Senin, 29 Juli 2019

# Family # Keluarga

CINTA DI GERBONG KRL (road to anniversary)

Ya ampun judulnya? Cheesy abis. Tapi beneran lho kami pernah mengukir kisah se-chessy itu. klo di ingat-ingat tuh ketawa malu jatuhnya. Pengen disimpen aja tapi nggak kuat lama-lama (hahaha)
Jadi ini masih di tahap PDKT (ya ampun merinding lho nulisnya). Aslinya kita PDKT nya nggak lama. Karena ndis tuh gampang banget di luluhin hatinya. Antara ndis yang gampang luluh apa ndul yang yang pinter gombal (hahaha)
Waktu itu kami harus pergi praktikum ke ragunan (lupa mata kuliah apa yang jelas dari lab satli di semester 3). Untuk menghemat ongkos perjalanan kesana ditempuh menggunakan KRL ekonomi. Waktu itu harganya 2500 kalau nggak salah. Ini bukan KRL ekonomi yang AC itu ya…tapi beneran Ekonomi se ekonominya. Gerbong tanpa pintu, penumpang diatas gerbong, Pedagang asongan ada sepanjang perjalanan. Kumuh kotor dan ya begitulah, dan kita masih ngalamin itu (nggak mentioned usia yee hahha). Untung sekarang udah nggak ada ya…
Ba’da subuh berangkat dari kosan. Kumpul Di halaman BNI samping kampus buat naik angkot-bareng-sekelas ke stasiun bogor.
Ndul, rupanya pertama kali ndis naik kereta ekonomi itu bukan pas ndul nganterin ndis pulang. tapi ke ragunan ini. untung nggak nangis ya? (hahaha)
Ndis lupa bagian perjalanan di angkot. Yang ndis ingat cuma kita naik di gerbong terakhir. Gerbong yang paling sepi dari kawan-kawan. Tapi yang paling banyak di huni kawan-kawan kita (geng atas katanya, ooppss).
Nggak tahu kenapa waktu itu kita kok duduk di bangku kosong cuma berdua pula. Sementara kawan-kawan yang lumayan baik itu  (hahaha baik banget kok) milih duduk di bangku lain sambil bisik-bisik. Pake ketawa-ketawa pula. Tapi ya, namanya juga lagi jatuh cinta gerbong KRL pun serasa milik berdua.
Sebenarnya kejadian ini nggak banyak yang tahu (selain kawan yang hobi ngetawain orang itu hehehe) karena ya itu tadi posisi gerbong paling belakang. Enak kan sepi, paling mentok anak jalanan yang riwa-riwi. Mana udara pagi yang lumayan kan dinginnya. Kebayanglah ya segimana dinginnya. Bogor untuk kami orang perantauan masih dingin, ditambah dengan kecepatan kereta yang kaya gitu. tapi kami cuma duduk dan ngobrol aja. Pegangan tangan aja nggak. Asli cuma duduk dan ngobrol. Entah apa yang di obrolin.
Sampe di stasiun pasar minggu kita naik kopaja (kalau nggak salah) dan akhirnya pisah pas di ragunan. Iya dong pisah. Karena seumur-umur kuliah, seangkatan, sekelas kami belum pernah satu kelompok praktikum. Kecuali kelompok PKL karena kita sendiri yang milih.
Hampir seharian kami di ragunan. Pas pulang kita masih naik KRL masih yang kelas ekonomi juga. Bedanya pas berangkat sepi sementara pas pulang bareng dengan jam orang pulang kerja. Jadilah semua rangkaian gerbong itu penuh pas nyampe di stasiun pasar minggu.
Kesepakatn awal, apapun yang terjadi satu orang naik maka satu kelas pun naik (sebutlah kebersamaan). Jadi di satu-satunya peron itu kami sekelas nyebar, dari ujung ke ujung. Strategi paling apik dan epic untuk menyiasati kondisi KRL penuh.  Paling nggak kami semua keangkut dikereta itu. mau berdiri, mau desekan, mau gelantungan. Terserah.
Udah kebayang kan apa yang terjadi? Yup…ndis naik duluan dan ndul dibelakang ndis. Ndusel-ndusel terus karena dibelakang ndul masih ada kawan kami. Kereta jalan, Alhamdulillah keangkut semua. Udah nggak inget lagi (hahaha) pokoknya selama di KRL itu ndul di belakang ndis aja. Jagain dong (hahaha)
Selalu ada yang pertama dalam hidup seseorang. Dan ndul banyak hadir di hal pertama dalam hidup ndis. Karena percaya atau nggak, tahun-tahun setelah KTP ndis jadi, disadari atau nggak, hari-hari ndis selalu ada ndul.
Bahkan mungkin saat tahun pertama kami kuliah kami pernah bertemu. Tentu saja pernah. Kami pernah di dalam satu ruangan meski nggak kenal. Waktu MPKMB (ospek kampus) saat kita sedang di gedung GWW untuk mengikuti acara. Atau dihari terakhir ospek, dihalaman belakang gymnasium.
Mungkin juga kami pernah berpapasan di jalan saat pulang kuliah menuju asrama. Karena dari Bara menuju asrama putra pasti melewati asrama putri. Atau mungkin kita pernah satu bis saat ndis mau kuliah di gedung FPIK dan ndul mau pulang ke asrama.

Semoga skenario Allah yang mempertemukan kita di kampus menghadirkan rumah tangga kita sakinah mawadah warohmah sampai jannah. Sebaik-baiknya rencana adalah rencana Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates