Hampir
4 tahun tinggal ditanah majapahit tapi sekalipun belum pernah membicarakannya
bersama anak-anak. Hingga suatu ketika saya pergi ke toko buku dan menemukan
sebuah buku fiksi yang menceritakan sosok legendaris, Maha Patih Gajah Mada.
Usai
membaca buku tersebut muncul sebuah keinginan untuk mengajak anak-anak napak
tilas perjuangan Gajah Mada. Yang pertama kali terbersit adalah menunjukkan
pada anak-anak bahwa tempat tinggal mereka saat ini pernah berdiri kerajaan
besar yang menjadi cikal bakal wilayah Indonesia.
Kesempatan
itu akhirnya datang.
Awal
tahun 2019 saya mengajak anak-anak mengunjungi Museum Majapahit yang berada di
Trowulan. Museum ini terletak di dalam wilayah Situs Trowulan.
Mengenal Situs Trowulan
Situs
Trowulan merupakan situs perkotaan klasik dan satu-satunya di Indonesia.
Wilayah dengan luas 11 km x 9 km berada di 4 kecamatan dari dua kabupaten.
Yaitu Kecamatan Trowulan dan Sooko yang
berada di Kabupaten Mojokerto serta Kecamatan Mojoagung dan Mojowarno berada di
Kabupaten Jombang.
Penelitian
yang dilakukan di situs trowulan dimulai pada tahun 1815 sampai sekarang.
Diperkirakan masih banyak benda-benda peninggalan Kerajaan Majapahit yang belum
ditemukan.
Didalam
Situs Trowulan ini menjadi tempat terakumulasinya aneka benda peninggalan kota
di jaman Majapahit. Meski belum bisa dipastikan posisi persis keraton dari
Kerjaan Hindu-Budha tersebut. Adapun situs-situs yang tersebar meliputi situs
upacara, situs agama, situs bangunan suci, situs industri, situs perjagalan,
situs makam, situs sawah, situs pasar, situs kanal, dan situs waduk.
Pada
kesempatan itu kami hanya sempat mengunjungi tiga objek saja. Yang pertama
adalah Museum Trowulan (Pusat Informasi Majapahit), Gapura Bajang Ratu dan
Situs Pendopo Agung.
Museum Trowulan
Bisa
dikatakan Museum Trowulan harus menjadi lokasi pertama sebelum mengunjungi
objek-objek lain yang berada di Situs Trowulan. Karena semua artefak-artefak
bersejarah di simpan dan dipamerkan disini.
Memasuki
area museum, kami disambut dengan taman yang luas dan tertata rapi serta banyak
pohon-pohon besar yang membuat kawasan ini semakin asri. Halamannya pun luas
dan bersih yang menambah kenyamanan saat berkunjung.
Pada
tahun 1924 oleh bupati Mojokerto yang bekerjasama dengan arsitek Belanda
menginisiasi perkumpulan diberi nama Oudheeidkundige Vereeneging Majapahit
(OVM). OVM bertujuan untuk meneliti peninggalan-peninggalan Majapahit. Kemudian
pada tahun 1926 terbentuk bangunan tempat menyimpan benda-benda bersejarah
tersebut dan dikenal dengan nama Museum Trowulan.
Museum
Trowulan terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Koleksi tanah liat, koleksi keramik,
koleksi logam dan koleksi Batu.
Koleksi
Batu yang pertama kali kami datangi. Berada dibangunan sendiri dan terletak
dibelakang bangunan utama. Bangunan dengan konsep terbuka untuk menyimpan artefak
berbahan batu seperti komponen candi, arca, relief dan prasasti.
Setelah
itu kami beralih pada bangunan utama yang ada didepan. Gedung ini menjadi tempat
dipamerkannya koleksi keramik, logam dan tanah liat. Disini ruangan dibagi dua
dengan lobi yang berada diantaranya. Satu sisi ruangan dengan pendingin udara
sebagai tempat dipamerkannya koleksi logam dan keramik. Sementara ruangan
lainnya berisi koleksi tanah liat.
Melihat
artefak-artefak tentu sangat membosankan untuk anak-anak. Maka saya menjadi tour guide dadakan. Berbekal pada papan
informasi yang tersedia di setiap objek ditambah sedikit kreatifitas jadilah
kunjungan ini sesuatu yang sangat menarik.
Tahun
penemuan menjadi daya tarik utama terutama Kakak. Sementara Adek lebih suka
melihat-lihat tanpa memedulikan bundanya yang sedang memberi penjelasan
sehingga ayah yang mendampinginya.
Kakak
sangat antusias ketika saya menyebutkan tahun ditemukannya benda-benda
tersebut. Kakak kaget dan tidak menyangka bahwa benda-benda berusia ratusan
tahun itu masih ada dan disimpan. Bahkan sengaja dipajang untuk dipamerkan dan menarik
perhatian banyak orang. Lalu pertanyaan lain khas anak-anak pun meluncur bebas
yang membuat saya cukup kewalahan.
Saat
di pintu masuk, kami menjumpai papan besar berisi larangan selama didalam
museum. Disinilah saya sisipkan adab ketika mengunjungi tempat-tempat sejarah
seperti museum. Tentu saja disertai
penjelasan agar anak-anak bisa memahami aturan-aturan tersebut. Diantaranya :
1.
Dilarang menyentuh dan memegang benda koleksi
Tangan
sekalipun bersih dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan secara langsung
maupun tidak langsung. Benda-benda sejarah umumnya berusia ratusan tahun dan dalam
kondisi rapuh. Sehingga perlu kehati-hatian dalam merawatnya.
2.
Dilarang mengambil gambar
Kamera
pada umumnya menggunakan flash. Cahaya yang dihasilkan flash ini lah yang
dikhawatirkan akan memicu kerusakan karena reaksi kimia yang dihasilkan ketika
cahaya mengenai objek. Meski flash ini bisa dinonaktifkan namun penggunaan
kamera dikhawatirkan mengganggu kenyamanan pengunjung lain.
3.
Dilarang membawa makanan dan minuman
Biasanya
aturan ini sudah diberlakukan sebelum memasuki gedung. Hal ini diberlakukan
untuk mencegah teradinya makanan atau minuman yang tumpah dan mengenai objek
yang dipamerkan.
Pengetahuan
tentang aturan-aturan ini penting sekali diajarkan sebagai salah satu cara
menjaga benda-benda bersejarah. Selain itu juga bermanfaat agar anak-anak
terbiasa bersikap baik dan taat pada aturan dimanapun mereka berada.
Kurang
lebih 1 jam kami berkunjung ke museum. Sejujurnya waktu tersebut belum cukup
untuk mengelilingi semua bagian museum. Namun waktu tersebut sangat cukup bagi
anak-anak terutama kakak untuk menikmati benda-benda purbakala.
Candi Bajang Ratu
Objek
kedua yang kami kunjungi adalah Gapura Bajang Ratu. Memasuki lokasi, saya
tertinggal jauh karena anak-anak langsung berlarian.
Bangunan
segiempat yang berukuran 11,5x10,5x16,5 meter berdiri tunggal ditengah-tengah lahan
yang luas. Taman yang indah, rapi dan bersih berada mengelilingi gapura.
Sekaligus menjadi salah satu daya tarik utama untuk anak-anak. Ditambah jalur
menuju lokasi yang cukup lebar menjadi lokasi terbaik untuk anak-anak
bereksplorasi.
Tidak
banyak yang bisa diceritakan pada anak-anak selain fungsi dari gapura ini. Yaitu
sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja
Jayanegara.
Sebenarnya
ada banyak informasi yang bisa diberikan seperti bentuk relief, desain
arsitekturnya atau proses ditemukannya situs tersebut. Namun tempat terbuka
menjadi lokasi terbaik bagi anak-anak untuk melatih motoriknya. Ditambah waktu
sore yang sejuk semakin menambah betah saat berkunjung. Sehingga berlarian dan
berfoto menjadi aktivitas yang menarik untuk dilakukan disini.
Situs Pendopo Agung
Pendopo
Agung menjadi objek terakhir yang kami kunjungi. Sesuai dengan namanya objek
utama dari situs ini adalah pendopo. Pendopo ini didirikan pada 15 Desember
1966 atas prakarsa Kolonel Sampurna. Bangunan ini bisa dimasuki dan
dimanfaatkan oleh pengunjung untuk beristirahat. Dibagian belakang bangunan
terdapat silsilah raja-raja Majapahit.
Terdapat
kompleks makam dibagian belakang bangunan pendopo. Salah satunya diberi nama
Kubur Panggung. Makam yang disebut kubur panggung ini berupa bangunan kecil.
Namun, tempat ini bukanlah sebuah makam yang digunakan untuk mengubur manusia
yang sudah meninggal melainkan sebuah maqom atau petilasan tempat Raden Wijaya
bertapa.
Di
depan pendopo berdiri patung Raden Wijaya, raja pertama Majapahit dan Maha
Patih Gajah Mada. Dua tokoh besar ini bisa diteladani anak-anak tentang
kegigihan tekad dan semangat pantang menyerah demi mencapai cita-cita.
Pendopo
ini dikelilingi pohon-pohon besar yang dimanfaatkan sebagai arena permainan
anak-anak. Diantaranya persewaan mobil remote control, rumah balon, dan
melukis. Biaya yang dikenakan untuk memanfaatkannya pun relatif murah.
Selain
kami, juga banyak keluarga-keluarga lain bersama anak-anak yang memanfaatkan
lokasi ini sebagai tempat berlibur.
Menyenangkan
menjadi kesan pertama kakak ketika diajak ke museum. Hasil yang sangat baik
karena objek wisata identik dengan aktifitas yang membosankan. Hal tersebut
tidaklah sepenuhnya benar. Bahkan kakak mengusulkan untuk berkunjung kembali
dilain waktu.
Hal
ini tentu memacu semangat saya untuk terus belajar sejarah melalui banyak cara.
Selain untuk memperkaya pengetahuan saya juga menjadi bekal saya untuk
mengajarkan pada anak-anak tentang sejarah bangsanya.
Bung
Karno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah
melupakan sejarah bangsanya sendiri. Dan museum menjadi salah satu cara paling
efektif mengajarkan sejarah.
Situs
Trowulan adalah salah satu cagar budaya yang dimiliki bangsa kita. Dan bisa
menjadi objek menarik untuk dikunjungi bersama anak-anak. Berkunjung ke
tempat-tempat bersejarah menjadi salah satu cara untuk menunjukkan kepedulian kita pada cagar budaya Indonesia.
Teman-teman punya pengalaman menyenangkan serupa? Yuk, tulis dan
bagikan pengalaman tersebut melalui Kompetisi Blog "Cagar Budaya Indonesia:
Rawat atau Musnah!”
Pengalaman
adalah sedekah terindah yang bisa kita berikan kepada sesama.
Referensi
:
Buku
Panduan ‘Mengenal Kepurbakalaan Majapahit di Daerah Trowulan’ Oleh I Made
Kusumajaya, Aris Soviyani, Wicaksono Dwi Nugroho.
Keren memang situs cagar budaya nusantara ya mba. Baik dari arsitekturnya, design, plus sejarahnya yang pasti.
BalasHapusSenangnya bisa jelajah sejarah, anak-anak emang harus dikenalkan lebih dini dengan situs atau benda purbakala agar nantinya mereka bisa ikut merawat...
BalasHapusKalau bukan kita siapa lagi yg melestarikan budaya, budaya masa lalu adalah identitas yg menceritakan kehidupan nenek moyang yang bisa di ambil pelajaran untuk mengarungi hidup
BalasHapusAyo lestarikan budaya dg mengunjungi situs-situs berseharah :)
kisah Majapahit adalah sejarah yang melegenda.....
BalasHapusSaya paling suka main ke candi² begini. Seru! Paling favorit candi tikus. Gak tau kenapa...unik ajah sih
BalasHapusaku suka ke situs2 cagar budaya kalau lagi holiday, selain untuk pengetahuan biasanya cagar budaya memiliki spot foto yang menarik hehhee
BalasHapusKeren banget programnya IIDN ini.. Jd banyak tahu situs2 cagar budaya di Indonesia. Good luck ya mba.. Moga menang kompetisi menulisnya
BalasHapusKalau membaca mengenai situs budaya, sangat berharap agar bisa selalu terawat karena ada jejak sejarah disana
BalasHapusMajapahit sangat melegenda. Saya belum pernah sama sekali ke sana. Ternyata ada di Mojokerto ya.
BalasHapusKalau melihat peninggalan zaman dahulu seperti candi-candi dengan arsitektur yg luar biasa betapa kita harus sadar bahwa nenek moyang kita memiliki ilmu & kecerdasan yg belum tentu dapat dilampaui oleh manusia di zaman now.
Paling gampang mengajarkan anak-anak tentang Sejarah dan benda peninggalan dengan langsung membawanya ke tempat-tempat itu ya Mbak, lebih nyata, tahu sendirilah ya, belajar Sejarah itu biasanya kita seperti kembali ke masa lalu, membayangkan apa yg terjadi kala itu. Heheh
BalasHapusSemoga beruntung ya Mbak, lombanya :)
Baca tulisan Mbak ini membuat saya juga sadar: saya belum pernah ke Trowulan ;) Padahal saya juga termasuk suka mengunjungi situs bersejarah, apalagi yg jadi cagar budaya.
BalasHapusSetuju banget nih bahwa cagar budaya perlu banget dikenalkan ke anak-anak agar mereka paham dan kelak turut merawat kelestariannya.
Peninggalan sejarah Makapahit memang banyak, mengingat luas wilayah kekuasaannya hampir seluas Indonesia.
BalasHapusSmoga menang ya mba,, ulasannya bagus dan jelas :)
Wah saya pernah ke Trowulan. Ada event hunting foto dan saya sebagai make up artist yg rias para model. Seru juga karena saya sambil liat2 museum
BalasHapusIndonesia selain kaya akan potensi alam juga kaya akan cagar budaya ya mbak, jdi memang sebagai masyarakat Indonesia udah kewajban banget buat melindungi plus mempelajarinya juga.
BalasHapusmantaaaap jiwa, sebetulnya memang seperti ini yang harus dilestarikan sayangnya godaan ngemall lebih membahana sehingga masyarakat jarang yang mengunjungi cagar budaya
BalasHapusSitus budaya warisan leluhur kita semua bangsa indonesia, dan kita wajib menjaga dan melestarikan nya salah satu contohnya mengenalkan kepada anak anak atau generasi muda kits
BalasHapusSetuju mbak, perlu adanya pengenalan terhadap cagar budaya yang dimiliki dan berada di Indonesia
BalasHapusSalah satu tempat liburan murah dan mendidik yang pergi ke museum cagar budaya huehehe
BalasHapusRecommended buat aku banget nih
BalasHapusBetul sekali saya juga belum pernah menceritakan sama anak anak tentang sejarah dab cagar budaya setelah saya baca artikel yang lengkap jadi saya punya bahan cerita sama anak anak..makasih ya bun...
BalasHapusUlasannya sangat lengkap dan bagus sekali, makasih ya mbaa..
BalasHapusPenting sekali untuk menjaga cagar budaya demi mensejahterakan bangsa
BalasHapusWaah keren bangett nih menurut akuu..
BalasHapusSaya sangat setuju banget sama postingan ini..
BalasHapus