada hal unik yang kami lakukan. Entah saya atau suami.
tapi dari puasa tahun lalu yang paling
ingat banget itu aktivitas bangunin.
Memang
sih ide-ide gila LDR sering munculnya dari saya tapi the eksekutor tetep suami
(malu sendiri hehehe)
Jadi
waktu itu saya lagi ngalem bin manja pengen dibangunin sahur kaya kebanyakan
orang. padahal kami berada di waktu yang berbeda. Saya imsyak suami baru mau
sahur. Kebayangkan gimana ribetnya.
Tapi
kesampaian kok meski Cuma beberapa malam aja karena saya nyerah. Kasihan…
Gimana
banguninnya?
Pertama
malam sebelumnya pasti udah saling ingetin buat pasang alarm. Dan senjata
mutakhir yaitu handphone. Suami bakal bangun sekitar jam 2-3 pagi. Awalnya
telpon sekali, du kali, tiga kali. Nggak diangkat ganti chat WA sebanyak dan
sesering mungkin.
Diawal-awal
bangunnya cepet dan langsung denger, “bangun ndis, sahur. Jangan lupa bangunin
kakak.”
Nambah
hari nambah lama juga bangunya. Bisa sampe puluhan miscall dan chat WA. Kadang
sampe menjelang imsak dan yang didenger jadi beda. “Ndis baru bangun? Udah mau
imsa’ tahu. Ndul baru pulang beli makan. Buruan gih”
Akhirnya
saya milih udahan aja, nggak tega. Soalnya kadang klo lagi banyak kerjaan suami
sengaja nggak tidur. baru tidur pas udah kelar sahur. Dan saya diminta bangunin
karena hari itu ada janji rapat atau yang lain. dan keadaan bisa berubah 90
derajat. Puluhan miscall dan chat WA bakal numpuk di layar hape suami (what a
cute moment, huh?).
Ucapan
selamat berbuka, cerita menu buka puasa dan banyak topik ramadhan lainnya bakal
riwa-riwi di chatting panjang kami. Konsultasi ibadah nggak pernah lupa. Karena
gimana pun juga, sebanyak apapun pelajaran yang saya cari di luar sana, suami
tetap filter utama segala hal yang akan masuk ke dalam kepala.
Ya…itulah
cuplikan sejarah ramadhan kami. Hal unik apalagi yang akan terjadi di ramadhan
tahun ini? who knows (smily) karena tahun ini mau focus ke ibadah aja. Nggak
lagi ngerengek hal-hal remeh yang kami sendiri tahu nggak akan banyak yang
berubah selain dari menikmati dan mesyukuri apa yang kami jalani saat ini.
ikhlas membuat langkah jarak jauh kami semakin ringan dan Allah Sang Maha
penjaga yang akan melindungi iman dan hati kami.
Marhaban
ya Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar