Senin, 29 Juli 2019

# cinta # Fiksi

Rebound : Jangan menyukaiku




"Kak, ada yang manggil tuh.”
Shakilla menoleh, mengikuti arah pandang Keenan.
Seorang laki-laki setengah berlari kearahnya yang baru saja turun dari mobil.
“Jangan lama-lama. Udah malam, nggak enak dilihat tetangga. Gue masuk dulu.”
“Iye, bawel.”
Keenan, memang sangat protektif terhadap perempuan terutama Killa. Meskipun dia lebih muda tetapi karena dia menjadi satu-satunya laki-laki dalam keluarga maka wajar saja sikap tersebut terhadap kakaknya sendiri sekalipun.
Killa berdiri bersandar pada mobil, dengan tas kerja yang sengaja ia dekap untuk mengurangi udara malam yang cukup dingin. Tepat pukul 2 dini hari Killa sampai dirumah jika mendapat jadwal shift kedua. Makanya Keenan selalu meluangkan waktu untuk mengantar sekaligus menjemputnya saat pulang kerja.
Matanya menatap langkah dari laki-laki yang sengaja menunggunya. Entah sepenting apa urusanya sampai harus menemuinya dipenghujung malam seperti ini.
Langkah kaki yang lebar itu semakin memangkas jarak. Sangat dekat sampai Killa terlambat menyadari bahwa jarak itu tidak ada lagi. Karena laki-laki itu menghapus setiap jengkal pemisah dengan merapatkan tubuh, memeluknya.
“Aku menyukaimu.” Suara nafas tersenggal-senggal itu tertangkap jelas ditelinga Killa.
Killa mematung. Simpul diotaknya tiba-tiba terputus membuatnya kehilangan kemampuan berpikir. Detak jantung yang berdegup kencang ini pun sulit sekali ia kenali pemiliknya. Miliknyakah atau laki-laki yang begitu lancang memeluknya. Yang ia tahu hanya ada jantung yang berdetak bertalu-talu.
“Killa? Breath!” perintah Satya.
Menarik sebanyak mungkin oksigen agar jaringan sarafnya segera berfungsi normal. Killa juga melemaskan jari-jarinya yang masih mendekap tas kerjanya.
“Aku mengejutkanmu ya?”
Killa hanya bisa mengangguk.
Tentu saja mengejutkan. Tengah malam bukan jenis waktu yang biasa digunakan orang kebanyakan untuk berpikir. Normalnya orang menggunakannya untuk beristirahat.
“Maaf,” Satya terlihat sangat bersemangat. “Aku hanya merasa harus segera memberitahumu tentang perasaanku. Aku memang sedang dikejar waktu tapi tidak dengan perasaanku. Aku sudah memikirkannya berbulan-bulan. Memastikan bahwa benar-benar kamu yang membuat jantungku terus berdebar. Bahwa benar kamu yang selalu membayangi hidupku. Aku nggak tahu malam ini tepat atau tidak yang jelas aku,
“Jangan.”
“Ya?”
“Jangan menyukaiku, Satya.”
Seratus persen kondisi otak Killa sudah aktif. Sehingga ia tidak memerlukan waktu lagi untuk mengolah informasi yang baru saja ia dengar dan lihat dengan kedua inderanya.
“Killa?”
“Aku minta maaf sudah membuatmu salah mengartikan hubungan kita. Tapi jangan menyukaiku.” Killa menghela nafas. “Kedekatan kita terjalin tidak lebih hanya sebatas manager dan customer. Kamu salah satu loyal customer di restoran kami dan sudah sewajarnya kalau aku harus bersikap baik. Tidak ada maksud lain dari sikapku selama ini.”
“Jadi begitu. Aku hanya salah satu customermu.” Satya mundur beberapa langkah. Membuat jarak yang pasti dengan Shakilla. Meski hatinya meneriakkan protes keras.
“Baik. Aku mengerti.” Satya mengangkat kepalanya tegak.
Penolakkan ini, kalau memang demikian sebutannya, akan ia terima dengan besar hati. Meski kecewa harus ia terima tapi tidak akan merubah perasaannya pada Shakilla.
“Kalau gitu aku pamit, bukan sebagai pelanggan tapi sebagai teman. selamat malam.”
Satya melangkah mundur, “Oh iya, besok aku terbang. Seperti biasa aku akan mampir untuk sarapan.”
Hanya diam yang bisa Killa lakukan. Inilah sikap terbaik yang bisa ia tunjukkan. Meski kedua kakinya terasa sangat lemas tidak mampu menopang berat tubuhnya. Tapi Killa wanita yang kuat, bukan? hatinya selalu meneriakkan hal yang sama tiap kali mengalami kesulitan. Dan selalu memberikan hasil terbaik. Saat ini pun demikian, bukan?

***

Menjadi orang terakhir yang masuk rumah sekaligus memastikan rumah dalam keadaan aman untuk ditinggal tidur, mengunci pintu salah satunya. Biasanya Killa akan langsung masuk kedalam kamar tapi tubuhnya meminta untuk dihidrasi setelah kejadian barusan. Meskipun udara mala mini terasa dingin tapi Killa masih mengeluarkan keringat cukup banyak.
Rupanya segelas air masih membuatnya merasa kehausan. Gelas kedua pun kembali terisi dengan air putih dingin. Salah satu hal yang sangat jarang terjadi.
“Apalagi yang kamu cari?”
“Ehh Mama! Bikin kaget aja. Killa cuma cari air putih kok.”
“Kenapa kamu selalu menolak yang sudah ada didepan mata?”
“Satya bukan jodoh Killa, Ma.”
“Bukan cuma Satya, semua laki-laki kamu sebut seperti itu.”
“Killa capek, Ma. Kita ngobrol lain kali.”
“Kapan lain kali itu?”
Killa juga nggak tahu, Ma.
“Waktu tidak bisa membuat luka kita sembuh kalau kita sendiri tidak pernah berusaha menyembuhkan.”
Meninggalkan orang tua yang sedang berbicara itu tidak sopan. Tapi Killa harus melakukannya lagi. Untuk kebaikan hatinya. Karena tanpa mendengar dari Mama pun luka akan menjadi luka jika obat tidak menyentuhnya. Pertanyaannya adalah benarkah obat penyembuh itu ada?
Tak bisa dipungkiri bahwa Satya laki-laki sempurna dari sudut pandang mana pun. Fisik dan financial tak bisa diragukan lagi. Seorang pilot pasti memilikinya. Hati, tanpa meminta pun Satya sudah memberikannya untuk Killa.
Hanya saja, pertanyaan yang sama saat ditujukan untuk Killa akan berbeda.
Dia sangat tidak sempurna untuk Satya. Kecantikannya jauh dibelakang bila disandingkan dengan wanita yang mengelilingi Satya. Lihat saja para pramugari itu tinggi langsing, pintar dan pasti cantik.
Namun ada yang pasti yang membuat Killa mundur perlahan dari panggung persaingan, yaitu hati miliknya. Yang tidak pernah utuh untuk diberikan. Hati yang masih menyimpan luka. yang menyerahkan pada waktu untuk kesembuhan.
Siapa yang bisa menolak laki-laki sesempurna Satya? Bahkan Killa pun tak mampu. Ia hanya sadar diri dan memilih menjadi seseorang yang realistis. Terluka saat berpijak lebih baik dibanding bahagia diombang ambing angin.

Killa tidak siap mengulang luka. Cinta yang penuh anugerah itu akan memberikan luka yang sangat sulit disembuhkan. Killa tidak siap mencintai maupun dicintai. Karena luka sampai kapanpun akan menjadi luka meski obat penyembuh itu benar-benar ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates