Senin, 29 Juli 2019

# cinta # Fiksi

Jangan Terbebani

Sebulan berlalu semenjak malam itu. semuanya berjalan normal, sangat normal. Keenan sudah kembali dengan kesibukannya sebagai arsitek junior, Mama juga sudah lelah menanyakan hal yang sama berulang kali sementara Killa sendiri tidak menaruh minat. Dan Killa masih membenci mendapat over night shift yang bulan ini jumlahnya lebih banyak.



“Lama-lama gue jadi vampire cuma aktif di malam hari.”
“Sorry deh, Ki. Spesialis over night kita kan baru aja dirawat. Saga masih penganten baru, masa disuruh jaga restoran. Gue sama Rani kan punya laki yang kudu dikelonin. Satu-satunya yang jadwalnya fleksible kan Elu.”
“Jadi gue jadi tameng kalian gitu?”
“Ya mau gimana lagi. Gunanya jomblo emang buat itu kan?”
Killa melempar pulpen yang di pegangnya. Yang hanya dibalas dengan tawa Dinda yang sangat keras “Sialan Lo.”
“Eh…akhir-akhir ini gue nggak lihat customer ganteng ya? justru gue lebih sering lihat Range rover keluaran terbaru parkir di area tunggu drive thru. Nggak lazim banget kan? Lagian emang dia nggak bisa lihat ya tempat parkir seluas itu.”
Senyum Killa pun memudar saat memahami subyek yang  Dinda maksud.
“Hari ini waktunya delivery kan? Gue aja yang ngecek.”
Killa beranjak. Meninggalkan Dinda yang berusaha keras memikirkan jadwal delivery yang harusnya datang besok malam.

Satya memang cukup popular diantara menager dan beberapa kru yang dekat dengan Killa. Tak harus menjadi orang pintar untuk mengetahui ada hubungan khusus yang terjadi diantara Killa dan Satya. Meski tidak pernah melihat keduanya tertangkap basah sedang berkencan tapi interaksi keduanya sangat tidak lazim antara manager dan pelanggan. Ditambah bukan karakter Killa yang dengan senang hati melayani customer langsung saat restoran tidak dalam keadaan sibuk.
Killa termasuk masuk kategori manager pemain belakang. Dia tidak akan turun langsung untuk masalah-masalah yang bisa ditangani kru. Meskipun masuk kedalam job deskripsi manager. Bahkan Killa hampir tidak pernah menyapa langsung customer untuk survey acak tingkat kepuasan pelanggan yang harus dilaporkan saat rapat bulanan.
Dengan menghilangnya Satya beberapa waktu terakhir memberikan kemajuan pada Killa. Miss Akting itu semakin kehilangan kemampuannya untuk bermain peran. Dulu Killa satu-satunya orang yang paling tidak bisa ditebak ekspresinya karena wajah dan hatinya sangat bertolak belakang.
Sementara hari-hari terakhir, Killa terlihat lebih ekspresif. Dia bisa tiba-tiba marah saat melihat ada tiga orang customer mengantri saat menu breakfast sementara di kondisi normal Killa hanya memantau seperti mandor. Ia juga lebih sering menghabiskan waktu istirahatnya dengan melamun dari pada makan. Bahkan Ia memilih duduk sendiri untuk waktu yang cukup lama di akhir shift sebelum akhirnya pulang.
Satu jam yang lalu shiftnya berakhir tapi Killa malah duduk dengan secangkir kopi yang dingin dan dua potong Hashbrown yang belum tersentuh. Pikirannya melayang mengikuti uap kopi yang terbang menjauh.
“Kalau nggak dimakan kenapa dipesan? Masa manager restoran hobi menyia-nyiakan makanan.”
Killa mengangkat kepalanya. Memandang malas pada seseorang yang dengan lancang duduk dihadapannya.
“Apa kabar Killa?”
“Satya? Nga…”
“Makan makanan yang bentar lagi Lo buang.”
Killa langsung berdiri hendak meninggalakan Satya. Karena saat ini Ia sedang tidak dalam keadaan siap berinteraksi dengan orang. Tapi urung dilakukan karena Satya lebih dulu menahan tangannya.
“Gue cuma perlu 5 menit. Setelah itu terserah.”
Killa pun menyerah. Dengan seragam manager yang masih ia kenakan tidak mungkin membuat keributan. Kredibilitas restoran bahkan dirinya akan dipertaruhkan bila ia berbuat hal yang tidak pantas.
“Aku tahu kamu menghindariku.” Satya kembali menggunakan aku kamu saat berbicara. “Sungguh kamu nggak perlu melakukan itu. Yang harus menghindar seharusnya aku. Karena bagaimana pun juga aku adalah orang yang ditolak.”
Killa berpaling. Enggan membicarakan sesuatu yang menurutnya tidak penting.

“Okay, aku nggak bahasa soal itu. Tapi kamu harus tahu, aku yang menyukaimu dan itu menjadi urusanku. Kamu nggak perlu menghindariku hanya karena aku menyukaimu. Jangan merasa terbebani. Okay?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates