Senin, 09 Desember 2019

# Habit # pembalut kain

KARENA KUSAYANG

Salah satu nikmat menjadi seorang wanita adalah menjadi tuan rumah setiap bulan. Yup, menstruasi adalah salah satu ‘tamu’ yang kehadirannya sangat dinanti oleh hampir semua pemilik hormon progesteron.
Welcome!!!
Selalu dinantikan karena menjadi salah satu indikasi metabolisme tubuh yang normal. Meski penuh perjuangan dalam menyambutnya. Emosi yang lebih sering naik turun karena pengaruh perubahan keseimbangan hormon. Membengkaknya payudara seringkali disertai rasa nyeri luar biasa. Atau dalam kasus saya merasa encok selama berhari-hari.
Semua kenikmatan itu wajar dan sangat normal. Dan harus di syukuri karena banyak wanita luar biasa di luar sana yang rindu merasakannya karena “keistimewaan” yang Tuhan berikan.
Setelah ‘tamu’ datang, hal utama dan wajib ada adalah pembalut. Penting sekali menggunakan pembalut yang berfungsi optimal untuk menjaga sang tuan rumah tetap nyaman dan sehat.
Semakin berkembangnya teknologi, salah satu produk kewanitaan ini pun semakin banyak  mengeluarkan inovasi. Pada mulanya pembalut hanya sekumpulan kapas yang dikemas sedemikian rupa yang mampu menyerap cairan. Kemudian berkembang lagi dengan penambahan lingkaran anti bocor juga sayap yang memiliki fungsi untuk menahan pembalut bergeser.
Nampaknya banyaknya inovasi tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kaum hawa ini. Maka munculnya pembalut dengan berbagai macam ukuran panjang juga kemampuan daya serap yang semakin tinggi banyak dicari.
Bebas bergerak, anti tembus, nyaman sepanjang malam banyak digunakan sebagai tag line brand-brand pembalut. Akibatnya semakin banyak orang terutama wanita yang berlomba-lomba untuk bertemu dengan jodohnya, pembalut yang sesuai.
Fakta Pembalut Sekali Pakai
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rata-rata 300 sampah pembalut sekali pakai dihasilkan setiap orang dalam setahun.  Jika setengah dari total penduduk Indonesia adalah wanita yang menggunakan pembalut sekali pakai maka bisa dilihat berapa banyak sampah yang dihasilkan.
Kabar buruknya adalah pembalut sekali pakai ini tidak dapat diurai secara alami. Sehingga akan berakhir dengan bertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Memangnya kenapa jika bertumpuk di TPA? Bukankah disana adalah tempat terbaik untuk barang-barang yang sudah tidak dimanfaatkan?
Baiklah, mari kita lihat satu per satu.
Pembalut sekali pakai terbuat dari bahan sintetis salah satunya adalah plastik. Umum diketahui bahwa alam tidak bisa menguraikan plastik. Dan akan bertahan hingga beratus-ratus tahun lamanya.
Selain itu didalam plastik juga terdapat zat yang lebih kecil lagi yang mudah larut yaitu zat mikroplastik. Sifatnya yang mudah larut membuatnya mudah sekali berpindah. TPA mungkin hanya tempat pemberhentian sementara karena muara akhirnya ada dilautan yang memiliki jutaan jenis makhluk hidup. Makhluk-makhluk tak berdosa ini mau tidak mau harus menyerap zat berbahaya tersebut secara langsung maupun tidak.
Pola seperti ini seperti rantai melingkar yang tidak memiliki ujung. Karena semuanya akan kembali lagi pada manusia. Pernahkah kita menyadari bahwa ikan yang kita konsumsi mengandung zat mikroplastik yang berasal dari sampah pembalut yang sudah kita buang?

Itu hanya satu unsur saja. Sebenarnya ada banyak sekali zat kimia yang dikandung oleh sebuah pembalut sekali pakai. Jika di jelaskan satu per satu akan membuat kita bergidik ngeri.
Ig : zerowaste.id_official 

Pembalut Sekali Pakai Bukan Satu-satunya Pilihan
Tapi teknologi tak selalu membawa dampak negatif. Karena teknologi pun memberikan banyak pilihan lain termasuk perangkat kewanitaan ini. Menstrual cup misalnya. Atau yang belum memiliki keberanian untuk mengenakannya di organ vital, bisa menggunakan pembalut kain.
Pembalut kain?
Duhh ribet dong. Kudu bolak balik ganti dan lebih sering dari pembalut sekali pakai. Belum lagi rasa tidak nyaman karena lembab dan takut bocor. Hari gini tembus? Tenggelamin diri aja.
Saya dulu juga berpendapat seperti itu. Tak kenal maka tak sayang. Itu juga yang sering di dengungkan si pembalut kain ini. Mereka sering memberi hasutan bahwa mengenakannya tidak sehoror itu.
Begini ceritanya.
Saya tuh sering merasa nggak nyaman saat memakai pembalut sekali pakai. Lebih kaya pegel gitu di daerah kewanitaannya. Bahkan pas banyak-banyaknya, tag line kering sepanjang waktu itu nggak terbukti. Kalau tembus ya tembus aja. Dan rasanya tetap kurang nyaman.
Kemudian seorang teman menyarankan untuk mengenakan pembalut kain. Dia berbagi pengalamannya yang sudah menggunakan lebih dari setahun. Testimoni langsung itu nyatanya belum membuat saya untuk berubah pikiran meninggalkan pembalut sekali pakai.
Hingga teman lain pun mengajak untuk membeli pembalut kain. Patungan ongkos kirim ceritanya. Tanpa pikir panjang, saya pun meng-iya-kan ajakan tersebut.
Beberapa hari kemudian datanglah pembalut kain tersebut.
Kaget!!!
Itu perasaan yang pertama kali menghampiri ketika membuka dan memegangnya. Tapi disaat bersamaan juga merasa lucu. Desainnya menarik rupanya.
Bentuknya pun menyerupai pembalut sekali pakai yang memiliki sayap. Ada kancing diujung sayap yang berfungsi menjaga pembalut tidak lari-larian ketika dipakai.
Permukaan pembalut yang menyentuh kulit kita langsung pun sangat lembut dan berwarna terang. Putih dan kuning. Ini untuk menunjukkan kebersihan. Dan disalah satu ujungnya dibuat terbuka sebagai tempat memasukkan kain tambahan jika diperlukan. Kain tambahan ini sudah termasuk didalam kemasan.
Ketika teman saya mengatakan bahwa pembalut kain pun bisa nggak bocor meski dipakai dalam jangka waktu ideal (4 jam), saya membenarkan. Karena lapisan terluar dari pembalut kain berbahan spandek yang tidak mudah ditembus cairan.
Pertama kali mengenakan pembalut kain ini di hari pertama menstruasi. Pada hari-hari yang biasanya darah keluar banyak saya masih menggunakan pembalut sekali pakai. Masih ada rasa tidak percaya.
Total ada 2 pembalut sekali pakai yang saya gunakan pada bulan pertama pemakaian pembalut kain. Pada bulan kedua dan sampai sekarang bulan ketiga, sudah tidak menggunakan pembalut sekali pakai sama sekali.



Rasanya sangat nyaman karena tidak perlu menggunakan celana ketat seperti saat masih mengenakan pembalut sekali pakai. Bebas bergerak karena rasanya seperti memakai celana dalam saja. Tidak khawatir bocor dan tentunya lebih bersih dan sehat.
Hemat, begitu yang dikatakan. Tapi ini relatif. Tergantung pilihan masing-masing memilih menggunakan brand pembalut kain yang mana. Karena setiap brand pembalut kain memiliki masa kadaluarsa yang berbeda. Semakin mahal semakin tahan lama, katanya. Kepunyaan saya disertai cara peremajaan pembalut berikut dengan ciri-cirinya.
Bonus yang menakjubkan lagi adalah saya tidak lagi menyumbangkan sampah pembalut. Salah satu hal yang melegakkan karena rasa bersalah saya pada alam bisa dikurangi.
Mengurangi produksi sampah pembalut tidak lantas menjadikan bumi bebas sampah. Hal itu hanya sebuah langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk mengurangi beban lingkungan yang begitu baik terhadap kita.

Bukankah hal besar dimulai dari sebuah langkah kecil?

16 komentar:

  1. Keren postingannya! Terimakasih ya mbak sudah berbagi pengalaman :)

    BalasHapus
  2. Jadi ingat, dulu saat pertama kali haid, ibu membuatkan pembalut kain yang terbuat dari kain handuk. Rasanya, sangat tidak nyaman.
    Syukurlah,sekarang sudah banyak produk pembalut kain yang bagus dan nyaman dipakai.

    BalasHapus
  3. Jadi ingat dulu waktu belum mengenal pembalut sekali pakai. Pakainya ya emang kain kayak gini. Lebih aman dan hemat ya Mbak.

    BalasHapus
  4. Wah, saya penasaran dengan bagian dalam pembalut kain ini. Tidak terlihat gambarnya ya? Penasaran jadi ingin pakai juga.

    BalasHapus
  5. Dulu Yuni pas pertama "dapet", mama ngajarin pakai kain. Kain-kain sarung yang disobek dan dilipat terus dijadiin pembalut tuh.

    Tapi sekarang ini Yuni masih pakai pembalut sekali pakai.

    BalasHapus
  6. Ya ampuuun ini padahal caraku dulu waktu awal-awal haid. Karena tidak tahu jadi pakai kain. Padahal itu yg baik ya. Skrg masih pakai yg sekali pakai semoga bisa beralih ke pembalut kain

    BalasHapus
  7. ku pakai pembalut kain sejak 2012 mbak. Sukaaa. Lembut, nyaman dan ga bikin gatel. Kalo yg sekali pakai tuh aku mudah banget iritasi.

    BalasHapus
  8. Sewaktu haidh pertama kali pas SMP, saya kenalnya hanya pembalut kain buatan ibu. Dari kain-kain bekas sisa jahitan yang dijahit ibu sendiri. TErasa nyaman sampek SMA makenya. Setelah kerja barulah merasakan pembalut sekali pakai. Dan, saya seperti bayi mbak, setiap memakai pembalut sekali pakai pant*t saya iritasi seperti bayi, ruam-ruam merah dan gatal sekali. Akhirnya beralih kembali ke pembalut kain.

    BalasHapus
  9. Baru tahu kalo ada pembalut kain yg praktis plus ada kancing biar nggk bergeser.

    Mungkin lain waktu bisa nih dicoba, sapa tahu cocok.
    Mksh infonya mb

    BalasHapus
  10. Aku blm pernah pakai mba, masi rada takut dan nggak yakin soalnya hehehe.. anyway,makasih infonya ya

    BalasHapus
  11. Sekalipun saya tak lagi haid, tapi ini menarik untuk digunakan si bungsu anak saya, secara dia tuh sudah mengalami haid. Terima kasih infonya ya mbak

    BalasHapus
  12. saya belum pernah nyobain nih pakai pembalut kain, jadi mau coba. selama ini masih pakai pembalut yang biasa aja. soalnya kadang suka susah ya kalo pakai pembalut kain, tapi untuk menjaga kebersihan kewanitaan dan mengurangi sampah pembalut ini salah satu alternatif yang patut di coba. makasih mba infonya.

    BalasHapus
  13. Pertama kali mens dulu sama Ibu dikasih pembalut kain dan sekali pakai. Jadi dah kenal dan memang lebih nyaman.
    Kalau sekarang ada yang modelnya cakep dipakai praktis mau juga ah pakai lagi yang model kain. Biar turut mengurangi sampah ..Makasih sharingnya Mbak

    BalasHapus
  14. Jaman now ada pembalut kain ada lgi ya. Jmn dulu ortu kita jg pke begini. Cm skrg apa msh bnyk yg minat? Nyucinya extra

    BalasHapus
  15. Saya sedang mengalami masa galau antara mau pakai pembalut kain atau menstrual cup. Soalnya, udah ngerasa bersalah juga dengan sampah yang aku sumbang. Semoga sebentar lagi dikasih ketetapan hati buat milih

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates