Jumat, 17 April 2020

# Habit # honey process

Kopi Untuk Pemula


Ngopi apa hari ini?

Pagi ini aku bikin yang manis-manis, kebawa halu dari manisnya kisah Cinta dan Rangga. Kopi susu instan dari salah satu brand yang salah satu brand ambasadornya dari Negeri Gingseng. Ketebak pasti, hehehe

Sudah lama suka dengan minuman berkafein dengan cita rasa asam dan pahit. Kalau disuruh pilih minuman antara coklat atau kopi, tanpa mikir pasti langsung pilih kopi. 

Dulu semua jenis kopi diminum. Bahkan dari kecil suka curi-curi minum kopi milik bapak. Kopi dan kehidupan petani desa memang erat kaitannya. Bahkan dibanding dengan teh, kopi lebih merakyat. Di desa kelahiran saya ada sebuah warung yang racikannya terus dirindukan hingga sekarang. Padahal teknik menyeduhnya sangat tradisional sekali, tubruk.

Baru dua tahun belakangan aku benar-benar minum kopi yang sesungguhnya alias kopi yang diseduh dengan air bersuhu 96 derajat celcius tanpa tambahan lain seperti gula, susu, krim dan sebagainya. Atas saran suami Americano jadi pilihan pertama untuk belajar minum kopi. Waktu itu masih dengan tambahan gula. Lama-lama setelah menemukan sebuah kedai yang cocok mulai dengan kopi-kopi tradisional nusantara. Tentu dengan percobaan segala jenis dan teknik penyeduhan.
Americano no sugar


Setelah melewati berbagai pengujian (uji lidah sendiri maksudnya hahaha) dan sering ngobrol dengan orang yang paham kopi, aku akhirnya menemukan titik nyaman minum kopi. Beberapa tips berikut harus dilakukan secara bersamaan minimal dua poin agar minum kopi menjadi moment menyenangkan. Sebagai contoh adalah kopi kerinci (Arabica, medium roasted, honey process).

Robusta ajah

Dulu kalau pesen kopi itu duluin yang namanya gengsi tanpa ilmu. Akhirnya nyungsep dan gagal menikmati kopi yang sesungguhnya. Pilihan selalu jatuh pada kopi Arabica yang harganya rata-rata lebih mahal dibanding Robusta. Padahal tingkat keasamannya lebih tinggi Arabica. Seperti Aceh Gayo, Bali Kintamani, Toraja pokoknya kopi-kopi yang sudah mendunia.

Waktu pengetahuan kopi masih sedikit sekali. Sampai sekarang sih, Cuma karena diimbangi dengan menjadi pelaku akhirnya pengetahuan tadi bertambah. Ditambah aku selalu ngobrol tiap pesan kopi. Memang di sini (Mojokerto) minum kopi asli populeritasnya belum setinggi cappuccino, moccacino, latte dan minuman kopi lain yang kalorinya bikin diet berantakan. Kebetulannya lagi adalah baik pemilik maupun baristanya sangat terbuka dengan pertanyaan seputar kopi. Jadi saya memanfaatkannya. Bonusnya adalah aku dapat tester racikan kopi Dampit dengan medium roasted.

Salah satu sudut kedai kopi langganan

Kopi Robusta ini pun aku masih menyarankan yang berasal dari pulau jawa seperti Dampit, Trawas atau Temanggung. Tidak cukup signifikan hanya saja kesan pertama menjadi hal penting dalam minum kopi.

Medium Roasted

Pilihan medium roasted ini pun tidak semata-mata datang begitu saja. Satu kedai kopi dengan kedai lainnya akan memiliki ciri khas tersendiri berdasarkan proses penyangraian kopi. Kebetulan di kedai ini aku cocok dan hampir semua jenis kopi  selalu memilih medium roasted untuk tingkat penyangraiannya.

Awalnya kupikir sama saja. Ternyata benar-benar berbeda. Awal tahun lalu suami membawa pulang Kopi Arabica Toraja yang disangrai hingga hitam (dark roasted). Rasanya pahit dan asam. Bahkan ketika dicampur dengan gula pun tidak berkurang banyak. Rasanya benar-benar kuat. Kesan minum kopi yang tidak mengenakan tentu saja. 

Dapat tester seduhan Kopi Robusta Dampit yang kuceritakan diatas benar-benar membuatku jatuh cinta dengan tingkat kematangan proses menyangrai kopi ini. Bahkan memantabkan diri untuk selalu memilih medium roasted ketika memesan kopi.

Honey Process

Sebelum kopi bisa dinikmati ada banyak tahapan yang dilalui, salah satunya adalah proses pengolahan biji kopi. Kali ini yang akan kubahas hanya honey process atau miel process. 

Sederhananya honey process adalah proses pemisahan biji kopi dari daging buah dengan menyisakan sedikit kulit daging pada biji kopi sebelum dijemur. Dalam Bahasa Spanyol, kulit daging yang tersisa ini disebut miel yang berarti honey atau madu.

Nah, honey process yang pernah kucoba adalah kopi kerinci (Arabica, medium roasted, honey process). Rasanya asam dengan campuran manis dari miel. Sementara rasa pahitnya hampir tidak terasa

Robusta Dampit, Dark Roasted, Brewing : French Press


Jenis kopi, tingkat penyangraian kopi, dan proses pengolahan biji kopi hanya sedikit faktor yang memengaruhi cita rasa kopi. Jika mendalami kopi akan ada banyak faktor lain yang membuat kopi terasa berbeda. Bahkan tangan seseorang pun katanya bisa memberikan sumbangsih rasa yang berbeda (hasil seduhanku dan suami berbeda meski sama-sama menggunkan jenis dan metode penyeduhan yang sama hehehe).

Badanku ini termasuk yang sensitif dengan kopi. Pasti dijamin melek kalau udah minum kopi dan pasti lebih sering ke kamar mandi untuk buang air kecil. Semua itu terjadi hingga sekarang ketika minum kopi instan atau kopi pabrikan. Bahkan ada beberapa merek kopi yang kuhindari karena efeknya sedikit berlebihan seperti jantung berdebar dan badan lemas. Pas minum kopi giling/bukan hasil olahan pabrik badan lebih toleran meski aktivitas buang air kecil sama seringnya.

Baca juga : beberapa jenis penyajian kopi

Barista dikedai kopi langgananku bilang kalau aku penyuka teknik V60 karena hampir semua jenis kopi yang kupesan selalu memilih teknik itu. Padahal teknik ini kurang OK untuk gaya hidup minim sampah hehehe

Jadi, apa kopi kesukaanmu?

P.S. Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi sehingga mengandung subjektivitas tinggi. Tiap orang mungkin akan berbeda tergantung selera masing-masing.

16 komentar:

  1. Aku suka seneng liat orang bisa menikmati kopi. Soale aku bukan pecinta kopi sih tapi suka sama aromanya...

    BalasHapus
  2. Yuni sukanya kopi sachet. Yang udah ada campurannya itu. Apalagi sudah ada rasa-rasanya. Plus bisa diminum panas atau dingin. Hehehe

    Kalau kopi yang nggak ada campurannya belum terlalu suka.

    BalasHapus
  3. aku sukanya kosu kopi susu haha. bukan penikmat kopi sejati karena enggak doyan kalo kopi doangan gitu, jadi kalo masih ada kopi susu masih bisa minum, apalagi dingin duh. enak banget diminum siang-siang hehe

    BalasHapus
  4. Kebetulan banget, baca artikel ini pas saya lagi ngopi di pagi hari, padahal udah lama gak ngopi. Kalau saya, sekarang lagi mengurangkan mengonsumsi kopi gara-gara pernah jantung berdegup kencang abis minum kopi. Mungkin faktor U, hehehe.

    BalasHapus
  5. Saya belum bisa menikmati enaknya kopi Mbak. Kalau suami sih juaraa. Beliau penggemar kopi berat. Kadang saya cuma liatin aja waktu minumnya, dan untuk menjaga cita rasanya agar benar-benar oke, beliau juga bikin sendiri biar takarannya pas. Kalau saya yang buatin kurang mantap hehehe. Paling banter saya minum kopi pabrikan yang sudah di mix sama crimer kalau lagi pengin.

    BalasHapus
  6. Wah Dewi bukan pecinta kopi, tapi suka dengan aromanya. Paling banter minum kopi instan yang bisa dinikmati dengan es batu, heheheh. Tapi ada kopi yang bikin Dewi galfok yaitu yang dengan nama honey, kirain ada madunya ternyata istilah dari miel ya:)

    BalasHapus
  7. Aku juga pecinta robusta mba... Hanya saja gak terlalu ngeh sama proses di baliknya. Kalo arabica aku kurang suka sama taste assm yang ada saat diteguk. Selain itu, aku juga belom bisa menikmati kopi sugarless hhahhaa. Bukan coffee lover ya sepertinya.. hanya suka minum kopi saja

    BalasHapus
  8. Aku juga bertahan dengan robusta. Nggak sanggup euy minum arabica. Dan sepertinya sama kayak mbak Bety, aku blm bisa sugarless. Pokoknya kopi itu ya kayak jaman aku kecil. nasgitel, Panas legi kentel, hehe.

    BalasHapus
  9. Aku ngopi tp asal ngopi hehe...Gak harus setiap sih tp kalau lagi pengen aja. Kalau mba hebat ya ngerti dan paham perkopian. Next kalau kapan2 ketemu ngopi bareng yukkk

    BalasHapus
  10. KAlo aku jujur aja ga suka kopi, Mbak. Pernah beberapa kali minum, adaaa aja kejadian. MUlai dari sakit perut, jantung berdebar keras, sampai sulit tidur. Makanya aku ga pernah lagi minum kopi.

    BalasHapus
  11. Ini berilmu banget artikelnya tentang kopi. Meski aku peminum dan penikmat kopi ga sampai sejauh ini tahu. keren nih mbak..
    Aku berdua suami penikmat kopi, maka kemanapun kami pergi selalu oleh-oleh kopi yang dibeli, asal lokal untuk dicoba dan dinikmati di rumah

    BalasHapus
  12. Kalau ditanya kopi kesukaan, saya jawab : gak ada, Mbak, hehehe
    Saya bukan penikmat kopi. Mungkin karena pernah merasakan perut yang gak nyaman setelah minum kopi.

    BalasHapus
  13. Waduhh, aku minumnya kopi instan dan hanya sesekali, Mbak. Bukannya apa-apa, kalo minum kopi aku langsung melek sepanjang malam, loh. Oh ya, aku juga pernah ngerasain kopi racikam suami. Beliau biasa beli biji kopi yang udah disangrai. Jadi tinggal giling sendiri dan seduh sendiri. Aku akuin rasanya enak, tapi ya itu, suka nggak bisa tidur aku-nya.

    BalasHapus
  14. sekarang yang lagi trending kopi dalgona mbak hahahaha

    BalasHapus
  15. tiap ngumpul bareng teman selalu ngopi, bahkan setiap minggu selalu minum kopi mbak

    BalasHapus
  16. udah mulai berhenti minum kopi karna buat aku gabisa tidur :)

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates