Salah
satu nikmat menjadi seorang wanita adalah menjadi tuan rumah setiap bulan. Yup,
menstruasi adalah salah satu ‘tamu’ yang kehadirannya sangat dinanti oleh
hampir semua pemilik hormon progesteron.
Welcome!!!
Selalu
dinantikan karena menjadi salah satu indikasi metabolisme tubuh yang normal.
Meski penuh perjuangan dalam menyambutnya. Emosi yang lebih sering naik turun
karena pengaruh perubahan keseimbangan hormon. Membengkaknya payudara
seringkali disertai rasa nyeri luar biasa. Atau dalam kasus saya merasa encok
selama berhari-hari.
Semua
kenikmatan itu wajar dan sangat normal. Dan harus di syukuri karena banyak
wanita luar biasa di luar sana yang rindu merasakannya karena “keistimewaan”
yang Tuhan berikan.
Setelah
‘tamu’ datang, hal utama dan wajib ada adalah pembalut. Penting sekali
menggunakan pembalut yang berfungsi optimal untuk menjaga sang tuan rumah tetap
nyaman dan sehat.
Semakin
berkembangnya teknologi, salah satu produk kewanitaan ini pun semakin banyak mengeluarkan inovasi. Pada mulanya pembalut
hanya sekumpulan kapas yang dikemas sedemikian rupa yang mampu menyerap cairan.
Kemudian berkembang lagi dengan penambahan lingkaran anti bocor juga sayap yang
memiliki fungsi untuk menahan pembalut bergeser.
Nampaknya
banyaknya inovasi tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kaum hawa ini.
Maka munculnya pembalut dengan berbagai macam ukuran panjang juga kemampuan
daya serap yang semakin tinggi banyak dicari.
Bebas
bergerak, anti tembus, nyaman sepanjang malam banyak digunakan sebagai tag line
brand-brand pembalut. Akibatnya
semakin banyak orang terutama wanita yang berlomba-lomba untuk bertemu dengan
jodohnya, pembalut yang sesuai.
Fakta Pembalut Sekali Pakai
Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata 300 sampah pembalut sekali pakai
dihasilkan setiap orang dalam setahun.
Jika setengah dari total penduduk Indonesia adalah wanita yang
menggunakan pembalut sekali pakai maka bisa dilihat berapa banyak sampah yang
dihasilkan.
Kabar
buruknya adalah pembalut sekali pakai ini tidak dapat diurai secara alami.
Sehingga akan berakhir dengan bertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Memangnya
kenapa jika bertumpuk di TPA? Bukankah disana adalah tempat terbaik untuk
barang-barang yang sudah tidak dimanfaatkan?
Baiklah,
mari kita lihat satu per satu.
Pembalut
sekali pakai terbuat dari bahan sintetis salah satunya adalah plastik. Umum
diketahui bahwa alam tidak bisa menguraikan plastik. Dan akan bertahan hingga
beratus-ratus tahun lamanya.
Selain
itu didalam plastik juga terdapat zat yang lebih kecil lagi yang mudah larut
yaitu zat mikroplastik. Sifatnya yang mudah larut membuatnya mudah sekali
berpindah. TPA mungkin hanya tempat pemberhentian sementara karena muara
akhirnya ada dilautan yang memiliki jutaan jenis makhluk hidup. Makhluk-makhluk
tak berdosa ini mau tidak mau harus menyerap zat berbahaya tersebut secara
langsung maupun tidak.
Pola
seperti ini seperti rantai melingkar yang tidak memiliki ujung. Karena semuanya
akan kembali lagi pada manusia. Pernahkah
kita menyadari bahwa ikan yang kita konsumsi mengandung zat mikroplastik yang
berasal dari sampah pembalut yang sudah kita buang?
Itu
hanya satu unsur saja. Sebenarnya ada banyak sekali zat kimia yang dikandung
oleh sebuah pembalut sekali pakai. Jika di jelaskan satu per satu akan membuat
kita bergidik ngeri.
Ig : zerowaste.id_official |
Pembalut Sekali Pakai Bukan
Satu-satunya Pilihan
Tapi
teknologi tak selalu membawa dampak negatif. Karena teknologi pun memberikan
banyak pilihan lain termasuk perangkat kewanitaan ini. Menstrual cup misalnya. Atau yang belum memiliki keberanian untuk
mengenakannya di organ vital, bisa menggunakan pembalut kain.
Pembalut kain?
Duhh
ribet dong. Kudu bolak balik ganti dan lebih sering dari pembalut sekali pakai.
Belum lagi rasa tidak nyaman karena lembab dan takut bocor. Hari gini tembus?
Tenggelamin diri aja.
Saya
dulu juga berpendapat seperti itu. Tak kenal maka tak sayang. Itu juga yang
sering di dengungkan si pembalut kain ini. Mereka sering memberi hasutan bahwa
mengenakannya tidak sehoror itu.
Begini
ceritanya.
Saya
tuh sering merasa nggak nyaman saat memakai pembalut
sekali pakai. Lebih kaya pegel gitu di daerah kewanitaannya. Bahkan pas
banyak-banyaknya, tag line kering
sepanjang waktu itu nggak terbukti. Kalau
tembus ya tembus aja. Dan rasanya tetap kurang nyaman.
Kemudian
seorang teman menyarankan untuk mengenakan pembalut kain. Dia berbagi
pengalamannya yang sudah menggunakan lebih dari setahun. Testimoni langsung itu
nyatanya belum membuat saya untuk berubah pikiran meninggalkan pembalut sekali
pakai.
Hingga
teman lain pun mengajak untuk membeli pembalut kain. Patungan ongkos kirim ceritanya. Tanpa pikir panjang, saya pun
meng-iya-kan ajakan tersebut.
Beberapa
hari kemudian datanglah pembalut kain tersebut.
Kaget!!!
Itu
perasaan yang pertama kali menghampiri ketika membuka dan memegangnya. Tapi
disaat bersamaan juga merasa lucu. Desainnya menarik rupanya.
Bentuknya
pun menyerupai pembalut sekali pakai yang memiliki sayap. Ada kancing diujung
sayap yang berfungsi menjaga pembalut tidak lari-larian ketika dipakai.
Permukaan
pembalut yang menyentuh kulit kita langsung pun sangat lembut dan berwarna
terang. Putih dan kuning. Ini untuk menunjukkan kebersihan. Dan disalah satu
ujungnya dibuat terbuka sebagai tempat memasukkan kain tambahan jika
diperlukan. Kain tambahan ini sudah termasuk didalam kemasan.
Ketika
teman saya mengatakan bahwa pembalut kain pun bisa nggak bocor meski dipakai dalam jangka waktu ideal (4 jam), saya
membenarkan. Karena lapisan terluar dari pembalut kain berbahan spandek yang
tidak mudah ditembus cairan.
Pertama
kali mengenakan pembalut kain ini di hari pertama menstruasi. Pada hari-hari
yang biasanya darah keluar banyak saya masih menggunakan pembalut sekali pakai.
Masih ada rasa tidak percaya.
Total
ada 2 pembalut sekali pakai yang saya gunakan pada bulan pertama pemakaian
pembalut kain. Pada bulan kedua dan sampai sekarang bulan ketiga, sudah tidak
menggunakan pembalut sekali pakai sama sekali.
Rasanya
sangat nyaman karena tidak perlu menggunakan celana ketat seperti saat masih
mengenakan pembalut sekali pakai. Bebas bergerak karena rasanya seperti memakai
celana dalam saja. Tidak khawatir bocor dan tentunya lebih bersih dan sehat.
Hemat,
begitu yang dikatakan. Tapi ini relatif. Tergantung pilihan masing-masing
memilih menggunakan brand pembalut
kain yang mana. Karena setiap brand pembalut kain memiliki masa kadaluarsa yang
berbeda. Semakin mahal semakin tahan lama, katanya. Kepunyaan saya disertai
cara peremajaan pembalut berikut dengan ciri-cirinya.
Bonus
yang menakjubkan lagi adalah saya tidak lagi menyumbangkan sampah pembalut.
Salah satu hal yang melegakkan karena rasa bersalah saya pada alam bisa
dikurangi.
Mengurangi
produksi sampah pembalut tidak lantas menjadikan bumi bebas sampah. Hal itu
hanya sebuah langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk mengurangi beban lingkungan
yang begitu baik terhadap kita.
Bukankah
hal besar dimulai dari sebuah langkah kecil?
Keren postingannya! Terimakasih ya mbak sudah berbagi pengalaman :)
BalasHapusJadi ingat, dulu saat pertama kali haid, ibu membuatkan pembalut kain yang terbuat dari kain handuk. Rasanya, sangat tidak nyaman.
BalasHapusSyukurlah,sekarang sudah banyak produk pembalut kain yang bagus dan nyaman dipakai.
Jadi ingat dulu waktu belum mengenal pembalut sekali pakai. Pakainya ya emang kain kayak gini. Lebih aman dan hemat ya Mbak.
BalasHapusWah, saya penasaran dengan bagian dalam pembalut kain ini. Tidak terlihat gambarnya ya? Penasaran jadi ingin pakai juga.
BalasHapusDulu Yuni pas pertama "dapet", mama ngajarin pakai kain. Kain-kain sarung yang disobek dan dilipat terus dijadiin pembalut tuh.
BalasHapusTapi sekarang ini Yuni masih pakai pembalut sekali pakai.
Ya ampuuun ini padahal caraku dulu waktu awal-awal haid. Karena tidak tahu jadi pakai kain. Padahal itu yg baik ya. Skrg masih pakai yg sekali pakai semoga bisa beralih ke pembalut kain
BalasHapusku pakai pembalut kain sejak 2012 mbak. Sukaaa. Lembut, nyaman dan ga bikin gatel. Kalo yg sekali pakai tuh aku mudah banget iritasi.
BalasHapusSewaktu haidh pertama kali pas SMP, saya kenalnya hanya pembalut kain buatan ibu. Dari kain-kain bekas sisa jahitan yang dijahit ibu sendiri. TErasa nyaman sampek SMA makenya. Setelah kerja barulah merasakan pembalut sekali pakai. Dan, saya seperti bayi mbak, setiap memakai pembalut sekali pakai pant*t saya iritasi seperti bayi, ruam-ruam merah dan gatal sekali. Akhirnya beralih kembali ke pembalut kain.
BalasHapusBaru tahu kalo ada pembalut kain yg praktis plus ada kancing biar nggk bergeser.
BalasHapusMungkin lain waktu bisa nih dicoba, sapa tahu cocok.
Mksh infonya mb
Aku blm pernah pakai mba, masi rada takut dan nggak yakin soalnya hehehe.. anyway,makasih infonya ya
BalasHapusSekalipun saya tak lagi haid, tapi ini menarik untuk digunakan si bungsu anak saya, secara dia tuh sudah mengalami haid. Terima kasih infonya ya mbak
BalasHapussaya belum pernah nyobain nih pakai pembalut kain, jadi mau coba. selama ini masih pakai pembalut yang biasa aja. soalnya kadang suka susah ya kalo pakai pembalut kain, tapi untuk menjaga kebersihan kewanitaan dan mengurangi sampah pembalut ini salah satu alternatif yang patut di coba. makasih mba infonya.
BalasHapusPertama kali mens dulu sama Ibu dikasih pembalut kain dan sekali pakai. Jadi dah kenal dan memang lebih nyaman.
BalasHapusKalau sekarang ada yang modelnya cakep dipakai praktis mau juga ah pakai lagi yang model kain. Biar turut mengurangi sampah ..Makasih sharingnya Mbak
Jaman now ada pembalut kain ada lgi ya. Jmn dulu ortu kita jg pke begini. Cm skrg apa msh bnyk yg minat? Nyucinya extra
BalasHapusSaya sedang mengalami masa galau antara mau pakai pembalut kain atau menstrual cup. Soalnya, udah ngerasa bersalah juga dengan sampah yang aku sumbang. Semoga sebentar lagi dikasih ketetapan hati buat milih
BalasHapusWah sepertinya nyaman banget ya kak
BalasHapus