Sabtu, 04 April 2020

# Habit

Kemanusiaan didalam Drama Korea

Weekend penuh dengan kemalasan meski anak-anak menanti bundanya turun tangan untuk menintervensi tugas sekolah. Tidak menyelesaikan buku yang sedang dibaca bahkan kewajiban membaca jurnal untuk referensi pun tidak. Hiburan kedua yang kupilih selain membaca adalah menonton. Kali ini adalah giliran Kim Sabu dan jajarannya dalam Romantic Dr. Kim. (Lagi-lagi pengulangan entah keberapa)
Pixabay


Seperti judulnya, drama korea ini bercerita tentang aktivitas dokter dalam menangani pasien. Dengan konflik didalam rumah sakit tergambar dengan jelas. Tapi jangan berharap ada adegan super romantis antara tokoh utama. Yang banyak justru adegan menegangkan di ruang IGD dan ruang operasi.

Seperti yang sedang saya saksikan sekarang, Dr. Kang Dong Jo ahli bedah yang bertugas di IGD Rumah Sakit Doldam kedatangan pasien yang diduga terinfeksi virus MERS berdasarkan pemeriksaan kondisi pasien yang mengalami batuk-batuk serta mengaku baru saja pulang dari kawasan timur tengah. Yang kebetulan saat itu sedang terkena wabah dari kerabat dekatnya covid-19 yang saat ini juga sedang mewabah diseluruh dunia.

Yang ingin saya garis bawahi dari salah satu bagian drama ini adalah kecekatan dalam mengambil keputusan Dr. Kang Dong Jo yang terkenal cerdas. Meski hanya berdasarkan dari dugaan (merujuk pada gejala) dokter memutuskan untuk mengisolasi ruang IGD. Padaha disana ada beberapa pasien lain yang lebih dulu dirawat. Tapi tindakan cepat sebagai upaya pencegahan ini membuatku benar-benar terenyuh.

Tidak hanya mengisolasi ruang IGD agar tidak menyebar lebih luas, Dokter kepala dan Direktur rumah sakit pun memutuskan untuk memulangkan seluruh pasien yang dalam kondisi mulai membaik.

Suasana horor sekejap langsung menyelimuti. Kepanikan nampak pada setiap orang, pasien yang diduga terjangkit, petugas medis yang ikut diisolasi karena melakukan kontak atau berada dalam satu ruangan dengan pasien serta seuruh elemen di rumah sakit. Benar-benar sangat terasa emosi yang dirasakan mereka ketika ancaman virus sedang mereka hadapi. (Namanya juga drama, pintar sekali memainkan emosi penonton)
Pixabay


Aku bukan ingin membandingkan drama dengan kondisi yang saat ini sedang terjadi dengan Negara kita. Aku hanya ingin menunjukkan bahwa tenaga medis tidak pernah bermain-main dengan profesi mereka. Bahkan sebelum terikat dengan sumpah profesi, kemanusiaan mereka adalah yang pertama kali merespon ketika ada hal yang membahayakan kesehatan umat manusia.

“Hanya ada satu cara mengetahui dokter melakukan pekerjaannya dengan baik adalah bagaimana ia memperlakukan pasiennya.” (Kim Sabu-Romantic Dr. Kim)
Lebih dari setengah abad menjadi manusia memberi saya kesempatan bertemu banyak tenaga medis dengan berbagai macam karakter. Pernah saya menghadapi seorang dokter yang sangat pelit informasi bahkan tidak mau menyentuh pasien ketika memeriksa. Dokter hanya mendengar dan langsung memberikan vonis tentang penyakit yang diderita. Untungnya  diagnosa yang diberikan yang jelas-jelas kutolak. Tentu dengan berbagai pertimbangan, salah satunya adalah pengamatan yang kulakukan bertahun-tahun ditambah referensi yang pernah kubaca (bukan Om Gogel) karena tidak masuk akal. Yang akhirnya membuatku kapok untuk berobat kesana lagi. 

Aku mungkin calon pasien atau keluarga pasien yang tidak ingin ditemui dokter karena sok tahu dan tidak mau asal terima hasil diagnose. Cerewetnya amit-amit dan maunya serba detail.

Pernah juga yang berhadapan dengan dokter super modis dan ganteng sayangnya sudah menikah namun begitu telaten ketika memeriksa, menguasai berbagai teknik komunikasi hanya untuk sekedar memudahkan berkomunikasi dengan berbagai karakter pasien. Hingga membuat Aku tidak kehabisan ide ketika membicarakan betapa baiknya dokter itu.

Aku juga pernah bertemu dokter yang memberikan alternatif pengobatan bukan dengan obat melainkan dengan bahagia. Waktu itu suami mengalami infeksi lambung karena asam lambung meningkat. Tanpa bertanya dokter tersebut menjelaskan semua makanan yang tidak dianjurkan. Tapi ketika saya menyebut tentang aktivitas merokok suami, dokter perempuan itu hanya tersenyum.

“Dikurangi boleh, berhenti lebih baik. Tapi apa bisa? Nggak malah berantem? Diajak bercanda saja, dibuat santai. Kalau Bapak sudah mulai diam, ibu bisa mengajak Bapak jalan-jalan. Suaminya pendiam kan? Jadi dibuat santai saja, rileks jangan sampai stress. Karena stress juga bisa memicu naiknya asam lambung.”
Pixabay


Cukup beragam ya, padahal hanya sedikit yang kutuliskan. Belum lagi jika ditambahkan dengan pengalaman orang lain. mungkin bisa menyamai banyaknya penduduk Indonesia saat ini.

Pengalaman adalah kemampuan (Kang Dong Jo-Romantic Dr. Kim)

Kita tidak bisa memilih apalagi mengatur bagaimana tenaga medis bersikap kepada kita (pasien). Namun menjadi seorang manusia terlahir untuk berbuat dan bersikap baik kepada sesama adalah pilihan yang layak dipertahankan.

4 komentar:

  1. Sengaja atau tidak drama Korea ini banyak kesamaannya dengan keadaan sekarang. Maka sudah sepantasnya kita mengapresiasi pada tenaga medis sebesar kita menaruh harapan kepada mereka

    BalasHapus
  2. Saya rasa drama korea itu memang banyak diambil dari kisah nyata ya.

    BalasHapus
  3. Drama korea itu antara beneran dan hiburan saja. Kesigapan mereka dalam menghadapi virus mungkin bisa kita jadikan contoh.

    Tapi benar sih, ada beragam type dokter di dunia ini. Meski mempelajari satu bidang ilmu yang sama.

    Akan menjadi berbeda bagaimana mengimplementasikan ilmunya di kehidupan nyata.

    Semoga semua dokter selalu terjaga kesehatannya hingga tangguh menghadapi masalah yang ada

    BalasHapus
  4. Live value dari drama korea emang keren mbaaak. Aku setiap ngereview drama korea pasti selalu kumpulin di bagian resume.

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates