Buku
ini sepertinya menjadi buku non fiksi dengan durasi paling singkat yang pernah
saya baca. Total dua hari dengan jumlah jam kurang dari 24 jam saya bisa
menyelesaikannya. Terlepas dari factor tekad untuk segera mengosongkan rak
khusu buku yang belum dibaca, juga memang buku ini memiliki beberapa hal
menarik.
Buku
yang meniti beratkan isinya seputar wanita ini memang bisa menjadi vitamin
qalbu para muslimah untuk membentengi diri. Ditengah gempuran masalah yang
dihadapi wanita di zaman digital ini sangat diperlukan sebuah upaya
perlindungan diri sendiri
Bahasa
yang digunakan dalam buku setebal 178 halaman ini sangat mudah dimengerti. Pilihan
katanya pun ringan tapi tetap sarat makna. Coba perhatikan kutiban dibawah ini!
Berbahagialah meski engkau tidak sekaya dia
Berbahagialah meski engkau tidak secantik dia
Berbahagialah meski engkau tidak secerdas dia
Berbahagialah meski engkau tidak selangsing dia
Tidak bahagia itu hanya ketika iman engkau tidak sedalam dia
Rasa syukurlah yang membuat para muslimah akan selalu
bahagia
Diawal
ditunjukkan tentang hal-hal yang sering kali membuat kita selalu berpikiran negative.
Selalu membandingkan diri kita dengan orang lain. membuat kita merasa rendah
diri. Sehingga membuat kita lupa untuk bahagia. Padahal bahagia itu sangat
sederhana, dan sangat dekat dengan kita yaitu syukur.
Penulis
juga mengingatkan muslimah bagaimana menjadi seorang individu.
Tak Rela jika sesama muslimah saling menghujat
Tak rela sesama muslimah saling bermusuhan
Tak rela sesama muslimah saling meninggalkan
Tak rela sesama muslimah saling mengghibahkan
Poin-poin
tersebut tentu saja sering sekali terjadi disekitar kita. Bahkan, kadang, kita
sendiri pun melakukannya dengan atau tanpa kesadaran. Mungkin mulut kita
tertutup rapat tapi jari jemari kita bisa bergerak lincah saat berada di jejaring
social.
Selain
itu juga mengingatkan kita untuk lebih bisa mengenal dan mengendalikan diri
kita sendiri sehingga saat terjun di masyarakat atau di dunia maya kita bisa
lebih bijak lagi dalam bersikap. Lebih mengedepankan empati dan simpati dari pada
akal pikiran.
Karena kita
seorang muslimah.
Dalam
buku ini juga diangkat isu-isu yang marak terjadi didalam kehidupan keluarga. Yang
disampaikan dengan bahasa yang sangat halus yang sangat mewakili keadaan para
ibu saat ini.
Jaga lisanmu, Ibu
Sebab, setiap kata adalah doa
Sebab, setiap doa adalah penyelamat anakmu
Penyampaian
nilainya tidak menggurui. Lebih seperti sebuah ajakan untuk berubah
bersama-sama. Seperti sebuah uluran tangan untuk menggandeng para muslimah untuk
menjadi menjadi seorang ibu yang lebih baik lagi.
Suamiku, aku ingin menjadi khadijahmu
Saya
terharu membaca bagian ini.
Menyelipkan
sebuah kisah inspiratif ini juga menjadi salah satu cara yang digunakan penulis
untuk menyampaikan salah satu nilai positif. Kita diajak meneladani
sifat-saifat salah satu istri rasulullah dan mewujudkannya dalam kehidupan masa
kini.
Tak
hanya itu saja. tetapi juga ada banyak sekali tips-tips yang diberikan sebagai
salah satu langkah kongkret yang bisa dipraktikkan secara langsung.
Secara
fisik, buku ini memang sudah mencuri hati. Hard cover dengan desain layout yang
sangat menarik. Jenis dan ukuran huruf yang digunakan berbeda di setiap
halamannya sehingga mata pun tidak jenuh saat membaca. Adanya beberapa gambar
yang digunakan untuk merepresentasikan isi bab pun menjadi salah satu
keunggulan lainnya.